Dunia sedang menghadapi krisis kesehatan dan sosial-ekonomi global yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dipicu oleh pandemi Covid-19. Penyakit dari kasus pertama yang dikonfirmasi oleh laboratorium tentang infeksi 2019-nCoV adalah pada 1 Desember 2019 di Wuhan, Cina. Penyakit Corona virus 2019 (Covid-19) diumumkan sebagai pandemi global pada Februari 2020. Covid-19 memiliki masa inkubasi rata-rata 5,2 hari (interval kepercayaan 95%; 4,1-7,0). Infeksinya akut tanpa status karier apapun. Gejala biasanya dimulai dengan sindrom nonspesifik, termasuk demam, batuk kering, dan kelelahan. Beberapa sistem mungkin terlibat, termasuk pernapasan (batuk, napas pendek, sakit tenggorokan, rinore, hemoptisis, dan nyeri dada), gastrointestinal (diare, mual, dan muntah), muskuloskeletal (nyeri otot), dan neurologis (sakit kepala atau kebingungan). Tanda dan gejala yang lebih umum adalah demam (83% -98%), batuk (76% -82%), dan sesak napas (31% -55%). Ada sekitar 15% dengan demam, batuk dan napas pendek (WHO, 2020).
Upaya penelitian yang kuat sedang dilakukan untuk mengembangkan vaksin melawan Covid-19. Sampai saat ini sudah ada vaksin tetapi penelitian lebih spesifik masih tetap dilakukan tentang keefektifan vaksin tersebut. Oleh karena itu pengobatan harus didasarkan pada kondisi klinis pasien dan perawatan suportif dapat dilakukan dengan sangat efektif. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap virus corona. Mempertahankan kekebalan atau sistem kekebalan adalah salah satu cara untuk menghindari infeksi virus dan penyakit, termasuk Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik berbagai inovasi di seluruh dunia termasuk penggunaan kembali obat-obatan, obat-obatan tradisional dan mengembangkan terapi baru dalam mencari pengobatan potensial untuk Covid-19. Ada banyak cara untuk tetap sehat dan memperkuat sistem kekebalan tubuh selama pandemi ini, kekebalan tidak dapat dibangun dalam sehari, tetapi kabar baiknya adalah bahwa makanan dan minuman yang seimbang dan aktif secara fisik dan mental biasanya cukup untuk menjaga sistem kekebalan tubuh dalam keadaan sehat (Dwi Hartanti, Binar Asrining Dhiani, Shintia Lintang Charisma, 2020).
Jamu dapat menjadi salah satu pilihan untuk memperkuat sistem imun tubuh seseorang. Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah dipraktekkan selama berabad-abad di masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Meskipun sudah banyak obat-obatan modern, jamu masih sangat populer di daerah pedesaan maupun perkotaan (Elfahmi, Woerdenbag, H. J., & Kayser, 2014) . Terutama disaat saat seperti ini, dimana belum ditemukannya obat untuk suatu penyakit, masyarakat akan kembali menggunakan tumbuhan sebagai alternatif pengobatan dengan manfaatnya yang beragam. Selain itu dengan harga yang murah dan bahan baku yang mudah ditemukan, jamu dapat dibuat dan dikonsumsi sendiri di rumah (Adristy Ratna Kusumo, Farrel Yumna Wiyoga, Haekal Putra Perdana dan Khairunnisa, Raihan Ibadurrohman Suhandi, 2020).
Tanaman yang dapat dikonsumsi dan dibuat menjadi jamu untuk penguat imunitas atau immune booster antara lain adalah temulawak, kunyit, dan jahe. Selain bahan utama tersebut dapat juga ditambahkan bahan lain untuk menambah rasa dan memberi aroma yang menggugah selera seperti kayu manis, serai, dan gula aren.
