Universitas Gadjah Mada Kanal Pengetahuan Farmasi
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Pos oleh
  • page. 3
Pos oleh :

admin

Cerdas memilih kosmetik pencerah dan pemutih kulit

Pharmabeauty Monday, 4 February 2019

Sediaan kosmetika katagori pemutih kulit merupakan salah satu sediaan kosmetika yang paling banyak dicari oleh masyarakat di Indonesia ataupun negara tropis lainnya. Fenomena putih itu cantik masih menjadi  impian orang Indonesia yang secara genetik memiliki kulit warna coklat, atau warna exotic kata beberapa orang. Oleh karena itu, bermunculan kosmetika dengan berbagai sebutan whitening, bleaching atau lightening. Semuanya bertujuan untuk mereduksi warna atau pigmen coklat yang ada di kulit. Efektifitas atau hasil memutihkan kulit sangat tergantung pada jenis bahan yang digunakan dan bagaimana mekanisme bahan yang ada dalam kosmetika tersebut bekerja.

                Bagaimana kulit dapat memiliki warna yang berbeda-beda dari setiap ras? Jangankan perbedaan dalam masing-masing ras, dalam satu tubuh pun, manusia memiliki bagian tubuh dengan intensitas kegelapan kulit yang berbeda-beda. Inilah anugerah dari Tuhan yang maha indah, bisa dibayangkan bila tubuh ini memiliki satu warna yang monoton, maka akan menjadi kurang indah untuk dipandang. Sebelum membahas tentang bagaimana mekanisme sediaan kosmetika dapat sebagai sediaan yang mampu memutihkan, perlu kiranya mengetahui tentang pigmentasi yang terjadi di kulit dan sedikit mengingat kembali fungsi dan fisiologi kulit yang relevan.

  Melanin penentu warna coklat kulit              

Warna kulit ditentukan oleh perbandingan komposisi pigmen-pigmen yang ada di dalamnya, ada pigmen merah dari hemoglobin, pigmen kuning karotenoids dan pigmen coklat melanin. Secara genetik, jumlah, ukuran, bentuk serta distribusi pigmen melanin sangat bervariasi sesuai dengan ras dan genetiknya. Melanin terbentuk dari asam amino esensial tirosin yang ada di dalam tubuh dan dibentuk dalam sel melanosit yang berada di bagian dasar kulit (stratum basale) dan mengalami pematangan menjadi keratinosit di dalam lapiasan kulit yang lebih dekat dengan permukaan kulit (stratum spinosum). Seperti diketahui bahwa kulit memiliki lapisan-lapisan yang mengalami pematangan sel-sel di tiap lapisan dan akan menjadi lapisan yang lebih luar. Lapisan kulit terluar di bagian permukaan (epidermis) adalah stratum korneum yang disusun oleh sel-sel yang telah mati, apabila lapisan korneum ini tidak dibersihkan secara teratur, maka kulit akan kusam, tidak cerah. Oleh karena itu diperlukan sediaan pembersih kulit untuk mengangkat lapisan korneum ini agar kulit menjadi bersih bersinar (bright and light). Beberapa bahan kosmetik untuk mengangkat sel-sel yang telah mati, diantaranya alpha hydroxy acid (AHA), asam salisilat dan asam glikolat. Bentuk sediaannya bisa berupa cairan, krim, atau scrub dengan dibantu memijat atau menggosok, maka efektifitas pengangkatan lapisan stratum korneum akan semakin baik. Tapi perlu diingat bahwa dalam membersihkan kulit hendaknya mematuhi semboyan clean but not too clean, sehingga jangan melakukan facial masker wajah setiap hari. Hal ini akan mengganggu keseimbangan flora normal yang ada di kulit yang sangat membantu dalam melindungi kulit.

Kembali tentang melanin, ada dua tipe melanin yaitu phaeomelanin (lebih berwarna coklat) dan eumelanin (berwarna hitam). Sebenarnya melanin diperlukan kulit untuk melindungi dari bahaya paparan sinar matahari terutama paparan sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan sel-sel kulit, menimbulkan sunburn bahkan bisa menjadi kanker kulit. Apabila ada rangsang berupa sinar ultraviolet, maka pigmen melanin akan dipacu pembentukannya dan dimigrasi segera ke permukaan kulit, untuk memancarkan atau menyerap sinar tersebut agar tidak masuk ke dalam jaringan lebih dalam lagi, sehingga kulit akan menjadi lebih coklat bila seseorang selesai beraktivitas di luar ruang dengan paparan sinar matahari yang sangat tinggi, inilah yang disebut hiperpigmentasi. Tidak hanya oleh paparan sinar matahari saja, ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan  hiperpigmentasi, seperti kelainan genetik dan paparan bahan kimia serta faktor usia. Hiperpigmentasi dapat bersifat permanen maupun tidak permanen.

Gambar 1. Perbedaan komponen kulit: A) gelap dan terang;  (B) antar bangsa

Sumber (A): http://cnx.org/content/col11496/1.6/

Sumber (B): https://bit.ly/2ESy91w

 

Strategi mengatasi pigmentasi agar kulit menjadi lebih putih

  1. Menggunakan sunscreen atau tabir surya dengan maksud untuk menghambat percepatan pembentukan melanin. Oleh karena itu, sangat beralasan bila produk pemutih kulit selalu dikombinasi dengan sunscreen.
  2. Menggunakan antioksidan yang dapat menghambat proses pembentukan melanin. Antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, resveratrol dan komponen flavonoid (bahan alam) lain dapat digunakan.
  3. Menggunakan senyawa anti-tirosinase dengan maksud menghambat proses sintesis melanin melalui penghambatan enzim yang bertanggung jawab dalam proses pembentukan melanin. Contoh senyawa yang mampu menghambat enzim tirosinase diantaranya, arbutin dan kojic acid.
  4. Menggunakan senyawa yang menghambat perpindahan melanin dari lapisan bawah ke permukaan kulit. Senyawa yang dapat digunakan misalnya, vitamin B3, soybean trypsin inhibitor, senyawa RWJ-50353. Bila migrasi ini dihambat, maka tidak akan terjadi pigmentasi di permukaan kulit.
  5. Menggunakan senyawa yang dapat beraktivitas untuk mempercepat regenerasi kulit. Senyawa yang mampu mengangkat sel mati di stratum corneum atau senyawa yang memiliki aktivitas sebagai peeling seperti AHA, dapat digunakan. Kecuali itu dapat juga menggunakan unsaturated fatty acid (asam linoleat, asam oleat, gama linoleat) atau ester retinoat.

