Dr. Sylvia UT. Pratiwi, M.Si
Dosen Fakultas Farmasi UGM
Gambar 1. Kebiasaan menginang pada masyarakat.
Bagi masyarakat di kota-kota di Indonesia bagian timur atau di masyarakat pedesaan, kebiasaan menginang/menyirih telah menjadi tradisi turun temurun dan gaya hidup. Menginang adalah aktivitas mengunyah racikan daun dan buah sirih, pinang, dan kapur sirih (injet), dan ada pula yang dicampur gambir, kapulaga, cengkeh atau tembakau. Kebiasaan ini dikenal masyarakat di Asia Tenggara sejak berabad-abad lalu. Menginang dipercaya dapat membersihkan gigi, membuat gigi dan gusi menjadi lebih sehat dan kuat serta menghilangkan bau mulut. Hal ini disebabkan karena mengunyah daun sirih dan biji pinang dapat memicu produksi air liur yang baik untuk menjaga kekuatan gigi serta mencegah penyakit gusi dan membersihan gigi dan gusi dari sisa-sisa makanan atau kotoran yang menempel. Selain itu kandungan yang ada dalam herbal yang digunakan menginang dipercaya mampu membunuh bakteri, mencegah timbulnya plak gigi, meredakan sakit gigi dan gusi bengkak.
Menginang juga mampu menghasilkan energi tambahan untuk tubuh karena biji pinang memiliki kandungan psikoaktif yang mirip dengan alkohol, kafein, dan nikotin, serta dapat menyehatkan saluran pencernaan, karena air liur berfungsi untuk mengikat dan melembutkan makanan, sehingga proses pencernaan makanan dapat berlangsung dengan lancar. Untuk menginang, masyarakat Indonesia biasa meramu buah pinang muda, gambir, buah sirih, dan kapur sirih (basah atau kering), yang selanjutnya ditumbuk halus dan dibungkus dengan daun sirih lalu dikunyah dan disesap. Rasa sirih pinang cukup unik, yaitu agak pedas, sepat, dan manis.
Gambar 2. Herbal untuk menginang. Sumber: dok. pribadi
Bahan-bahan untuk menginang adalah sebagai berikut:
- Daun dan buah sirih hijau (Piper betle)
Daun sirih mengandung protein, iodin, sodium, vitamin A, B1, B2, asam nikotinat, flavonoid, fenol, tanin, saponin, polifenolat, dan minyak atsiri. Daun sirih digunakan untuk mengobati eksim, bau mulut, menghilangkan jerawat, pendarahan gusi, bronkhitis, asma, batuk, sariawan, luka, keputihan, diare, dan sakit gigi. Buah sirih merupakan buah buni yang berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Buah sirih memiliki kandungan senyawa tanin sebagai antibakteri.
Gambar 3. Buah Sirih hijau. Sumber: dok. pribadi.
- Kapur sirih / apu
Kapur sirih dibuat dari rendaman gamping dalam air selama satu minggu dengan hasil rendaman berupa lumpur kapur lembut. Kapur sirih merupakan kalsium hidroksida berwarna putih, tidak berbau, mengandung senyawa kalsium hidroksida dan bersifat basa kuat. pH pada kapur ini mencapai 11-12,5. Manfaat kapur sirih dalam kesehatan antara lain memperbaiki saluran akar gigi, mengobati luka bakar, mengobati diare, dan mengurangi bau badan.
- Buah pinang / Jambe (Areca catechu L.)
Biji buah pinang mengandung alkaloid arekolin, arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam. Selain itu buah pinang juga mengandung proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid. Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, anti-inflamasi, anti-alergi, dan vasodilatasi.
Gambar 4. Buah Pinang. Sumber: dok. pribadi.
- Buah Gambir (Uncaria gambir Roxb.)
Gambir merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses pencernaan di perut dan usus. Fungsi lain adalah sebagai campuran obat luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat sariawan, serta obat sakit kulit. Kandungan utama Gambir adalah flavonoid gambiriin, katekin, dan asam katekutanat.
Gambar 5. Buah Gambir.
Sumber: https://jakartakita.com/2015/11/21/gambir-bagus-untuk-kesehatan-juga-meningkatkan-vitalitas/
- Daun Tembakau (Nicotiana tabacum)
Tembakau merupakan tanaman famili Solanaceae, mengandung nikotin yaitu senyawa neurotoksin yang mampu mematikan serangga dalam jumlah tinggi. Tidak seperti tumbuhan dari famili Solanaceae lainnya, tembakau tidak mengandung senyawa tropan alkaloida yang beracun bagi manusia. Selain itu tembakau banyak mengandung senyawa germakren, anabasin, dan alkaloida piperidin untuk mengusir herbivora. Dalam menginang tembakau tidak harus ada karena bagi beberapa orang tembakau memberikan efek pusing saat menginang.
