Universitas Gadjah Mada Kanal Pengetahuan Farmasi
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Berita Farmasi
  • Kayu Kuning: Satu nama dengan tiga spesies yang berbeda

Kayu Kuning: Satu nama dengan tiga spesies yang berbeda

  • Berita Farmasi, Obat Alami untuk Indonesia, Pusat Informasi Obat dan Farmakologi
  • 22 May 2025, 08.37
  • Oleh: Admin
  • 0

Oleh
Rahayu Utami
Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi UGM
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

     Kayu kuning (Arcangelisia flava) merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk dalam famili Menispermaceae. Tumbuhan ini ditemukan tumbuh di daerah dengan ketinggian 100-800 m di atas permukaan laut. Tumbuhan yang memiliki daun berbentuk elips, terkadang berbentuk hati, berwarna hijau dan memiliki 5 tulang daun dari bagian dasarnya. Kulit batang berwarna coklat gelap dengan bagian dalam kuning terang. Bagian dalam kayu yang berwarna kuning terang ini menjadi alasan tumbuhan ini dikenal dengan kayu kuning atau yellow root.

                                                     

Gambar 1. (A) dan (B). Daun; (C) dan (D). Batang dan (E). Akar Arcangelisia flava    Sumber : Pratama, dkk., 2015 (1)

        Batang tumbuhan ini telah digunakan dalam pengobatan tradisional di beberapa negara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam. Bagian batang diramu dengan cara tersendiri dari masing-masing daerah atau negara, dengan pemanfaatan yang beragam. Ramuan yang disiapkan untuk pengobatan malaria, demam kuning, infeksi saluran kemih, tonikum, dan lain-lain. Penggunaan empiris dan khasiatnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  

Tabel 1. Data Penggunaan Empiris Batang Kayu Kuning dari berbagai daerah atau negara

No Daerah/Negara Penggunaan Empiris
1. Kalimantan bagian tengah Orang Dayak menggunakan rebusan (dekokta) dari batangnya untuk obat sakit perut, hepatitis, dan sakit mata; juga untuk menyembuhkan malaria, diare, dan demam
2. Sulawesi bagian tenggara Rebusan (dekokta) digunakan untuk mengobati sakit perut, menjaga kesehatan (tonikum), demam (antimalaria), nyeri dalam (penyakit kuning), dan infeksi saluran kemih serta jus digunakan untuk mengobati sakit mata. Biasanya, digunakan sebagai campuran herbal.
3. Maluku Orang Ambon menggunakan rebusan dengan daun sirih dan jeruk untuk penyakit kuning serta menggunakan sisa kayu untuk obat cacar dalam bentuk plester.
4. Malaysia Rebusan (dekokta) digunakan untuk menyembuhkan penyakit kuning, cacing usus, dan gangguan pencernaan, sedangkan kayunya dibuat sebagai cerutu asap untuk gangguan saluran pernapasan (hidung) dan mulut
5. Filipina Rebusan dari akar dan batang digunakan sebagai penurun demam, tonikum, sakit perut, ekspektoran, dan melancarkan menstruasi tetapi abortif tergantung pada jumlah rebusan yang dibuat. Ini juga digunakan sebagai obat eksternal untuk membilas luka, gatal, dan penyakit kulit lainnya

Sumber : (1)

        Di negara Thailand, kayu kuning yang beredar di masyarakat ternyata tidak hanya berasal dari spesies tumbuhan Arcangelisia flava. Tetapi juga berasal dari dua spesies lainnya yaitu Coscinium fenestratum dan Fibraurea tinctoria. Ketiga tumbuhan ini berasal dari famili yang sama yaitu Menispermaceae dengan kesamaan karakteristik morfologi yang sangat tinggi. Keberadaan Coscinium fenestratum sudah sangat langka, sehingga banyak yang menggantikannya dengan dua spesies lainnya. Satu penelitian telah melaporkan autentikasi dari ketiga spesies kayu kuning ini berdasarkan perbedaan rRNA dan DNAnya menggunakan teknik polymerase chain reaction-restriction fragment length polymorphisms (PCR-RFLPs). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan dari rRNA dan ITS gene sequences dari ketiga spesies ini. Selain itu, diketahui bahwa metoda analisis PCR-RFLP ini merupakan metoda yang sesuai untuk mengidentifikasi perbedaan secara genetic dari ketiga spesies ini. Hasil analisis PCR-RFLP nya dapat dilihat pada gambar berikut ini (2).

                                     

        Penelitian tentang perbedaan genetik dari Arcangelisia flava, Coscinium fenestratum, dan Fibrarurea tinctoria juga telah dilaporkan dari tumbuhan kayu kuning yang berasal dari Kalimantan Timur, Indonesia (3). Namun dalam penelitian ini, tidak terlihat perbedaan secara genetic dari ketiga spesies yang diteliti ini. Hal ini kemungkinan dikarenakan belum lengkapnya base sequence data dari Coscinium fenestratum, dan Fibrarurea tinctoria di NCBI GenBank.