Komposisi atau perpaduan kelima bahan tersebut harus dalam dosis seimbang sehingga mendapatkan efek optimum tanpa efek samping. Penggunaan bahan peeling yang berlebihan, maka akan mengakibatkan kulit menjadi tipis, meskipun kulit tampak lebih cerah (bright) dan segar. Hal ini dikarenakan lapisan kulit terluar menjadi sel-sel yang masih ada inti selnya (bukan sel mati), sehingga fungsi proteksi kulit menjadi lemah terhadap benturan fisik maupun risiko infeksi. Inilah sebagian efek samping dari bleaching dengan menggunakan senyawa peeling yang berlebihan.

Tips memilih kosmetika yang aman

  1. Jangan mudah dikecoh dengan banyaknya iklan yang menyebutkan bahwa sediaan kosmetik pemutih akan berefek memutihkan kulit dalam jangka waktu pendek.
  2. Belilah sediaan kosmetika yang memiliki nomer notifikasi dari BPOM (badan pengawas obat dan makanan) agar terhindar dari bahan-bahan yang merugikan yang sering dimasukkan ke dalam sediaan kosmetika, seperti misalnya merkuri atau raksa serta hidrokuinon.
  3. Kenalilah pertama kali kosmetik anda dengan melihat kemasannya yang harus menuliskan nomer notifikasi yang diberikan oleh BPOM. Kode notifikasi kosmetika untuk negara di kawasan ASEAN selalu diawali dengan NA, dan diikuti oleh 11 angka. Kode notifikasi ini bisa dicek oleh siapapun melalui website-nya BPOM http://notifkos.pom.go.id. Etiket atau penanda kosmetika yang standard harus meliputi:
  • Nama produk
  • Nama dan alamat lengkap produsen/ penyalur/ importir
  • Ukuran, isi atau berat bersih
  • Komposisi lengkap yang diurut berdasarkan kadar kecuali bahan dengan kadar di bawah 1%, untuk pewarna dapat mencantumkan “may contain”
  • Kode produksi
  • Tanggal kedaluwarsa produk
  • Penandaan lain yang berkaitan dengan keamanan dan mutu

Apabila ditemukan salah satu gejala seperti di bawah ini setelah pemakaian kosmetika, maka sebaiknya pemakaian dihentikan:

  • Alergi
  • Bercak kemerahan atau bintik-bintik di kulit
  • Bentol
  • Bercak kehitaman
  • Timbul jerawat
  • Terasa gatal, sakit, perih, panas, nyeri atau rasa kencang
  • Kulit terasa kering dan bersisik
  • Problem pada mata (mata bengkak atau sembab)
  • Rambut rontok

Narasumber: Dr. R.R. Endang Lukitaningsih, M.Si., Apt. (Departemen Kimia Farmasi)

Editor: Dr.Eng. Khadijah, M.Si., Apt. (Departemen Farmasetika)

Experten Service (SES) Germany Agenda

CPD Monday, 4 February 2019

Faculty of Pharmacy in collaboration with Senior Experten Service (SES) Germany will held several agendas as follow,

  1. GUEST LECTURE “RESEARCH METHODS IN CLINICAL AND INTERVENTION STUDIES

Day and Date : Wednesday, 6 February 2019

Time                  : 13.00-16.00 WIB

Place                  : Ruang Sidang V, Faculty of Pharmacy UGM

  1. WORKSHOP ON SCIENTIFIC WRITING

Day and Date : Monday-Wednesday, 18-20 February 2019

Time                  : 09.00-14.00 WIB

Place                  : Ruang Sidang V, Faculty of Pharmacy UGM

  1. WORKSHOP CLINICAL PRECEPTORSHIP AND STUDENT ASSESMENT

Day and Date : Tuesday, 21-22 February 2019

Time                  : 09.00-15.20 WIB

Place                  : Ruang Sidang V, Faculty of Pharmacy UGM

Let’s join our program for free. The streaming of all agendas will be shared in this link.

https://bit.ly/2DGCL9g

 

Riset Nano Dr Ronny Martien: Di Air OK, di Minyak Ayo!

Teknologi Nano Tuesday, 22 January 2019

MESKIPUN bisa dibilang merupakan sebuah terobosan yang menjanjikan solusi pada banyak permasalahan, sebenarnya teknologi nano bukanlah hal baru di dunia. Nanoteknologi modern sudah dimulai sejak ditemukannya mikroskop elektron yang membuat kita mampu melihat sampai seukuran atom, pada 1981. Sejak saat itu, teknologi yang memanfaatkan keunikan ukuran nano ini dimulai di berbagai bidang. Di bidang farmasi dan kedokteran, nanoteknologi banyak dimanfaatkan untuk keperluan teknologi formulasi, penghantaran obat (drug delivery), hingga diagnosis penyakit.

Menurut pengertiannya, teknologi nano merupakan segala bentuk teknologi pada ukuran partikel nanometer, atau lebih spesifik pada satu hingga ratusan nanometer. Pada ukuran ini, berbagai sifat unik dari suatu materi menjadi muncul, dimana tidak ditemukan pada sifat materi yang sama pada ukuran yang lebih besar. Adalah Dr Ronny Martien, seorang dosen dan peneliti pada Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, menjadi satu di antara peneliti di Indonesia yang fokus menggeluti pengembangan teknologi nano ini untuk dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

”Banyak sekali kelebihan penggunaan teknologi nano ini. Misalnya, di bidang farmasi kita sering menemukan kesulitan untuk melarutkan suatu obat di dalam air, padahal tidak mungkin kan, kita minum obat di dalam etanol murni atau aseton. Nah, salah satu solusinya, ya, di-nano-kan,” jelasnya. Menurut Ronny, dengan dibuat dalam bentuk nanopartikel, meski obat tidak terlarut di dalam air, namun bila diminum, partikel obat tetap akan mampu menembus membran saluran pencernaan sehingga dapat diserap dengan baik oleh tubuh.

