Kanker adalah salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Seiring dengan perkembangan zaman, epidemologi penyakit ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data WHO (2012), sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker dan diperkirakan jumlah kasus kanker baru akan meningkat menjadi 22 juta dalam dua dekade ke depan.
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel-sel mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali. Selama proses pertumbuhan kanker, angiogenesis memiliki peran yang sangat penting. Apa itu angiogenesis? Angiogensis adalah suatu proses pembentukan pembuluh darah baru dari pembuluh darah yang ada. Proses ini merupakan suatu proses fisiologi normal yang terjadi di dalam tubuh seperti pada proses penyembuhan luka. Namun pada kondisi patologi, proses angiogenesis menjadi tidak terkontrol sehingga dapat memperburuk kondisi kanker. Adanya angiogenesis mengindikasikan bahwa sel kanker telah mengalami pertumbuhan lanjut yaitu menyebar ke jaringan lain.
Gambar 1. Proses angiogenesis (Carmeliet, P. dan Jain, R.K., 2011)
Berbagai upaya telah banyak dilakukan untuk mengatasi kanker. Salah satu upaya yang saat ini dikembangkan adalah melalui agen anti-angiogenesis. Penghambatan angiogenesis merupakan terapi baru dalam pengobatan kanker. Terapi penghambatan angiogenesis diharapkan dapat mengurangi dan mencegah pertumbuhan kanker. Obat-obat dengan mekanisme anti-angiogenesis akan menghentikan pertumbuhan pembuluh darah baru di sekitar sel kanker dan memutus jaringan kapiler yang tidak normal tetapi, tidak mempengaruhi pembuluh darah normal.
Saat ini, memang telah banyak usaha penemuan obat untuk terapi kanker yang berasal dari tanaman. Salah satu tanaman yang telah terbukti memiliki aktivitas antikanker dan berpotensi untuk dikembangkan adalah awar-awar (Ficus septica Burm. f.). Awar-awar merupakan tanaman yang tumbuh di dataran rendah dan terdistribusi di beberapa negara meliputi Jepang, Taiwan, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Australia dan Kepulauan Solomon. Tumbuhan ini banyak tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut, dan biasa ditemukan di tepi jalan, semak belukar dan hutan terbuka.
Gambar 2. Daun awar-awar (Ficus septica Burm. f.)
Tanaman awar-awar mungkin terdengar asing di telinga, tetapi terkadang tanaman ini sering kita jumpai. Ciri-ciri tumbuhan awar-awar ini adalah berbentuk pohon atau semak tinggi, dengan ketinggian 1-5 meter. Batang pokok bengkok-bengkok, lunak, ranting bulat silindris, berongga, gundul, bergetah bening. Daun penumpu tunggal, besar, sangat runcing, daun tunggal, bertangkai, duduk daun berseling atau berhadapan. Helaian berbentuk bulat telur atau elips, dengan pangkal membulat, ujung menyempit cukup tumpul dengan tepi rata. Bagian atas daun berwarna hijau tua mengkilat dan terdapat bintik-bintik yang pucat, sedangkan bagian bawah daun berwarna hijau muda. Bunga pada tanaman awar-awar termasuk bunga majemuk dengan susunan periuk berpasangan dan bertangkai pendek. Pada bagian pangkal bunga terdapat 3 daun pelindung yang berwarna hijau muda atau hijau abu-abu. Sedangkan buah awar-awar merupakan buah tipe periuk dan berdaging.
Di Indonesia, tanaman awar-awar banyak ditemukan di Jawa dan Madura. Masyarakat secara tradisional memanfaatkan hampir semua bagian tanaman awar-awar untuk mengatasi berbagai penyakit. Daun awar-awar digunakan sebagai obat penyakit kulit, radang usus buntu, mengatasi bisul, gigitan ular berbisa dan sesak nafas. Bagian akar banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai penawar racun (ikan) dan juga untuk penanggulangan asma. Buahnya digunakan untuk pencahar. Tak hanya itu, getahnya pun digunakan masyarakat untuk mengatasi bengkak-bengkak dan kepala pusing. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, banyak peneliti yang melakukan penelitian terhadap tanaman awar-awar baik dari segi kandungan maupun manfaatnya.
Kandungan senyawa kimia pada bagian batang dan daun tanaman awar-awar sebagian besar mengandung senyawa alkaloid. Apa itu senyawa alkaloid? Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Senyawa alkaloid yang terdapat pada awar-awar merupakan golongan fenantroindolisidin diantaranya ficuseptine, tylophorine, tylocrebrine, isotylocrebrine, Antofin, dan Esculine. Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa keberadaan senyawa alkaloid fenantroindolisidin ini berkaitan erat dengan efek antikanker, termasuk juga penghambatan angiogenesis.
Alkaloid fenantroindolisidin tiloforin telah terbukti memiliki aktivitas antiangiogenik melalui penghambatan jalur pensinyalan antara reseptor dengan senyawa kimia yang berasal dari sel kanker. Selain itu, senyawa alkaloid fenantroindolisidin lain seperti antofin juga memiliki potensi sebagai anti-angiogenik melalui penghambatan migrasi dan pembentukan tube di sel-sel endotel. Efek farmakologi yang dilaporkan tidak hanya terbatas pada senyawa tunggal tetapi juga pada ekstrak dan fraksi. Baru-baru ini dilaporkan bahwa ekstrak metanol batang awar-awar dan fraksi tak larut n-heksana dari ekstrak etanol daun awar-awar mampu menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru yang diuji coba pada membrane kario alantois. Efek anti-angiogenesis yang dihasilkan dari ekstrak dan fraksi diduga kuat juga melibatkan pengaturan beberapa langkah angiogenesis melalui penghambatan jalur pensinyalannya.
Jadi sebenarnya, bagaimana cara kerja anti-angiogenesis melalui penghambatan jalur pensinyalannya? Tentu hal yang pertama harus kita ketahui adalah, apa itu reseptor? Reseptor merupakan molekul protein yang menerima sinyal kimia dan kemudian berfungsi untuk mengarahkan kegiatan sel. Berdasarkan penelitian, senyawa alkaloid fenantroindolisidin tiloforin dan antofin ini memiliki cara kerja yang sama yakni dengan menghambat jalur pensinyalan antara reseptor dengan senyawa kimia yang berasal dari sel kanker. Penghambatan tersebut mengakibatkan sinyal yang berasal dari sel kanker tidak dapat ditangkap oleh reseptor sehingga tidak diproses lebih lanjut. Hal ini menyebabkan sel kanker tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen, sehingga tidak dapat bertahan hidup. Kondisi yang demikian merupakan strategi yang sangat baik untuk mengatasi sel kanker, karena secara khusus hanya menargetkan sel kanker tanpa mempengaruhi sel-sel normal lainnya. Strategi ini merupakan suatu keunggulan dan sangat berpotensi untuk lebih dikembangkan dibandingkan dengan obat kanker yang telah ada saat ini. Keberadaan anti-angiogenesis tentu akan lebih menjanjikan dibandingkan dengan obat-obat kemoterapi, karena dapat meminimalkan efek samping bagi penderita kanker mengingat cara kerjanya yang lebih spesifik yakni hanya menyasar pada sel kanker saja.
Hal menarik dari tanaman awar-awar adalah tanaman ini mudah sekali ditemukan tetapi jarang dimanfaatkan bahkan sedikit sekali masyarakat yang menyadari potensinya. Padahal, berbagai penelitian telah berhasil membuktikan bahwa tanaman awar-awar khususnya bagian daun dan batang memiliki potensi sebagai anti kanker dengan berbagai mekanisme salah satunya adalah melalui penghambatan angiogenesis. Penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan dasar pertimbangan guna mamaksimalkan pemanfaatan tanaman awar-awar, sehingga nantinya dapat dikembangkan dan diaplikasikan untuk terapi kanker.
Oleh : Devika Nurhasanah, Nanang Fakhrudin, Agung Endro Nugroho Fakultas Farmasi UGM
Daftar Pustaka
Carmeliet, P. dan Jain, R.K., 2011. Molecular mechanisms and clinical applications of angiogenesis. Nature, 473: nature10144
Gamallo, J.P.M. dan Gallego, R.P., 2017. ‘Evaluation of Antiangiogenic Property and Toxicity of Ficus Septica Burm F. Stem Extract’ dalam: Evaluation of Antiangiogenic Property and Toxicity of Ficus Septica Burm F. Stem Extract. Dipresentasikan pada RF-ISERD International Conference, Singapore, hal. 1-17.
Lansky, E.P. dan Paavilainen, H.M., 2011. Figs: The Genus Ficus, Traditional herbal medicines for modern times. CRC Press, Boca Raton.
Matter, A. 2001. Tumor angiogenesis as a therapeutic target. Drug Discovery Today. 6: 1005-1020.
Nurhasanah, D., 2018. ‘Uji Aktivitas Anti-angiogenesis Fraksi Tak Larut N-Heksana dari Ekstrak Etanol Daun Awar-awar (Ficus septica Burm. f.) pada Membran Kario Alantois Ayam secara Ex-ovo‘, Thesis, M. Pharm. Sci, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Potente, M., Gerhardt, H., dan Carmeliet, P., 2011. Basic and Therapeutic Aspects of Angiogenesis. Cell, 146: 873–887.
Ragasa, C.Y., Macuha, M., De Los Reyes, M.M., Mandia, E.H., dan Van Altena, I.A., 2016. Chemical Constituents of Ficus septica Burm. F. International Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 8: 1464–1469.
Saraswati, S., Kanaujia, P.K., Kumar, S., Kumar, R., dan Alhaider, A.A., 2013. Tylophorine, a phenanthraindolizidine alkaloid isolated from Tylophora indica exerts antiangiogenic and antitumor activity by targeting vascular endothelial growth factor receptor 2-mediated angiogenesis. Molecular Cancer, 12: 82.
Sudarsono, Gunawan, D., Wahyono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, 2002. Tumbuhan Obat II: Hasil Penelitian, Sifat-Sifat Dan Penggunaan. Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ueda, J., Takagi, M., dan Shin-ya, K., 2009. Aminocaprophenone- and Pyrrolidine-type Alkaloids from The Leaves of Ficus septica. Journal of Natural Products, 72: 2181–2183.
Wu, P.-L., Rao, K.V., Su, C.-H., Kuoh, C.-S., dan Wu, T.-S., 2002. Phenanthroindolizidine Alkaloids and Their Cytotoxicity from The Leaves of Ficus septica. Heterocycles, 57: 2401–2408.