Artocarpus altilis atau yang biasa kita kenal dengan tanaman sukun merupakan tanaman yang berupa pohon tegak, berkayu, berakar tunggal, batangnya berbentuk bulat dengan diameter mencapai 2 meter, dan memiliki percabangan semipodial. Tanaman sukun berdaun tunggal yang tersebar, tepi daun bertoreh, ujung daun meruncing, pangkal daunnya membulat, memiliki pertulangan daun menjari dengan permukaan licin, dan tulang daun menonjol. Buahnya berbentuk lonjong dengan permukaan bergigi tumpul dan tersusun teratur dan berwarna hijau.
Selama ini, bagian yang biasa dimanfaatkan dari tanaman sukun hanyalah buahnya yang dapat dikonsumsi dan diolah sebagai makanan. Ternyata selain buah sukun, daun dari tanaman sukun juga dapat kita konsumsi sebagai minuman. Namun tidak hanya sekedar sebagai minuman saja, seduhan daun sukun ternyata memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Sebelumnya, beberapa masyarakat telah terlebih dahulu menggunakan air rebusan dari daun sukun sebagai ramuan untuk membantu mengobati berbagai macam penyakit seperti yang terdapat dalam buku Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II) dari Departemen Kesehatan bahwa tanaman sukun berkhasiat sebagai obat demam dan kulit buahnya untuk melancarkan air susu ibu. Untuk obat demam dipakai ± 20 gram daun segar, dicuci, dirajang kecil-kecil, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum 2x sama banyak pagi dan sore.
Saat ini penelitian mengenai khasiat daun sukun telah banyak dilakukan dan ditemukan bahwa ekstrak dari daun sukun memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi dan antiplatelet. Hal ini diduga berasal dari kandungan flavonoid yang tinggi dalam daun sukun. Daun sukun diketahui mengandung senyawa flavonoid, riboflavin, dan sitosterol yang bermanfaat untuk menjaga jantung dari kerusakan sistem kardiovaskuler. Antiplatelet sendiri merupakan suatu aktivitas penghambatan agregasi platelet. Agregasi platelet yang tidak normal dapat menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah dan berakibat lebih lanjut pada penyakit kardiovaskular. Hal ini dapat terjadi terutama pada penderita aterosklerosis yakni menumpuknya lemak pada pembuluh darah sehingga mempersempit jalur aliran darah. Platelet yang berfungsi sebagai penutup luka dapat berakumulasi bila terjadi pecahan plak aterosklerosis. Akumulasi tersebut dapat mengakibatkan pembuluh darah semakin tersumbat.
(Libby,2012)
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang menyerang jantung dan sistem pembuluh darah. Penyakit ini menjadi penyebab utama kematian di dunia. Diperkirakan 17,7 juta jiwa meninggal karena penyakit kardiovaskuler pada tahun 2015, angka tersebut mewakili 31% dari jumlah kematian di dunia. Dari kematian akibat penyakit kardiovaskular, diperkirakan 7,4 juta diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan 6,7 juta lainnya oleh stroke. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI mencantumkan hasil survei yang menunjukkan bahwa pada tahun 2008, diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan karena penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah.
Berbagai macam manifestasi penyakit kardiovaskuler yang mengancam kehidupan seperti infark miokardia, stroke, hipertensi, dan gagal jantung kongestif disebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah sehingga kemampuan menyalurkan oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh berkurang. Saat ini dibutuhkan suatu strategi baru untuk agen antiplatelet. Strategi tersebut berfokus pada tiga hal, yaitu target aksi pada faktor yang mempengaruhi hiperaktivitas platelet, mengembangkan agen antiplatelet baru yang bersifat multitarget, mild dan reversible dari produk alami, serta tetap mengedepankan pola hidup sehat, dan menekankan pada terapi pencegahan.