Masih menurut Ronny, pemanfaatan teknologi nano seperti ini sangat berguna khususnya bila kita ingin mengembangkan obat berbasis bahan alam. ”Banyak sekali senyawa aktif dari bahan alam selama ini sulit sekali dikembangkan karena kelarutannya yang buruk di dalam air. Lihat saja, misalnya kurkumin itu, meski sebenarnya poten, kalau kita minum jamu kunir asem harus sampai satu gelas atau satu botol, itu karena kurkuminnya tidak mudah terserap oleh usus karena tidak larut. Ke depannya jadi sulit dikembangkan secara industri. Dengan di-nano-kan, senyawa-senyawa bahan alam seperti kurkumin ini jadi lebih potensial secara industri,” ungkapnya.

Selain untuk pengembangan bahan alam, Ronny juga mengembangkan teknologi nano untuk penghantaran protein seperti insulin, vaksin, dan protein antikanker bersama koleganya, Prof Sismindari, peneliti pada Departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi UGM. ”Selama ini insulin hanya bisa disuntikkan, karena akan langsung rusak bila bertemu enzim di dalam saluran pencernaan. Kalau penggunaannya rutin jadi tidak nyaman. Nah, dengan teknologi nano, nanti insulin bisa diminum. Lebih nyaman bagi pasien,” ujar Ronny. ”Seandainya akan disuntikkan pun, nanopartikel ini aman karena tidak akan menyumbat pembuluh darah. Ini misalnya, kalau kita ingin obat kita bertahan lebih lama di dalam sirkulasi darah, jadi bisa mengurangi frekuensi penggunaan,” lanjutnya.

Meskipun sangat bermanfaat untuk formulasi obat di dalam air, namun pemanfaatannya tidak hanya sebatas itu. Nanoteknologi juga dapat dimanfaatkan untuk obat-obat yang lebih cocok dilarutkan dalam minyak, supaya lebih baik formulasinya. ”Misalnya vitamin D yang sedang saya kembangkan sekarang. Vitamin D ini banyak sekali pemanfaatannya, bisa untuk obat minum maupun untuk kulit dalam kosmetik. Kalau kita buat nanoemulsi, penyerapannya menjadi lebih optimal lagi,” jelas Ronny.

”Jadi itu contoh-contoh riset yang sangat cocok dikembangkan di Indonesia karena tidak membutuhkan teknologi tingkat tinggi dan peralatan yang sangat mahal. Itu saja sudah banyak yang bisa kita explore (teliti, red). Saya ingin mengajak para peneliti masa kini untuk memanfaatkan teknologi ini karena sangat menjanjikan ke depannya, bisa untuk apapun,” pungkasnya.

Tertarik untuk tahu lebih banyak? Dr Ronny dapat ditemui di kantornya di Program Pascasarjana Fakultas Farmasi UGM, dimana saat ini beliau menjabat sebagai sekretaris program S3.

 

20 Januari 2019.

Oleh: Adhyatmika

Aman Menggunakan Kosmetik Bagi Ibu Hamil

Pharmabeauty Tuesday, 22 January 2019

Pada jaman di mana penampilan seseorang menjadi sebuah perhatian khususnya bagi wanita, maka kosmetika tentulah menjadi ‘teman setia’. Seorang wanita akan merasa tidak percaya diri jika keluar rumah apalagi menghadiri berbagai kegiatan tanpa menggunakan kosmetika. Hal ini berlaku pula bagi wanita hamil. Namun jangan salah, yang dinamakan kosmetika tidak harus yang berhubungan dengan bahan-bahan yang menyulap seorang wanita menjadi lebih cantik. Apa pun yang digunakan oleh wanita berupa bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik, semua adalah kosmetika (Permenkes 1175/MENKES/PER/VIII/2010). Oleh karena itu persinggungan wanita dengan kosmetika adalah hal yang wajar, begitu pula bagi ibu hamil.

Proses kehamilan adalah proses fisiologis yang ditandai dengan berubahnya kondisi hormonal dan anatomi tubuh wanita, seiring perkembangan janin yang dikandungnya. Seorang wanita hamil akan memasuki beberapa fase dalam kehamilan, salah satunya adalah fase organogenesis (masa pembentukan organ janin). Pada fase di trimester pertama ini, adanya bahan-bahan yang masuk ke tubuh ibu hamil akan sangat berpengaruh pada pembentukan organ janin, yang jika tidak waspada maka akan menyebabkan terjadinya kecacatan janin. Food and Drug Administration (FDA) mengingatkan kewaspadaan ibu hamil terhadap bahan-bahan yang digunakan oleh ibu hamil termasuk kosmetika. FDA menggolongkan berbagai bahan dalam kategori A,B,C,D dan X. Bahan-bahan apa pun baik itu obat, makanan/suplemen dan kosmetika jika tergolong dalam kategori X maka tidak diperbolehkan dikonsumsi atau diaspirasikan kepada ibu hamil karena akan menimbulkan gangguan pada janin (bersifat merusak organ janin). Bahan-bahan yang tergolong dalam kategori X ini adalah bahan-bahan yang disebut bersifat teratogenik. Ada kosmetika yang harus dihindari oleh ibu hamil karena masuk dalam kategori X yaitu asam retinoat serta turunannya yaitu isotretionin (biasanya berupa tablet). Bahan-bahan ini merupakan turunan dari vitamin A. Asam retinoat biasanya terdapat dalam kosmetika obat jerawat yang seharusnya hanya dapat digunakan oleh seorang wanita berdasarkan resep dari dokter kulit. Sayangnya peredaran asam retinoat sangat mengkhawatirkan karena banyak salon-salon menjual dan kosmetika berupa krim antijerawat illegal yang mengandung asam retinoat dijual sangat bebas termasuk secara online. Kapsul berisi isotretionin juga ditawarkan melalui sosial media dan toko online. Bahaya yang ditimbulkan jika seorang ibu hamil mengkonsumsi isotretionin atau mengaplikasikan asam retinoat dalam krim antijerawat, maka akan masuk ke dalam tubuh ibu hamil, melewati barier placenta dan meracuni janin. Hasil pelaporan beberapa kejadian di banyak Negara sejak tahun 1983 menyebutkan bahwa penggunaan isotretionin pada ibu hamil akan mengakibatkan terjadinya kecacatan janin antara lain: malformasi telinga, tidak terbentuknya palatum secara sempurna, gangguan pada jantung, hidrosefalus, mikrosefalus serta yang paling parah adalah gangguan mental pada janin. Pada tahun 1988 di seluruh Amerika, telah terjadi adanya kecacadan 900-1300 janin yang terjadi karena ibunya menggunakan isotretionin saat kehamilan. Oleh karena bahaya yang ditimbulkan oleh isotretionin  sangat besar, maka untuk keamanan janin diingatkan agar ibu hamil tidak mengkonsumsi tretionin maupun krim/gel yang berisi asam retinoat.

Selain itu masih ada beberapa bahan kosmetika yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil walaupun oleh FDA bahan tersebut tidak masuk kategori X. Berikut beberapa bahan yang harus dihindari oleh ibu hamil.

Tabel 1. Bahan-bahan kosmetika berbahaya bagi ibu hamil

No. Nama bahan kosmetika Dalam bentuk sediaan
1 Benzoil peroksida Obat jerawat
2 Asam beta hidroksi (Beta hydroxyl acid/BHA) Obat jerawat, krim fasial
3 Hidrokuinon Krim pemutih wajah
4 Aluminium klorida heksahidrat Deodoran
5 Toluene Cat kuku
6 Ftalat Pewangi dalam cat kuku
7 Paraben Tabir surya
8 Dihidroksi aseton Krim penggelap tubuh/tanning
9 Dietanolamin Surfaktan dalam sabun dan sampo
10 Asam tioglikolat Krim pencabut bulu

 

Walaupun bahan-bahan kosmetika tersebut tidak dikonsumsi/dimakan oleh ibu hamil, namun dalam hal diaspirasikan ke tubuh pun sangat memungkinkan masuknya bahan tersebut lewat pernapasan atau terserab (absorpsi) karena ada kulit yang terluka sehingga bahan berbahaya tersebut masuk tubuh dan disalurkan melalui plasenta ke janin.

Ada satu kejadian yang dipublikasikan dalam European Review for Medical and Pharmacological Sciences (2009) tentang seorang wanita usia 32 tahun yang sebelum hamil pernah mengkonsumsi isotretionin kapsul karena jerawat yang membandel, kemudian selama 3 bulan tidak mengkonsumsi sama sekali. Bulan berikutnya diketahui wanita tersebut hamil dan sama sekali tidak mengkonsumsi isotretionin, namun saat janinnya berusia 18 minggu diketahui dari USG bahwa janinnya mengalami kembar siam dengan gangguan di torak yang cukup parah.

 

TIPS bagi ibu hamil:

  1. Baca bahan-bahan yang terdapat dalam kosmetika yang akan digunakan
  2. Hindari penggunaan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya
  3. Konsultasikan kepada dokter atau apoteker jika ingin menggunakan kosmetika

 

 

 

 

Narasumber: Ika Puspita Sari, M.Si., PhD., Apt. (Departemen Farmakologi & Farmasi Klinik)

Editor: Dr.Eng. Khadijah, M.Si., Apt. (Departemen Farmasetika)

 

Ayo racik sendiri minyak telonmu…!!!

Obat Alami untuk Indonesia Thursday, 8 November 2018

Minyak telon tentu sudah tidak asing lagi di kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi atau balita. Minyak ini identik dengan bayi karena biasanya dioleskan ke tubuh bayi untuk memberikan rasa hangat dan nyaman. Tidak jarang, wangi minyak telon disebut wangi bayi.

Minyak telon dapat digunakan pada bagian perut, dada, punggung, maupun telapak kaki setiap selesai mandi atau saat cuaca dingin. Minyak telon dapat mencegah masuk angin dan melegakan pernafasan. Saat tubuh bayi agak demam, minyak telon juga dapat digunakan sabagai campuran bersama parutan bawang merah lalu dibalurkan atau dipijatkan ke seluruh badan bayi untuk memberi rasa hangat. Selain untuk bayi atau balita, minyak telon pun masih sering digunakan oleh orang dewasa yang menyenangi aromanya yang harum dan rasa hangat yang tidak terlalu menyengat jika dibandingkan dengan minyak kayu putih atau balsam. Ada juga yang menggunakan minyak telon untuk mengurangi rasa mual karena baunya yang segar.

Minyak telon berasal dari bahasa Jawa yaitu telu yang artinya tiga. Disebut tiga karena minyak ini terdiri dari 3 bahan yaitu minyak kayu putih (cajuput oil), minyak adas (oleum foeniculi) dan minyak kelapa (oleum cocos) dengan perbandingan yang sesuai.

Ketiga minyak ini memiliki khasiat masing-masing. Minyak kayu putih merupakan hasil penyulingan daun kayu putih . Minyak ini juga memiliki aroma yang khas. Khasiat dari minyak kayu putih adalah untuk melancarkan peredaran darah dengan cara melebarkan pori-pori pada kulit sehingga badan menjadi lebih hangat. Minyak kayu putih tidak akan mengganggu pernafasan kulit karena adanya sifat dari minyak kayu putih yang mudah menguap.

Sementara itu minyak adas merupakan hasil sulingan serbuk buah adas yang masak dan kering. Minyak dari buah adas memiliki aroma yang segar dan berkhasiat untuk merangsang saraf, karminatif (mencegah atau mengurangi perut kembung), antibakteri, antelmintik (jenis obat yang dapat mematikan cacing dalam usus), menyejukkan saluran cerna dan bekerja menyerupai perangsang nafsu makan.

Minyak kelapa biasanya digunakan sebagai minyak pijat, kerik, dan cem-ceman. Selain untuk masakan, minyak ini dikenal memiliki khasiat untuk menjaga kehalusan serta kelembaban kulit. Minyak kelapa berbeda dengan virgin coconut oil (VCO) dari cara pembuatannya, sehingga warnanya lebih kuning, tidak harum, dan cenderung mudah tengik.

Ternyata, cukup mudah untuk meracik sendiri minyak telon di rumah. Bagi anda yang memiliki bayi dan balita, kebutuhan untuk menggunakan minyak telon cukup banyak, sehingga meracik sendiri minyak telon menjadi alternatif yang murah meriah. Selain aromanya yang jauh lebih harum jika dibandingkan minyak telon yang dijual oleh merk produk bayi di pasaran, anda juga dapat membuat minyak telon dengan jumlah relatif besar, sehingga tidak bolak-balik habis karena sering digunakan.

Untuk membuat minyak telon, diperlukan minyak adas, minyak kayu putih, dan minyak kelapa masing-masing sebanyak 1/3 bagian. Minyak adas dan minyak kayu putih dapat dibeli di toko bahan kimia sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan saja, misalnya masing-masing 150 ml untuk membuat 450 ml minyak telon. Minyak kelapa dapat dibeli di penjual minyak kelapa di pasar dengan harga yang juga cukup murah. Botol dengan ukuran yang diinginkan bisa kita dapatkan di toko bahan kimia. Atau, kita dapat menggunakan botol bekas dari bahan plastik atau kaca.

Selanjutnya, ketiga minyak dikocok dengan cukup kuat sehingga dapat bercampur dengan baik. Pastikan botol dan corong yang digunakan untuk menuangkan dan mencampur minyak-minyak tersebut sudah bersih dari kotoran, tidak ada endapan dan benar-benar kering. Hasilnya adalah minyak bening tanpa endapan dengan wangi yang segar, berwarna hijau kekuningan perpaduan dari warna minyak kayu putih yang kehijauan dan minyak kelapa yang kekuningan.

Komposisi ini juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan bayi. Jika diinginkan minyak telon yang lebih hangat karena usia anak yang sudah lebih besar, jumlah minyak kayu putih dapat dibuat lebih banyak, misalnya dengan perbandingan minyak kayu putih:minyak adas:minyak kelapa= 2:1:1. Volume total yang dibuat dapat mengikuti kebutuhan masing-masing.

Pada pengalaman meracik minyak telon sendiri, dibutuhkan kurang dari Rp. 150.000,00 untuk membuat minyak telon sebanyak 1 liter. Jika dibandingkan dengan minyak telon di pasaran, ukuran 30 ml rata-rata berkisar harga Rp. 15.000,00- 25.000,00,  sehingga meracik sendiri tentu lebih ekonomis. Jika dikemas dalam botol yang baik dan menarik, minyak telon ini juga dapat kita hadiahkan kepada teman atau saudara yang baru saja melahirkan sebagai minyak telon homemade buatan sendiri.

Meskipun demikian, daya tahan minyak telon buatan sendiri ini mungkin tidak selama daya tahan minyak telon produk jadi yang ada di pasaran. Selain dipengaruhi oleh kebersihan saat proses pembuatannya, daya tahan minyak telon racikan sendiri juga dipengaruhi oleh minyak kelapa yang digunakan. Minyak kelapa dapat mengalami perubahan aroma selama penyimpanan. Kerusakan minyak secara umum disebabkan oleh proses oksidasi (kerusakan oleh oksigen dari udara bila bahan dibiarkan kontak dengan udara), dan hidrolisis (kerusakan oleh air bila bahan tercampur air).

Kita juga perlu memperhatikan cara penyimpanan minyak telon. Pastikan wadah mudah ditutup rapat karena minyak telon mudah menguap. Jauhkan dari sinar matahari karena proses oksidasi dapat dipercepat dengan adanya sinar matahari, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Selamat mencoba!

Oleh : Niken N. Widyakusuma, M.Sc., Apt    Fakultas Farmasi UGM

Daftar Pustaka

Agoes HA, 2010, Tanaman Obat Indonesia Buku 3, Salemba Medika, Jakarta.

Batubara I, Suparto IH, Rakhmatika FA, 2016, Sineol dalam Minyak Kayu Putih sebagai Pelangsing Aromaterapi, Jurnal Jamu Indonesia, 1(3): 12-17.

Dalimartha, 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1, Trubus Agriwidya, Anggota Ikapi, Jakarta.

Sutarmi, Rozaline H, 2005, Taklukkan penyakit dengan VCO, Penebar Swadaya, Jakarta.

Ketumbar, si bulir kecil yang penuh manfaat

Obat Alami untuk Indonesia Wednesday, 7 November 2018

Khasiat ketumbar yang aneka ragam

Siapa yang tidak kenal ketumbar? Hampir setiap hari dalam masakan yang kita buat, pasti memakai ketumbar. Siapa sangka, buah kecil beraroma khas dengan nama latin Corindrum sativum yang sudah sejak lama digunakan sebagai bumbu dapur dan membuat masakan berasa maknyus ini ternyata mempunyai khasiat yang beragam bagi kesehatan badan.

Herbal yang mengandung asam lemak, sterol, dan minyak menguap (minyak atsiri) dengan kandungan senyawa utama linalool ini (kadar sampai 60%) ternyata terbukti poten untuk menurunkan gula darah dan berkemampuan setara dengan glibenklamid, obat yang biasa digunakan dalam pengobatan diabetes tipe 2. Tanaman ini juga mengandung kumin, senyawa kimia yang mampu menstimulasi sekresi insulin dari pankreas. Peran itu membantu mengubah gula darah menjadi glikogen. Ketumbar mengandung sineol dan asam linoleat yang berkhasiat antirematik dan antiartritis. Kabar baik yang lain adalah bahwa ketumbar mengandung senyawa kimia tokoferol, komponen penyusun vitamin E yang terbukti berefek sebagai antioksidan.

Dalam kitab Ayurveda, yaitu ilmu kesehatan yang berasal dari India, ketumbar dapat digunakan sebagai bahan untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida, dan terbukti efektif dibandingkan dengan simvastatin dan atorvastatin, suatu obat penurun kolesterol. Ketumbar mengandung kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin C, asam folat, dan vitamin B3. Kandungan lemak seperti asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, dan asam askorbat ternyata efektif menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Dengan turunnya kolesterol jahat tersebut, maka akan mengurangi resiko penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis) yang menjadi pemicu terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Ketumbar juga dapat menurunkan tekanan darah dengan cara memperlancar buang air seni dan menstabilkan tekanan darah. Penggunaan bersama-sama dengan seledri akan membuat efek penurunan tekanan darah yang lebih baik. Ketumbar mengandung beberapa mineral penting seperti kalsium, fosfor, magnesium, dan besi. Adanya kandungan kalsium tersebut menyebabkan ketumbar dapat berperan menjaga tekanan darah dalam rentang normal.