                         

Gambar 2. Hasil PCR dari sample kayu kuning menggunakan ITS primer (Fc, (Fibraurea tinctoria); Ko, (herbal kayu kuning dari Samarinda, Kalimantan Timur; Cf, (Coscinium fenestratum); Af, (Arcangelisia flava); M, (Senyawa Penanda)

Ketiga spesies tumbuhan ini memiliki perbedaan secara genomic, namun ternyata ada kesamaan dalam kandungan kimianya. Senyawa golongan alkaloid dan furanoditerpenoid merupakan golongan senyawa yang ditemukan pada ketiga spesies ini. Kandungan kimia dominan berupa senyawa berberin dan palmatin. Kedua senyawa ini diketahui sebagai senyawa aktif yang memiliki efek farmakologis sebagai antioksidan, hepatoprotektor, antiinflamasi, antidiabetes, antikanker, antibakteri, antidepresan, antimalaria, antimikroba, antihipertensi, antispasmodial dan lain sebagainya(4–9).  Selain berberin dan palmatin, senyawa alkaloid lainnya seperti columbamine, jathorrizine, stepharanine, berberrubine, limacine, palmatrubine. Senyawa-senyawa furanoditerpenoid yang diketahui terkandung di dalam ekstrak kayu kuning meliputi fibaruretin B, C, D, E, dan F, 6-hydroxyfibraurin, fibraurin, fibleucin dan 6-hydroxyfibleucin. Senyawa golongan glikosida berupa b-sitosterol 3-O-b-D-glucopyranoside, fibraurecdyside A, fibraurinoside, fibleucinoside, fibrauretinoside A, epifibrauretinoside A dan epi-12-palmatoside G.

Berdasarkan penggunaan tradisionalnya, diketahui memang banyak khasiat yang sama dari ketiga spesies ini. Batang dan akarnya sama-sama digunakan dalam pengobatan demam, antidotum, antiseptic dan antiinflamasi, antidiabetes serta hepatitis. Arcangelisia flava dan Fibraurea tinctoria memiliki kesamaan khasiat sebagai antimalaria dan pengobatan diare, sedangkan Coscinium fenestratum digunakan sebagai laksatif(10).

Kesimpulan.

Kayu kuning telah lama digunakan secara tradisional di masyarakat dalam pengobatan berbagai penyakit, terutama bagian kayu dan akarnya. Kayu kuning yang beredar di masyarakat tidak hanya berasal dari spesies tumbuhan Arcangelisia flava, tapi juga dari Coscinium fenestratum dan Fibraurea tinctoria. Secara morfologi, perbedaan ketiga nya sangat susah untuk dibedakan. Studi secara genomic menggunakan metoda analisis PCR menunjukkan adanya keunikan gen untuk masing-masing spesies dan berbeda secara genetik.

Pustaka

  1. Pratama RR, Ahsana D, Sahu RK, Sukardiman, Widyowati R. A Review of Ethnomedicine, Phytochemistry, and Pharmacological Studies on Yellow Roots (Arcangelisia flava (L.) Merr.). Vol. 26, Malaysian Journal of Chemistry. 2024.
  2. Watthanachaiyingcharoen R, Komatsu K, Zhu S, Vajragupta O, Leelamanit W. Authentication of Coscinium fenestratum among the other Menispermaceae plants prescribed in Thai folk medicines. Biol Pharm Bull. 2010;33(1).
  3. Sulistiarini R. DNA identification of kayu kuning (yellow-fruited moonseed) from East Kalimantan, Indonesia. Pharmaciana. 2022;12(3).
  4. Balagot KWM, Delica KM, Lapuz RB, Ramos RE, Bisana GRB. Evaluation of Phytochemicals, Total Phenolic Content, Antioxidant, and Antimicrobial Activities of Philippine Forest Woody Vines. Philipp J Sci. 2023;152(3).
  5. Lyrawati D, Muslimah AG, Laksmita D, Santoso DI, Poernomo EL, Larasati K, et al. Hepatoprotective and hepatoregenerative therapeutic effects of polyherbal medicine on Rattus norvegicus wistar with liver fibrosis. Thai Journal of Pharmaceutical Sciences. 2017;41(4).
  6. Nguyen-Pouplin J, Tran H, Tran H, Phan TA, Dolecek C, Farrar J, et al. Antimalarial and cytotoxic activities of ethnopharmacologically selected medicinal plants from South Vietnam. J Ethnopharmacol. 2007;109(3).
  7. A T, H AR, Sudarsono S. The Antidepressant Effects of (Arcangelisia flava (l.) Merr) Water-Soluble Extract in Balb-C Mice Reviewed from Immobility Time by Forced. Biology, Medicine, & Natural Product Chemistry. 2015;3(2).
  8. Katisart T, Butkhup L, Sumalee A, Taepongsorat L, Konsue A. Acute Toxicity of Aqueous Extract of a Diabetic Folklore Recipe Thai Traditional Medicine in Rats. Tropical Journal of Natural Product Research. 2023;7(6).
  9. Anindita F. Uji Fitokimia dan Antidiabetes Ekstrak Etanol Akar Kayu Kuning (Arcangelisia flava) terhadap Tikus Jantan. Universitas Sriwijaya. 2019;1.
  10. Sulistiarini R, Soemardji AA, Elfahmi, Iwo MI. Pharmacological Activities of Three Kinds “Kayu kuning”: Arcangelisia flava, Fibraurea tinctoria and Coscinium fenestratum–an Short Review. Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry. 2020;5(1).

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Terkini

  • Kayu Kuning: Satu nama dengan tiga spesies yang berbeda
  • Herbal Nanomedicines Untuk Penyakit Neurodegeneratif: Potensi dan Tantangan Pengembangan
  • Tabir Surya Alami: Perlindungan atau Risiko Tersembunyi?
  • Minyak Sacha Inchi: Keajaiban Alam dengan Kandungan PUFA untuk Kesehatan dan Pengembangan Obat
  • Yuk kenalan dengan Spirulina: Produsen Protein Biru dari Sumber Daya Akuatik
Universitas Gadjah Mada

Kanal Pengetahuan

Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada

Sekip Utara, Yogyakarta 55281

email: kpf.farmasi@ugm.ac.id

© Kanal Pengetahuan Farmasi - Universitas Gajah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju