Penulis
Pratiwi Apridamayanti
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi UGM
Dosen Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Tanaman liar atau gulma oleh masyarakat sering dianggap menganggu dan tidak bermanfaat. Pada lahan pertanian dan perkebunan tanaman liar dapat menganggu pertumbuhan tanaman utama sehingga dilakukan pembersihan tanaman liar. Tanaman liar yang hidup subur tidak hanya dilahan pertanian dan perkebunan, namun dapat juga tumbuh subur di Semak belukar, lahan terganggu, tepian hutan, dan lereng gunung salah satunya adalah tanaman Melastoma malabathricum. Pemanfaatan tanaman liar sebagai pengobatan telah banyak dilakukan oleh masyarakat, yang dikenal sebagai ramuan tradisional warisan leluhur.
Cengkodok (Melastoma malabathricum)
Melastoma malabathricum merupakan tanaman liar dengan jenis tanaman yang adaptif dan dapat tumbuh diberbagai habitat seperti pinggir jalan, tepi sungai, hutan sekunder, sawah, dataran tinggi, daerah pegunungan, dan padang rumput (Tambaru, 2017). Tumbuh baik didaerah tropis lembab di seluruh Asia Tenggara dengan nama daerah yaitu Kenduduk (Malaysia); Malabar melastome, Singapore rhododendron (Singapura); Mang kre, Mang re, (Thailand), Malatungau, Malatungaw (Philipina); dan Harendong, Senggani (Indonesia) (Joffry et al., 2012). Masyarakat dimasing-masing daerah menggunakan tanaman ini dalam pengobatan tradisionalnya antara lain sebagai obat diare, disentri, keputihan, wasir, luka sayat, infeksi, sakit gigi, sakit perut, perut kembung, kaki sakit, dan sariawan (Halim et al., 2022). Bagian tanaman yang digunakan secara tradisional antara lain Akar, ranting, daun (Malaysia-Indonesia) ; buah (thailand); buah, daun, kulit kayu, (India)(Samad et al., 2018)(Tambaru, 2017)(Jumiati et al., 2022).
Pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dapat menjadi acuan dalam pengembangan obat berbasis bahan alam yang mana secara empirik telah dilakukan oleh masyarakat. Pada perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat penelitian terkait bahan alam dapat menjadi rujukan sebagai bukti pendukung dalam melakukan pengembangan obat berbasis bahan alam. Terkait penelitian tanaman Melastoma malabathricum telah dilakukan uji metabolit sekunder yang terkadung pada tanaman yaitu asam galat, asam 4-O-Caffeoylquinic, asam 3-O-trans-Coumaroylquinic, Arteamisinnine I, Kuersimetritin, Kuersetin, Norbergenin, Digiprolactone, Isoquercitrin, L-Phenylalanine, Epicatechin, Choline, 7-Hydroxycoumarine, asam sitrat (Lestari et al., 2022)(Lestari et al., 2024). Penelitian yang dilakukan oleh (Safitri et al., 2024) diketahui bahwa metabolit sekunder paling banyak terdistribusi dibagian daun dan akar adalah golongan senyawa fenolik, daun dan ranting adalah golongan senyawa terpenoid, sedangkan senyawa alkaloid terdapat dibagian akar, daun dan ranting. Adanya metabolit sekunder pada bagian tumbuhan pada tanaman Melastoma malabathricum dapat menjadi pembuktian secara ilmiah pemanfaatan pengobatan yang telah digunakan oleh masyarakat secara tradisional.
Penelitian yang telah dilakukan dalam uji aktivitas tanaman Melastoma malabathricum antara lain aktivitas antinosiseptic pada hewan uji telah dilakukan oleh (Zakaria et al., 2016) diperoleh kemungkinan mekanisme antinosiseptic melalui aksi non opioid malalui jalur yang dimediasi oleh NO-cGMP-independen, mengaktivasi reseptor vanilloid, keterlibatan sistem glutaminergic (reseptor glutamate dan reseptor glutamatergic) melalui jalur antagonis reseptor NMDA dan senyawa yang diduga memiliki aktivitas antinosiseptic antara lain oleoamida dan asam palmitat yang terdapat pada fraksi petroleum eter yang memiliki kemampuan menghilangkan rasa nyeri. Kandungan terpenoid juga diindikasikan mampu memberikan efek antinosiseptic. Aktivitas perlindungan terhadap saluran pencernaan telah dilakukan oleh (Zakaria et al., 2015) menggunakan ekstrak metanol Melastoma malabathricum melalui mekanisme peningkatan volume gastric mucus melalui aksi NO dan grup sulfhydryl (SH) dalam modulasi integritas mukosa lambung melawan hiperasiditas dalam mengatur sekresi asam dan menjaga lambung dari terjadinya luka, dikaitkan menurunnya probabilitas luka lambung dikarenakan jumlah SH endogen didalam darah tinggi. Kemampuan dalam penyembuhan luka pada tanaman Melastoma malabathricum dilakukan oleh (Nurdiana & Marziana, 2013) menggunakan pelarut air diketahui penyembuhan luka kelompok ekstrak 93% dibandingkan dengan kelompok tanpa perlakuan sebesar 77%. Peningkatan penyembuhan luka dimungkinkan karena peristiwa kolagenasi berkontribusi pada peningkatkan epitelisasi dan penutupan luka. Adapun senyawa yang diduga terlibat dalam proses ini antara lain golongan flavonoid dan tanin yang berhubungan dengan aktivitas antiinflamasi, antioksidan dan antimikroba. Uji aktivitas antidiabetes telah dilakukan oleh (Anandika Lestari et al., 2024) menggunakan seduhan dari daun Melastoma malabathricum diketahui memiliki aktivitas antidiabetes dengan kemungkinan senyawa yang memiliki aksi sinergis yaitu asam sitrat dan epikatekin.
Pemanfaatan tanaman Melastoma malabathricum yang dilakukan antara lain formulasi salep yang mengandung ekstrak Melastoma malabathricum dengan tujuan untuk luka bakar dan sayat, antibakteri; pemanfaatan dalam pembuatan minuman fungsional antara lain pembuatan minuman teh herbal atau teh fermentasi dengan tujuan minuman fungsional sebagai minuman antihiperglikemik dan sumber antioksidan; pemanfaatan buah sebagai sumber pewarna buatan dan pembuatan sabun dan masker krim untuk kosmetika. Pengembangan pemanfaatan tanaman Melastoma malabathricum berkembang sehingga potensi tanaman ini sebagai sumber bahan baku besar. Penyiapan tanaman Melastoma malabathricum sebagai bahan baku dapat dilakukan dengan melakukan standarisasi. Sehubungan tanaman Melastoma malabathricum adalah tanaman liar, maka diperlukan SOP dalam penyiapannya sebagai bahan baku, salah satunya adalah tempat pengambilan (letak geografis) tanaman Melastoma malabathricum. Profil metabolit pada tanaman dapat memberikan informasi terkait komposisi senyawa kimia yang terkandung didalamnya sehingga dapat mendeteksi bermacam-macam aktivitas bioaktif dan kemungkinan isolasi senyawa kimia. Beberapa dekade terakhir ini profil metabolit terus berkembang pada pencarian obat bahan alam, pengendalian mutu bahan baku obat alam dan teknik analisis kuantitatif yang luas terkait susunan metabolit didalam sampel biologi yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian fitomedisin dan menjadi bukti ilmiah pengobatan berbasis bahan alam. Instrumentasi yang telah memberikan kontribusi pada perkembangan studi metabolomik adalah spektoskopi (cth. UV, IR, MS dan NMR), kromatografi (cth. GC, dan HPLC), dan teknik gabungan antara spektroskopi dan kromatografi (ex. TLC-Densitometri, LC-MS dan GC-MS) serta kombinasi teknik analisis statistika multivariat menggunakan teknik principal components analysis (PCA) dan partial least squares-discriminant analysis PLS-DA (Lee et al., 2017).
Aplikasi pada studi metabolomik dapat diterapkan dalam kontrol kualitas bahan baku. Pada bahan baku yang bersumber dari bahan alam studi metabolomic dapat secara komprehensif memberikan data kualitatif dan kuantitatif metabolit tumbuhan dengan spesies berbeda, genotipe dan tipe ekologi sehingga ditemukan perbedaan antar sampel. Penerapan studi ini dapat dilakukan dimulai pencarian sumber bahan alam, budidaya, pemanenan, proses dan selama penjualan (Xiao et al., 2022). Studi metabolomik pencarian sumber bahan alam terkait pengaruh metabolit pada geografis asal tanaman Melastoma malabathricum dilakukan oleh (Mayasari et al., 2021); (Mayasari et al., 2022) diketahui bahwa letak geografis mempengaruhi metabolit dan aktivitas antibakteri yang dimiliki. Sehingga perkembangan pemanfaatan tanaman liar menjadi sumber bahan baku obat dapat dilakukan, mengingat untuk saat ini masih minimnya proses pembudidayaan tanaman Melastoma malabathricum. Dalam waktu kedepannya dengan tergerusnya lahan kosong, minimnya hutan sekunder maka tidak menutup kemungkinan pembudidayaan penting dilakukan mengingat besarnya potensi tanaman Melastoma malabathricum menjadi obat berbasis bahan alam. Pengembangan proses pembudidayaan dilakukan dikemudian hari dengan dimilikinya data terkait kondisi tumbuh optimal terhadap tanaman Melastoma malabathricum telah sehingga proses pembudidayaan menjadi singkat.
Kesimpulan
Penggunaan tanaman liar dalam obat tradisional menemui perjalanan yang panjang. Penelitian terkait studi metabolit, aktivitas, dan metabolomik terus berkembang yang dilakukan demi menjamin bahan baku yang digunakan sebagai obat herbal. Semakin tergerusnya lahan kosong akibat pertumbuhan manusia, dapat mempengaruhi tempat tumbuh dan ketersediaan tanaman Melastoma malabathricum sebagai bahan baku dan mengingat tanaman liar memiliki kelemahan terkait tempat tumbuhnya dan kandungan metabolit yang tidak seragam dapat mempengaruhi kualitas bahan baku, sehingga diperlukan proses pembudidayaan untuk tanaman Melastoma malabathricum.
Pustaka
- Anandika Lestari, O., Sri Palupi, N., Setiyono, A., Kusnandar, F., & Dewi Yuliana, N. (2024). LC-MS metabolomics and molecular docking approaches to identify antihyperglycemic and antioxidant compounds from Melastoma malabathricum L. Leaf. Saudi Journal of Biological Sciences, 31(8), 104047. https://doi.org/10.1016/j.sjbs.2024.104047
- Halim, S., Angela, T., & Rusip, G. (2022). A Review Pharmacological Activities of Melastoma malabathricum. Teikyo Medical Journal, 45(22), 7257–7262.
- Joffry, S. M., Yob, N. J., Rofiee, M. S., Affandi, M. M. R. M. M., Suhaili, Z., Othman, F., Akim, A. M., Desa, M. N. M., & Zakaria, Z. A. (2012). Melastoma malabathricum (L.) smith ethnomedicinal uses, chemical constituents, and pharmacological properties: A review. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2012(Table 1), 6–20. https://doi.org/10.1155/2012/258434
- Jumiati, E., Ismandari, T., Amarullah, & Willem. (2022). The Potency of Karamunting Borneo Plants From Weeds Into Herbs. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1083(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/1083/1/012003
- Lee, K. M., Jeon, J. Y., Lee, B. J., Lee, H., & Choi, H. K. (2017). Application of metabolomics to quality control of natural product derived medicines. Biomolecules and Therapeutics, 25(6), 559–568. https://doi.org/10.4062/biomolther.2016.249
- Lestari, O. A., Palupi, N. S., Setiyono, A., Kusnandar, F., & Yuliana, N. D. (2022). In vitro antioxidant potential and phytochemical profiling oMelastoma malabathricum leaf water extract. Food Science and Technology (Brazil), 42. https://doi.org/10.1590/fst.92021
- Mayasari, D., Murti, Y. B., Pratiwi, S. U. T., & Sudarsono, S. (2021). Metabolic fingerprinting of Melastoma malabathricum L. extracts using high-performance liquid chromatography-diode array detector combined with chemometric data analysis. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 11(9), 048–056. https://doi.org/10.7324/JAPS.2021.110906
- Mayasari, D., Murti, Y. B., Pratiwi, S. U. T., Sudarsono, S., Hanna, G., & Hamann, M. T. (2022). TLC-Based Fingerprinting Analysis of the Geographical Variation of Melastoma malabathricum in Inland and Archipelago Regions: A Rapid and Easy-to-Use Tool for Field Metabolomics Studies. Journal of Natural Products, 85(1), 292–300. https://doi.org/10.1021/acs.jnatprod.1c00622
- Nurdiana, S., & Marziana, N. (2013). Wound healing activities of melastoma malabathricum leaves extract in Sprague dawley rats. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 20(2), 20–23.
- Safitri, A., Hartanto, L., & Rachmawati, D. (2024). AGRICULTURE AND malabathricum L .) grown in different soil types. 58, 385–394.
- Samad, N. A., Mohamed Kamal, N. N. S. N., Yahaya, N., Aziz, M. Y. Bin, Zain, N. N. M., Yusoff, N. A. M., & Lim, V. (2018). Ethnobotanical, phytochemical, and pharmacological aspects of Melastoma sp. Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences, 14(6), 153–163.
- Tambaru, E. (2017). Keragaman Jenis Tumbuhan Obat Indigenous Di Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Pengetahuan Alam Dan Lingkungan, 8(15), 7–13.
- Xiao, Q., Mu, X., Liu, J., Li, B., Liu, H., Zhang, B., & Xiao, P. (2022). Plant metabolomics: a new strategy and tool for quality evaluation of Chinese medicinal materials. Chinese Medicine (United Kingdom), 17(1), 1–19. https://doi.org/10.1186/s13020-022-00601-y
- Zakaria, Z. A., Balan, T., Mamat, S. S., Mohtarrudin, N., Kek, T. L., & Salleh, M. Z. (2015). Mechanisms of gastroprotection of methanol extract of Melastoma malabathricum leaves. BMC Complementary and Alternative Medicine, 15(1). https://doi.org/10.1186/s12906-015-0638-z
- Zakaria, Z. A., Jaios, E. S., Omar, M. H., Abd. Rahman, S., Hamid, S. S. A., Ching, S. M., Teh, L. K., Salleh, M. Z., Deny, S., & Taher, M. (2016). Antinociception of petroleum ether fraction derived from crude methanol extract of Melastoma malabathricum leaves and its possible mechanisms of action in animal models. BMC Complementary and Alternative Medicine, 16(1). https://doi.org/10.1186/s12906-016-1478-1