Contoh penyakit tersebut di atas, yaitu diabetes mellitus, kolesterol, dan tekanan darah tinggi, adalah penyakit yang senantiasa memerlukan penggunaan obat kimia secara jangka panjang untuk membuat tubuh dalam rentang nilai normal. Hal ini tentu saja akan berakibat tidak baik pada hati dan ginjal, dua organ dalam tubuh kita yang berfungsi sebagai tempat detoksifikasi dan pengeluaran zat asing/racun dari dalam tubuh. Nah, dengan khasiat yang dimiliki oleh biji ketumbar terhadap contoh penyakit diatas, menjadikan ketumbar dapat digunakan sebagai alternatif terapi yang tepat yang terbukti lebih aman.

Kandungan kalsium yang cukup tinggi sehingga penggunaan secara teratur dapat menjaga kesehatan tulang. Dalam kitab ini disebutkan juga bahwa ketumbar mampu membantu menyembuhkan arthritis dan inflamasi  dengan cara mempengaruhi sintesis prostaglandin dan leukotrien, senyawa kimia yang dihasilkan tubuh dalam dari asam lemak dan terlibat dalam banyak proses termasuk terjadinya inflamasi. Kandungan besi dan asam folat menjadikan herbal ini dapat berguna untuk mencegah anemia.

Penelitian lain menyebutkan bahwa ketumbar dapat meredakan rasa sakit karena kandungan linaloolnya. Beberapa khasiat ketumbar yang sudah terbukti antara lain sebagai antibakteri, antikejang, dan antioksidan, memperlancar ASI sehingga cocok diminum oleh ibu yang sedang menyusui, memperlancar pencernaan karena dapat merangsang gerakan peristaltik usus, serta menambah nafsu makan. Senyawa borneol dan linalool dalam ketumbar membantu proses pencernaan, meningkatkan fungsi hati, dan membantu proses pengikatan massa feses pada usus.

Ketumbar juga dapat membantu siklus hormon estrogen secara teratur pada seorang perempuan. Hal ini dapat membantu menjaga keteraturan siklus menstruasi dan mengurangi rasa sakit yang berlebihan dan kelainan lain pada saat menstruasi. Motede yang sering digunakan untuk tujuan ini adalah dengan cara merebus sekitar enam biji ketumbar yang telah dihaluskan dalam 1 gelas air, tambahkan gula dan minum selagi hangat.

Bagi Anda yang memiliki masalah dengan bau mulut dan badan, mungkin dapat mencoba mengkonsumsi rebusan ketumbar sebagai salah satu obatnya. Rebusan ketumbar yang rutin diminum setiap malam ternyata juga efektif untuk mengatasi insomnia atau gangguan tidur. Rasa senang (euphoria) yang ringan juga dapat ditimbulkan oleh konsumsi herbal ini sehingga ketumbar dapat meningkatkan mood, kreativitas dan imajinasi. Bahkan menurut pengalaman beberapa orang, konsumsi ketumbar dapat meningkatkan libido dan produksi sperma sehingga sangat bermanfaat untuk mereka yang mengalami masalah seksualitas

Nah, dari beberapa ulasan diatas ternyata dapat disimpukan bahwa ketumbar selain merupakan bumbu yang khas dalam berbagai masakan juga mempunyai berbagai macam khasiat yang sangat bermanfaat. Anda ingin mencoba?

Bagaimana cara penggunaan dalam pengobatan?

Proses pembuatan obat herbal dari ketumbar mudah dilakukan sehingga mudah diaplikasikan di masyarakat, yaitu dengan cara diserbuk kemudian diseduh dengan air panas. Sebanyak 1 sendok teh serbuk ketumbar yang diseduh dalam satu gelas air kemudian diminum rutin sekali sehari dapat memberikan manfaat yang sangat terasa bagi badan.Tetapi harap diingat bahwa serbuk ketumbar harus disimpan di tempat yang kering, tertutup rapat dan terhindar dari cahaya agar kandungan kimia obat di dalamnya tidak hilang atau mengalami kerusakan.

 

Bagaimana tingkat keamanan penggunaan ketumbar sebagai obat herbal?

Tidak semua herbal adalah aman sepenuhnya untuk dikonsumsi karena penggunaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerugian pada tubuh. Uji yang dilakukan oleh Hosseinzadeh  menunjukkan bahwa ekstrak ketumbar tidak toksik sampai pada kadar 3000 mg/Kg BB dan tidak menunjukkan gejala perubahan tingkah laku seperti tremor, salivasi, dan lesu. Hal ini menunjukkan bahwa ketumbar adalah herbal yang aman untuk dikonsumsi.

 

Oleh: Dr. Purwanto, M.Sc., Apt.  Fakultas Farmasi UGM

Daftar pustaka

Al-Mofleh, I.A., Alhaider, A.A., Mossa, J.S., Al-Sohaibani, M.O., Rafatullah, S., and Qureshi, S., 2006, Protection of gastric mucosal damage by Coriandrum sativum L. pretreatment in Wistar albino rats, Environ. Toxicol. Pharmacol., 22 (1), 64-69.

Anwar, F., Sulman, M., Hussain, A.I., Saari, N., Iqbal, C., and Rashid, U., 2011, Physicochemical composition of hydro-distilled essential oil from coriander (Coriandrum sativum L.) seed cultivated in Pakistan, J. Med. Plant Res., 5 (15), 3537-3544.

Casetti, F., Bartelke, S., Biehler, K., Augustin, M., Schempp, C.M., and Frank, U., 2012, Antimicrobial activity against bacteria with dermatological relevance and skin tolerance of the essential oil from Coriandrum sativum L. fruits, Phytother. Res., 26 (3), 420-424.

Chithra, V. and Leelamma, S., 2000, Coriandrum sativum effect on lipid metabolism in 1,2-dimethyl hydrazine induced colon cancer, J. Ethnopharmacol., 71, 457-463.

Guimar, A.G., Quintans, J.S.S., and Quintans-Junior L.J., 2013, Monoterpenes with analgesic activity, a systematic review, Phytother. Res., 27, 1-15.

Hosseinzadeh, H. and Madanifard, M., 2016, Anticonvulsant effects of Coriandrum sativum L. seed extracts in mice, Arch. Irn. Med., 3 (3), 182-184.

Lal, A,A, Kumar, T., Murthy, P.B., and Pillai, K.S., 2004, Hypolipidemic effect of Coriandrum sativum L. in triton-induced hyperlipidemic rats, Indian J. Exp. Biol., 42 (9), 909-912.

Laribi, B., Kouki, K., M’Hamdi, M., and Bettaieb, T.. 2015, Coriander (Coriandrum sativum L.) and its bioactive constituents, Fitoterapia, 103, 9-26.

Romlah, S., 2015, Pengaruh rebusan biji ketumbar sebagai penurun hipertensi pada ibu hamil di Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Mojokerto, Laporan Penelitian.

Sogara, P.P.U., Fatimawali, dan Bodhi, W., 2014, Pengaruh ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandrum sativum L.) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih yang diinduksi aloksan, Pharmacon, 3 (3), 196-203.

Sriti, J., Wannes, W.A., Talou, T., Mhamdi, B., Cerny, M., and Marzouk, B., 2010, Essential oil, fatty acid and sterol composition of Tunisian coriander fruit defferent parts, J. Am. Chem. Soc., 87, 395-400.

Thabrew, M.I., Dharmasiri, M.G., and Senaratne, L., 2003, Anti-inflammatory and analgesic activity in the polyherbal formulation Maharasnadhi Quathar, J. Ethnopharmacol., 85 (2-3), 261-267.

KEPIO GAK SIH? Episode MAAG

Piogama Tuesday, 30 October 2018

Merupakan salah satu video edukasi oleh Piogama (Pusat Informasi Obat Gadjah Mada). Video ini berisi tentang issue kesehatan yang familiar pada masyarakat. Pada video kali ini, topik yang dipilih adalah penyakit maag. Topik ini dibahas secara langsung oleh dosen dari Fakultas Farmasi UGM, Prof. Zullies Ikawati, Ph.D., Apt.

Upaya Pelestarian Minum Jamu membantu pemerintah di bidang pemeliharaan kesehatan masyarakat

Obat Alami untuk Indonesia Tuesday, 25 September 2018

Jamu merupakan suatu kearifan lokal terutama bagi masyarakat Jawa. Di wilayah Yogyakakarta,  hal ini diilhami dari budaya kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kadipaten Pakualaman. Produksi jamu di Jogja masih tetap ditemukan walau dalam skala industri kecil maupun industri rumah tangga. Hal ini terlihat dari keberadaan “Jamu Ginggang” di kawasan Puro Pakualaman dan keberadaan “Jampi Asli” di kawasan Purawisata, Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta.

Selain Jamu Ginggang dan Jampi Asli di atas, ternyata masih banyak penjual jamu secara tradisional dijumpai di kawasan Yogyakarta terutama dalam bentuk jamu yang dijajakan (di pasar-pasar Tradisional, seperti pasar Kolombo dan pasar Kranggan); maupun di tempat-tempat yang strategis (di jalan Lempuyangan dan di kawasan Jalan Solo). Jenis jamu yang banyak diminati masyarakat (umumnya manula) antara lain: 1. jamu paitan; 2. jamu kunir asem; 3. jamu wejah; 4. jamu pegel linu; 5. pace. Frekuensi yang termasuk tinggi peminatnya adalah jamu paitan dan pace. Paitan oleh penjual jamu di lempuyangan (mbak Tri anak dari almarhumah ibu Soma Sumarto dan Bu Mila, adik ibu Soma Sumarto) dikatakan cocok bagi yang ingin menurunkan gula darah; sedangkan ramuan pace (diramu sedemikian rupa sehingga dapat meniadakan aroma kurang sedap dari buah pace yang sudah masak dimaksudkan untuk membantu penurunan tekanan darah bagi mereka yang mempunyai tekanan darah tinggi. Dari data hasil penelitian oleh mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, ternyata campuran ekstrak herba sambiloto dan daun mimba dapat menurunkan kadar gula darah pada tikus yang dibuat diabetes dengan pemberian aloksan. Di samping itu, ramuan antara herba sambiloto dan daun sambung nyawa juga dapat berefek pada penurunan gula darah hewan coba. Begitu pula ramuan yang terdiri dari daun mimba dan daun sambung nyawa mempunyai dampak pada membantu penurunan gula darah dari hewan coba. Upaya standardisasi kualitas ramuan-ramuan tersebut masih diupayakan oleh tim riset di Fakultas Farmasi UGM. Bila dikaji dari aspek proses penuaan, dimana masyarakat setelah melampaui usia 30 tahun, maka mereka beresiko menderita penyakit akibat penuaan, seperti tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, kadar asam urat tinggi, dan batu ginjal.

Budaya Minum Jamu bagi usia lanjut merupakan “self health care” yang perlu dilestarikan apalagi seiring dengan perkembangan dinamika di masyarakat ada kecenderungan dituntut kerja ekstra keras sehingga waktu istirahat akan berkurang. Selain itu, saat ini terdapat kecenderungan mengkonsumsi makanan cepat saji dan juga pemenuhan gizi yang kurang seimbang. Padahal, sejak kecil merreka didiik agar memperhatikan asupan 4 sehat 5 sempurna yang merupakan dasar pemenuhan kebutuh gizi. Kecenderungan perubahan kualitas hidup kearah praktis dan efektif sangat didambakan. Namun, asupan makanan tanpa pertimbangan gizi seimbang bila dilakukan terus menerus dan berkesinambungan maka dapat menimbulkan penyakit tidak menular, misalnya: penyakit jantung koroner, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar gula darah, peningkatan kadar asam urat, dan peningkatan timbulnya radang sendi (lutut, bahu). Secara alamiah bila individu sudah mencapai usia 30 tahun (survei lain menyebutkan usia 50 tahun), pada umumnya terjadi proses penurunan keseimbangan sistem tubuh. Penurunan ini bisa drastis atau secara perlahan (bertahap). Salah satu contoh pada saat temperatur udara mengalami penurunan yang relatif drastis beberapa kelompok masyarakat mengalami gangguan pada sistem tubuhnya (mengalami batuk-batuk yang lama proses penyembuhannya walaupun sudah minum obat batuk atau sudah periksa ke Dokter).