Kunyit atau curcuma domestica (Zingiberaceae) adalah tanaman tropis yang banyak terdapat di benua Asia. Menurut data (Badan Pusat Statistik, 2018) tanaman kunyit juga merupakan tanaman dengan produksi terbesar kedua di Indonesia pada tahun 2018 dengan luas panen sebesar 7.481,40 hektar, dimana ini juga diurutan kedua setelah jahe. Dalam sejarah perobatan rakyat India, kunyit dianggapkan sebagai bahan antibiotik yang terbaik sementara pada masa yang sama kunyit juga digunakan untuk memudahkan proses pencernaan dan memperbaiki perjalanan usus. Diketahui kunyit mengandung senyawa kurkumin yang memiliki banyak sekali manfaat seperti : antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, dan antivirus yang sangat cocok apabila digunakan untuk meningkatkan imunitas agar tetap sehat dikala pandemi seperti saat ini (Redi Aryanta, 2019). Kandungan utama pada rimpang kunyit adalah kurkumin, demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin minyak atsiri, resin, oleoresin, damar, lemak, protein, kalsium, fosfor, dan besi (Rahardjo dan Rostiana, 2005).
Temulawak atau Curcuma xanthorrhiza Roxb merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat-obatan yang tergolong dalam suku temu- temua(Zingiberaceae). Salah satu kandungan terbanyak yang dimiliki tumbuhan temulawak ialah pati, pati temulawak mengandung kurkuminoid yang membantu proses metabolisme dan fisiologis organ badan. Penggunaan temulawak dalam pengobatan tradisional banyak digunakan dalam pengobatan gangguan pencernaan, sakit kuning, keputihan, meningkatkan daya tahan tubuh serta menjaga kesehatan (Aldizal, R., Rizkio, M., Perdana, F., Suci, F., Galuh, V., Putri, A., Rina, A., Cahyani dan D., Yanti, R., & Khendri, 2019). Temulawak secara empiris dilaporkan dapat mengobati berbagai penyakit seperti radang dan pembengkakan saluran cerna, batu empedu, liver, dispepsia, antispasmodic (Wahyuni, W.T., Herdiyanto, 2017). Sedangkan secara saintifik temulawak dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antifungi, antioksidan, antikarsinogenik, antimetastasis, antiinflamasi, antijamur, antiplatelet, antikolesterol, antihalitosis, anti-HIV, antihiperglikemia, kemopreventif, nefroprotektif, hepatoprotektif, dan bersifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara (Hwang, J.K., Shim, J.S. & Pyun, 2000).
Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rempah yang berasal dari Asia Selatan, dan sekarang telah tersebar ke seluruh dunia. Jahe dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal karena mengandung minyak atsiri dengan senyawa kimia aktif, yang berkhasiat dalam mencegah dan mengobati berbagai penyakit . Senyawa kimia aktif yang juga terkandung dalam jahe yang bersifat anti-inflamasi dan antioksidan, adalah gingerol, beta-caroten, capsaicin, asam cafeic, curcumin dan salisilat (Yuan Shan, C., & Iskandar, 2018). Menurut (Tsai, T.H, Tsai, P.J., and Ho, 2005) senyawa yang berperan sebagai antioksidan dalam jahe adalah substansi fenol. (Negri, 2005) menyatakan bahwa komponen aktif hipoglisemik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah terpenoid, alkaloid, cumarin, flavonoid, dan capsaicin. (Suhaj, 2006) menyatakan bahwa antioksidan yang berasal dari jahe (Zingiber officinale) adalah gingerol, shogaol, alanin, dan lain-lain. Gambar 3. Rimpang jahe.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka diduga jahe yang mengandung senyawa fenol yang mempunyai kemampuan mereduksi sehingga juga mempunyai antioksidatif dan aktivitas hipoglisemik.
Cara pembuatan jamu untuk meningkatkan daya tahan tubuh/imunitas tubuh disaat pandemi Covid-19 bisa dibuat sendiri dengan membeli bahan yang tidak sulit diperoleh di sekitar kita. Bahan-bahan yang digunakan meliputi kunyit, temulawak, jahe, dan gula aren. Cara membuat ramuan sangatlah mudah kupas kunyit, temulawak, dan jahe masing-masing 1 ruas ibu jari setelah itu cuci bersih dan digeprek. Kemudian masukkan dalam wadah dan direbus dengan api kecil dengan 3 gelas air dan masukkan gula aren secukupnya hingga air tinggal setengahnya. Kemudian saring dalam keadaan dingin. Diminum 2x sehari 1 gelas.