Daun sukun sendiri telah dilakukan uji aktivitasnya terhadap berbagai induktor terjadinya agregasi platelet pada darah manusia. Uji aktivitas dilakukan menggunakan ekstrak etanolik daun sukun pada plasma yang kaya akan platelet (Platelet Rich Plasma). PRP ini berasal dari darah manusia yang telah dipisahkan dan diambil bagian plasma yang kaya akan kandungan platelet. PRP dicampur dengan ekstrak daun sukun kemudian diberikan induktor agregasi platelet dan dilihat apakah ekstrak daun sukun mampu menghambat induksi agregasi platelet dengan pembacaan persen agregasi dibandingkan dengan kontrol negatif menggunakan alat agregometer. Dari penelitian yang dilakukan didapat bahwa ekstrak etanolik daun sukun berpotensi sebagai agen antiplatelet pada platelet yang diinduksi epinefrin, ristocetin, adenosin difosfat (ADP) dan asam arakhidonat. Telah dilakukan pula uji toksisitas dari ekstrak daun sukun dengan kadar flavonoid 30%. Pemberian ekstrak daun sukun dalam dosis tinggi 16,67 g ekstrak/kg bobot badan tidak menimbulkan kematian terhadap hewan uji dan tidak ditemukan tanda toksisitas baik dari perilaku hewan maupun fungsi organ, sehingga dapat disimpulkan ekstrak daun sukun tidak bersifat toksik. Hal ini tentu menjadi suatu titik terang bagi penemuan agen antiplatelet baru dari produk alam yang bersifat mild, multitarget serta menekankan pada terapi pencegahan.
(Setyawati,2016)
Selain penggunaan dalam bentuk ekstrak, daun sukun sendiri dapat dikonsumsi dalam bentuk seduhan seperti pada penggunaan tradisional. Daun sukun hijau tua dipetik langsung dari pohon kemudian dicuci hingga bersih. Selanjutnya daun dipotong-potong kecil dan dijemur di bawah sinar matahari hingga mengering. Setelah itu daun dapat direbus dengan air panas secukupnya atau daun dapat dihaluskan dan diseduh dengan air panas seperti saat membuat teh. Air rebusan daun sukun akan berwarna cokelat kemarahan seperti teh dan rasanya agak pahit. Air panas yang digunakan untuk menyeduh/ merebus simplisia daun sukun dapat melarutkan kandungan flavonoid yang diduga merupakan kandungan yang berperan dalam aktivitas antiplatelet dari daun sukun. Saat ini juga sudah mulai bermunculan produk teh daun sukun seperti teh celup yang bisa langsung diseduh sehingga lebih praktis.
Meski daun sukun diklaim dapat membantu mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular, perlu diingat pula untuk tetap menjaga pola hidup sehat dan tidak meninggalkan pengobatan dan pemeriksaan secara medis.
Oleh : Jovita Imelda, Arief Nurrochmad, Nanang Fakhrudin , Fakultas Farmasi UGM
Daftar Pustaka
Bessi, Marce Inggritha Taku, 2016, Uji Aktivitas Anti Agregasi Platelet dan Antitrombotik Ekstrak Etanol Daun Sukun, Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
Braverman, E.R., & Braverman, D., 2004, Penyakit Jantung dan Penyembuhannya secara Alami, diterjemahkan oleh Annisa Rahmalia, 2006, 3-8, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Hutapea, Johnny Ria, 1993, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II), Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Indonesia.
Kemenkes RI, 2014, Infodatin : Situasi kesehatan jantung, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1–8.
Libby, P., 2002, Inflammation in atherosclerosis, Nature, 420 (6917), 868-874.
Ragone, D., 1997, Breadfruit (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) promoting the conservation and use of underutilized and neglected crops 10, International Plant Genetic Resources Institute, 77.
Setyawati, Magdalena Devika, 2016, Aktivitas Antiplatelet Ekstrak Etanolik Daun Sukun pada Platelet yang Diinduksi Epinefrin, Skripsi, Program Sarjana, Universitas Gadjah Mada.
Susiani, Eka Fitri, 2016, Potensi Ekstrak Etanolik Daun Sukun Sebagai Anti Trombosis dan Anti Agregasi Platelet pada Platelet yang Diinduksi Asam Arakhidonat, Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
Tarigan, Tria Ida Lorena, 2016, Aktivitas Antiplatelet Ekstrak Etanolik Daun Sukun pada Platelet yang Diinduksi Ristocetin, Skripsi, Program Sarjana, Universitas Gadjah Mada.
Tjandrawati, 2010, Daun Sukun Bikin Jantung Panjang Umur, www.lipi.go.id, 8 Agustus 2018.
WHO., 2017, World Health Organization Cardiovascular diseases (CVDs), www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-disases-(cvds), 10 Mei 2018.
Xiang, Y.Z., Kang, L.Y., Gao, X.M., Shang, H.C., Zhang, J.H., & Zhang, B.L., 2008, Strategies for antip.