Penulis
Fivy Kurniawati dan Niken Nur Widyakusuma
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang sangat umum terjadi di masyarakat, namun banyak disepelekan karena tidak adanya gejala yang terasa. Padahal, hipertensi yang dibiarkan tidak terkontrol sangat berbahaya dan berakibat fatal. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa informasi terkait pengobatan hipertensi sebagai berikut.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik menjadi sebesar 140 mmHg atau lebih dan/atau tekanan darah diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih, yang menetap setelah pemeriksaan berulang. Hipertensi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling banyak dialami oleh masyarakat (90 – 95% dari seluruh kasus hipertensi), dimana peningkatan tekanan darah terjadi bukan karena adanya penyakit lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Sementara, hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain seperti penyakit ginjal, hormonal, pembuluh darah, atau karena penggunaan obat seperti kontrasepsi oral, obat antiinflamasi non steroid, atau steroid. Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi primer antara lain peningkatan aktivitas pada sistem syaraf pusat, konsumsi garam dan konsumsi alkohol.
Beberapa faktor risiko hipertensi antara lain
• jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi berisiko mengalami hipertensi dibanding perempuan)
• usia (pada laki-laki usia > 55 tahun dan pada perempuan usia >65 tahun risiko hipertensi akan meningkat)
• kebiasaan merokok
• kadar kolesterol total yang tinggi
• menderita diabetes melitus
• overweight/berat badan berlebih
• memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga
• peningkatan kadar asam urat
• beberapa faktor lain yang mempengaruhi kondisi pembuluh darah.
Pada mereka yang mengalami hipertensi di usia cenderung muda, hipertensi dapat diperbaiki dengan perubahan pola hidup yang lebih sehat seperti menjaga pola makan, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, aktivitas fisik yang teratur (olahraga) dan pembatasan konsumsi garam serta pengelolaan pikiran (menghindari dan mengelola stres). Namun, pada mereka yang sudah berusia 60 tahun ke atas, umumnya hipertensi belum cukup dikelola dengan perubahan gaya hidup saja, namun membutuhkan pengobatan dari dokter. Seiring dengan pertambahan usia, kondisi jantung, pembuluh darah, ginjal, dan organ tubuh lainnya mengalami penurunan fungsi sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Akibatnya, untuk menjaga tekanan darah tetap baik dan terkontrol, penderita hipertensi perlu menggunakan obat antihipertensi secara rutin, terus menerus, sesuai aturan pakai, dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Beberapa obat antihipertensi utama yang diberikan oleh dokter di antaranya adalah diuretik (contoh: spironolakton, hidroklortiazid), golongan ACE inhibitor (contoh: kaptopril, lisinopril, ramipril), golongan Beta Bloker (contoh: propranolol, bisoprolol), golongan angiotensin II reseptor bloker dan bloker kanal kalsium. Penggunaan obat antihipertensi harus selalu berdasarkan resep dokter dengan mempertimbangkan riwayat kesehatan pasien dan potensi efek samping yang mungkin terjadi. Beberapa efek samping yang umum terjadi akibat penggunaan obat antihipertensi di antaranya adalah:
1. Diuretik: sering buang air kecil, dehidrasi dan kelelahan, peningkatan kadar asam urat, gangguan elektrolit.
2. Golongan ACE Inhibitor: batuk kering, hiperkalemia (peningkatan kadar kalium dalam darah), angiodema, insufisiensi ginjal.
3. Beta Blocker: insomnia, halusinasi dan depresi, kelelahan dan pusing, denyut jantung tidak teratur (bradikardia).
4. Antihipertensi golongan Angiotensin II Reseptor Blocker: hiperkalemia (peningkatan kadar kalium dalam darah), hipotensi, angiodema
5. Bloker kanal kalsium: edema (pembengkakan, terutama di pergelangan kaki), bradikardi (detak jantung lambat), pusing dan sakit kepala
Walaupun memiliki kemungkinan efek samping tersebut, penderita hipertensi tidak perlu khawatir selama penggunaan obat sudah sesuai dengan aturan pakainya. Bagaimanapun, manfaat dari minum obat anthipertensi lebih besar daripada kemungkinan efek samping yang belum tentu terjadi pada setiap orang. Obat antihipertensi juga bukan obat yang hanya diminum jika terasa pusing atau terasa gejala saja, namun harus diminum rutin walaupun tidak merasakan gejala. Konsultasikan kepada dokter Anda mengenai pengobatan hipertensi Anda, supaya dapat menjalani pengobatan dengan aman dan nyaman.
Sumber gambar: https://unsplash.com/photos/woman-in-brown-and-white-leopard-print-bikini-bottom
-holding-blue-and-white-plastic-bottle-PzSgaHsQmgY?utm_content=creditShareLink&utm_medium=referral&utm_source=unsplash
Referensi:
Chisholm-Burns, Marie A., et al., 2016, Pharmacotherapy Principles & Practice, 4th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc.
Unger, Thomas, et al., 2020, 2020 International Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines, Hypertension, 75:1334 – 1357.
Williams, Bryan, et al., 2018, 2018 ESC/ESH Guidelines for The Management of Arterial Hypertension, European Heart Journal, 39:3021–3104.