Kesimpulan dari artikel di atas adalah kunyit atau Curcuma domestica mengandung senyawa curcumin yaitu memudahkan proses pencernaan, memperbaiki perjalanan usus, antioksidan, anti inflamasi, anti bakteri, antivirus yang berfungsi meningkatkan imunitas. Temulawak atau Curcuma xanthorrhiza Roxb mengandung curcumin, flavonoid, membantu proses metabolisme, antioksidan minyak atsiri untuk menyembuhkan radang, dan mengharumkan tubuh. Jahe atau Zingiber officinale (gingerol, beta-caroten, mengandung senyawa kimia aktif yang bersifat inflamasi dan antioksidan). Dari masing-masing manfaat tumbuhan tersebut, sehingga dapat meningkatkan imunitas tubuh disaat pandemi Covid-19 dengan biaya yang relatif murah dan mudah diperoleh oleh masyarakat. Selain konsumsi jamu, menambahkan konsumsi suplemen juga disarankan jika masyarakat merasa membutuhkan. Sementara itu, orang dengan aktivitas fisik berlebihan, orang yang terpaksa bekerja di luar rumah, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti orang dengan komorbiditas sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi imunostimulan. Mengelola stres juga penting, karena stres mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Adristy Ratna Kusumo, Farrel Yumna Wiyoga, Haekal Putra Perdana, I. dan Khairunnisa, Raihan Ibadurrohman Suhandi, S.S.P., 2020. JAMU TRADISIONAL INDONESIA: TINGKATKAN IMUNITAS TUBUH SECARA ALAMI SELAMA PANDEMI. Jurnal Layanan Masyarakat, 4: 465–471.
Aldizal, R., Rizkio, M., Perdana, F., Suci, F., Galuh, V., Putri, A., Rina, A., Cahyani, N. dan D., Yanti, R., & Khendri, F., 2019. Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) sebagai Obat Tradisional. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, .
Badan Pusat Statistik, 2018. Statistik Tanaman Biofarmaka Indonesia 2018, 2018th ed. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Dwi Hartanti, Binar Asrining Dhiani, Shintia Lintang Charisma, R.W., 2020. The Potential Roles of Jamu for COVID-19: A Learn from the Traditional Chinese Medicine. Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 7: 12–22.
Elfahmi, Woerdenbag, H. J., & Kayser, O., 2014. Jamu: Indonesian traditional herbal medicine towards rational phytopharmacological use. Journal of Herbal Medicine, .
Hwang, J.K., Shim, J.S. & Pyun, Y.., 2000. Antibacterial Activity of Xanthorrhizol from Curcuma xanthorrhiza against Oral Pathogens. Fitoterapia, 71: 321–323.
Negri, G., 2005. Diabetes militus ;hypoglicemic olants and natural active priciples. Brazillian journal of pharmceutical sciences, 41: 121–141.
Rahardjo, M. dan Rostiana, O., 2005. Budidaya Tanaman Kunyit. Bogor (ID) : Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika, 1–6.
Redi Aryanta, I.W., 2019. manfaat jahe untuk kesehatan. widya kesehatan, .
Suhaj, M., 2006. spice antioxidants isolation and their antiradical activity. journal of food composition and analys, 19: 531–537.
Tsai, T.H, Tsai, P.J., and Ho, S.., 2005. antioxidant and anti-inflammatory activities of several commonly used spices. journal of food science, 70: .
Wahyuni, W.T., Herdiyanto, H. dan R.M., 2017. Metode Ekstraksi dan Pemisahan Optimum Untuk Isolasi Xanthorizol dari Temulawak (Curcuma xanthoriza). Jurnal Jamu Indonesia, 2: 43–50.
WHO, 2020. Coronavirus disease (COVID-2019) situation reports. https://www.who.int/emergencies/ diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports.
Yuan Shan, C., & Iskandar, Y., 2018. Studi Kandungan Kimia Dan Aktivitas Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.). pharmacia.
Oleh: Anita Agustina Styawan
Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM