Oleh : Fita Rahmawati, Chairun Wiedyaningsih, Endang Lukitaningsih Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Prinsip non-maleficence merupakan prinsip dasar etik bagi penyedia layanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Patient safety pada saat ini menjadi isu global dalam pelayanan kesehatan dan komponen utama dalam manajemen kualitas. Hal ini karena hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi risiko termasuk pelayanan kefarmasian. Banyaknya jenis obat, serta jumlah pasien dengan terbatasnya staf rumah sakit, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan pengobatan (medication errorr) (Stojković et al,, 2016).
Selain isu mengenai patient safety evaluasi mengenai mutu pelayanan farmasi juga penting untuk diperhatikan. Dimensi waktu atau lama pelayanan menjadi salah satu parameter dalam penilaian mutu pelayanan farmasi (Kepmenkes, 2004). Hal ini karena waktu tunggu pelayanan obat di apotek rawat jalan dapat memengaruhi kualitas pelayanan disamping isu keselamatan pasien seperti dispensing error. Lebih jauh Kepmenkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit menyebutkan beberapa kriteria untuk waktu tunggu pelayanan untuk obat jadi ≤ 30 menit dan obat racikan ≤ 60 menit serta tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat (100 %).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian serta patient safety. Penggunaan tehnologi di bidang kesehatan seperti penerapan tehnologi informasi melalui elektronik prescribing yang disuport oleh system Computerized Physician Order Entry (CPOE) merupakan solusi dalam menekan medication error serta adverse drug reaction (ADR). Istilah CPOE mengacu pada berbagai sistem berbasis komputer berupa permintaan penyiapan obat bagi pasien oleh tenaga medis pada farmasis. System CPOE yang tersedia mempunyai kemampuan yang bervariasi mulai hanya menyediakan daftar obat-obatan yang bisa diresepkan oleh dokter hingga layanan yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan klinik seperti peringatan akan adanya interaski obat-obat, alergi obat, kontraindikasi obat, serta adanya kelainan hasil laboratorium. System pengecekan tersebut akan membantu klinisi dalam mendeteksi masalah pada pasien, sehingga pengobatan pasien dapat lebih optimal. Penggunaan E- prescribing telah banyak diteliti mampu menurunkan medication error serta adverse drug reaction (Ammenwerth et al., 2008).
Dalam pelayanan kefarmasian pada saat ini telah banyak dikembangkan berbagai tehnologi yang bertujuan untuk mempercepat palayanan. Terdapat berbagai jenis automatic dispensing mechine (ADM) untuk berbagai sediaan (oral maupun injeksi) yang telah tersedia di pasaran pada saat ini. Mesin automatik dispensing dibeberapa negara telah digunakan untuk membantu dispensing sediaan farmasi baik pada farmasi komunitas maupun di rumah sakit. Kunjungan penulis ke farmasi komunitas Phillia Pharmacy dan rumah sakit Seoul National University Hospital di Seoul Korea Selatan tahun 2019, proses dispensing baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan menggunakan bantuan teknologi untuk mengoptimalkan pelayanan.
Gambar 1 . Automatic dipensing machine untuk sediaan injeksi di bagian pelayanan farmasi Rumah Sakit Seoul National University Hospital, Seoul, Korea Selatan
Di Indonesia penggunaan tehnologi ini mulai diterapkan di beberapa rumah sakit untuk mempercepat pelayanan penyiapan obat baik untuk rawat inap maupun rawat jalan. Pengunaan ADM dalam praktek pelayanan kefarmasian menunjukkan banyak manfaat seperti meningkatkan efeisiensi kerja serta meningkatkan keamanan bagi pasien. Sebuah artikel review menyebutkan bahwa ADM meningkatkan kepuasan kerja bagi perawat dan farmasis, menurunkan dispensing errors sebanyak 35%, penghematan waktu pelayanan hingga 50% pada peak hours. Anaslsis biaya menunjukkan adanya penurunan stok inventory senta peningkatan penghematan biaya (Suryadinata, 2017).
Mahasiswa farmasi harus mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menjadi seorang farmasis yang unggul di kemudian hari. Seiring dengan perkembangan revolusi industri 4.0 dimana penggunaan tehnologi secara perlahan menggantikan tenaga manusia, maka interaksi anatara manusia dan teknologi sudah tidak terelakkan lagi. Hadirnya Revolusi industri menjawab permasalahan efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan kefarmasian yang selama ini sering menjadi kendala. Penggunaan tehnologi dalam dunia pelayanan kefarmasian perlu dikenalkan pada mahasiswa farmasi sejak dini mulai dari system informasi manajemen hingga berbagai tehnologi lain yang membantu proses dispensing. Hal ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mhasasiswa ketika memasuki dunia kerja nanti (Le, 2011). Kunjungan penulis ke College of Pharmacy Kangwon National University, Seoul Korea ditahun yang sama meninjau miniatur apotek yang dilengkapi dengan mesin automatic dispensing. Mesin automatic dispensing ini menghasilkan obat yang dikemas dalam unit dose dispensing untuk sekali minum.
Gambar 2 . Automatic dipensing machine untuk sediaan oral pada miniatur apotek di College of Pharmacy Kangwon National University, Seoul Korea
Gambar 3. Obat dikemas dalam unit dose dispensing untuk pasien rawat inap dan rawat jalan menggunakan teknologi mesin automatic dispensing di Rumah Sakit Seoul National University Hospital, Seoul, Korea Selatan
REFERENSI
Ammenwerth E., Schnell-Inderst P., Machan C., Siebert U.2008. The Effect of Electronic Prescribing on Medication Errors and Adverse Drug Events: A Systematic Review. Journal of the American Medical Informatics Association. Vol. 15 No. 5
Kepmenkes No.1027 tahun 2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. Kepmenkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Le M. 2011. Obtaining early clinical exposure as a pharmacy student. American Journal of Health- System Pharmacy,68(23),2220-2220
Suryadinata HU. 2017. The Benefits of Automated Dispensing Machine for Hospital Pharmacy in Indonesia: Situation, Implementation, and Feasibility. 1(1): 15-22.
Stojković T, Marinković V, Krajnović D, Tasić L, Milošević-Georgiev A. 2016. Patient Safety and Medication Errprs in The Provision of Health Care Services – Challenges For Contemporary practice. Acta Medica Medianae, Vol.55(2).