Gambar 6. Daun tembakau kering (atas) dan kapur sirih (kiri bawah). Sumber: dok. pribadi.
- Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Seluruh bagian tanaman cengkih mengandung minyak atsiri dan memiliki efek sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik, dan antispasmodik. Minyak cengkeh juga bersifat kemopreventif atau anti-karsinogenik. Minyak atsiri cengkeh yang mengandung eugenol dan β-caryophyllene dimanfaatkan sebagai antiseptik dan analgesic pada pengobatan gigi dan mulut, antijamur, antibakteri, antioksidan, antikarsinogen, dan anti radikal bebas. Senyawa fenilpropanoid memiliki sifat antimutagenik. Sifat antioksidan dari senyawa fenolik (asam galat), flavonol glukosida, komponen fenol (eugenol, asetil eugenol), dan tannin pada cengkeh mampu melindungi hati (bersifat hepatoprotektif), sangat membantu dalam menangkal radikal bebas dan lipid pada organ hati, dan membantu mengatasi penurunan daya ingat akibat stres oksidatif.
Gambar 7. Cengkeh.
- Kapulaga (Amomum cardamomum)
Biji kapulaga memiliki fungsi penambah rasa hangat saat menginang. Buah kapulaga berkhasiat sebagai obat batuk, amandel, haid tidak teratur, mulas, tenggorokan gatal, radang lambung, demam, bau tubuh, bau mulut, sesak nafas, dan influenza. Buah Kapulaga yang disuling mengandung minyak atsiri dengan komposisi yaitu sineol, terpineol, borneol. Kadar sineol dalam buah lebih kurang 12%. Biji kapulaga mengandung 3-7% minyak atsiri yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan beta kamfer.
Gambar 8. Kapulaga.
Sumber: https://www.kampustani.com/cara-budidaya-kapulaga-yang-benar/
Dibalik manfaatnya, menginang juga berbahaya. Menginang terbukti menjadi penyebab setengah dari keseluruhan kasus kanker mulut terutama pada negara-negara yang mempunyai budaya menginang pada masyarakatnya dikarenakan adanya kandungan alkaloid berupa arecoline, arecaidine, guavacine, dan guavacoline pada buah pinang yang bersifat karsinogenik. campuran pada bahan sirih juga sifatnya keras untuk mulut yang memicu munculnya luka pada mulut. Selain itu konsumsi pinang juga dapat membuat detak jantung meningkat akibat adanya kandungan kafein di pinang yang mampu memicu detak jantung cepat dan tidak teratur.
Referensi:
- Amtha R, Nadiah N, Wong F, Sandra F. 2022. Sitotoksisitas Ekstrak Campuran Buah Sirih, Pinang, dan Kapur Terhadap Galur Sel 3t3. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan, 6(1): 49-58.
- Antara Kalteng. 2019. Manfaat dan Bahaya Dari Tradisi Menginang. Tersedia online: https://kalteng.antaranews.com/berita/297338/manfaat-dan-bahaya-dari-tradisi-menginang#:~:text=Bahaya%20menginang&text=Dilansir%20dari%20situs%20resmi%20Badan,Asia%20Selatan%20dan%20Asia%20Tenggara, tanggal akses: 1 Desember 2022.
- Hidayat R. 2016. Perancangan Informasi Budaya Nyeupah Eureuh Di Masyarakat Sunda Melalui Media Buku Ilustrasi. Skripsi Perpustakaan UNIKOM. Tersedia online: https://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-rahmanhida-35248, tanggal akses: 2 Desember 2022.
- Kamisorei RV, Devy SR. 2017. Gambaran Kepercayaan Tentang Khasiat Menginang Pada Masyarakat Papua Di Kelurahan Ardipura I Distrik Jayapura Selatan Kota Jayapura. Jurnal Promkes, 5(2): 232 – 244.
- Wilujeng NCS. 2013. Sirih Pinang di Indonesia dan Taiwan. Majalah WUNY XV, 1. https://doi.org/10.21831/jwuny.v15i1.3530. Tersedia online: https://journal.uny.ac.id/index.php/wuny/article/view/353, tanggal akses: 1 Desember 2022