Pelestarian minum jamu terutama yang dapat mempertahankan sistem tubuh sangat diperlukan untuk menjadi suatu kebiasaan, sekaligus upaya pelestarian budaya daerah. Menurut keyakinan masyarakat, minum jamu “paitan” dapat membantu gangguan pencernaan. Sedangkan minum ramuan jamu yang terdiri dari remasan buah pace yang dicampur dengan  rimpang kunyit dapat menghilangkan aroma buah mengkudu. Fenomena penemuan campuran ini merupakan suatu kearifan lokal Yogyakarta dan masih diperlukan pengkajian ilmiah lebih lanjut untuk penjelasan sisi ilmiahnya. Walaupun demikian, hasil penelitian telah menunjukkan bahwa kombinasi jus buah mengkudu dan jus rimpang temulawak dapat memberikan efek antioksidan. Hasil publikasi lain adalah campuran jus buah mengkudu dan jus rimpang temu lawak pada hewan coba yang dibuat menderita hipertensi dapat berefek pada penurunan kadar gula darah dan bahkan dapat melindungi sel beta pankreas yang bertanggungjawab dalam produksi insulin untuk menurunkan gula darah. Ketidakseimbangan sistem tubuh salahsatunya disebabkan karena masyarakat kurang asupan makanan alami (sayur dan buah) yang bersifat antioksidan.

Oleh : Prof.Dr.phil.nat.Sudarsono Apt     Dosen Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM

Kepustakaan

Billal SA Santoso, Sudarsono, Agung E.N., Yosi B Murti, 2018, Hypoglycemic Activity and

Pancreas Protection of Combination of Morinda citrifolia Linn Juice and Curcuma xanthorrhiza Roxb. Juice on Streptozotocin Induced Diabetic Rats, Indonesian Journal of Pharmacy vol 29, no.1 p.16-22

Bilal Subchan Agus Santoso, Sudarsono, Agung E.N., 2018 Synergistic Antioxidant

Activity of Mengkudu Fruit Juice (Morinda citrifolia Linn) and Temulawak Rhizome Juice (Curcuma xanthorrhiza Roxb), Proceeding of the Pakistan Academy of Science: B.life and Environmental Science, 55 (1) pp. 65-70

Komunikasi Pribadi, 2016, dengan ibu Pengrajin dan penjual Jamu (mbak Tri anak dari Ibu Soma) di kawasan Jalan Lempuyangan

Skirbekk V., 2003: Age and Individual Productivity a Literature Survey. MPIDR Working Paper WP 2003-028

Tanaman yang Jarang Dimanfaatkan Ternyata Berpotensi Sebagai Anti-Kanker

Obat Alami untuk Indonesia Saturday, 22 September 2018

Kanker adalah salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Seiring dengan perkembangan zaman, epidemologi penyakit ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data WHO (2012), sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker dan diperkirakan jumlah kasus kanker baru akan meningkat menjadi 22 juta dalam dua dekade ke depan.

Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel-sel mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali. Selama proses pertumbuhan kanker, angiogenesis memiliki peran yang sangat penting. Apa itu angiogenesis? Angiogensis adalah suatu proses pembentukan pembuluh darah baru dari pembuluh darah yang ada. Proses ini merupakan suatu proses fisiologi normal yang terjadi di dalam tubuh seperti pada proses penyembuhan luka. Namun pada kondisi patologi, proses angiogenesis menjadi tidak terkontrol sehingga dapat memperburuk kondisi kanker. Adanya angiogenesis mengindikasikan bahwa sel kanker telah mengalami pertumbuhan lanjut yaitu menyebar ke jaringan lain.

Gambar 1. Proses angiogenesis (Carmeliet, P. dan Jain, R.K., 2011)

Berbagai upaya telah banyak dilakukan untuk mengatasi kanker. Salah satu upaya yang saat ini dikembangkan adalah melalui agen anti-angiogenesis. Penghambatan angiogenesis merupakan terapi baru dalam pengobatan kanker. Terapi penghambatan angiogenesis diharapkan dapat mengurangi dan mencegah pertumbuhan kanker. Obat-obat dengan mekanisme anti-angiogenesis akan menghentikan pertumbuhan pembuluh darah baru di sekitar sel kanker dan memutus jaringan kapiler yang tidak normal tetapi, tidak mempengaruhi pembuluh darah normal.

Saat ini, memang telah banyak usaha penemuan obat untuk terapi kanker yang berasal dari tanaman. Salah satu tanaman yang telah terbukti memiliki aktivitas antikanker dan berpotensi untuk dikembangkan adalah awar-awar (Ficus septica Burm. f.). Awar-awar  merupakan tanaman yang tumbuh di dataran rendah dan terdistribusi di beberapa negara meliputi Jepang, Taiwan, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Australia dan Kepulauan Solomon. Tumbuhan ini banyak tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut, dan biasa ditemukan di tepi jalan, semak belukar dan hutan terbuka.

Gambar 2. Daun awar-awar (Ficus septica Burm. f.)

Tanaman awar-awar mungkin terdengar asing di telinga, tetapi terkadang tanaman ini sering kita jumpai. Ciri-ciri tumbuhan awar-awar ini adalah berbentuk pohon atau semak tinggi, dengan ketinggian 1-5 meter. Batang pokok bengkok-bengkok, lunak, ranting bulat silindris, berongga, gundul, bergetah bening. Daun penumpu tunggal, besar, sangat runcing, daun tunggal, bertangkai, duduk daun berseling atau berhadapan. Helaian berbentuk bulat telur atau elips, dengan pangkal membulat, ujung menyempit cukup tumpul dengan tepi rata. Bagian atas daun berwarna hijau tua mengkilat dan terdapat bintik-bintik yang pucat, sedangkan bagian bawah daun berwarna hijau muda. Bunga pada tanaman awar-awar termasuk bunga majemuk dengan susunan periuk berpasangan dan bertangkai pendek. Pada bagian pangkal bunga terdapat 3 daun pelindung yang berwarna hijau muda atau hijau abu-abu. Sedangkan buah awar-awar merupakan buah tipe periuk dan berdaging.

Di Indonesia, tanaman awar-awar banyak ditemukan di Jawa dan Madura. Masyarakat secara tradisional memanfaatkan hampir semua bagian tanaman awar-awar untuk mengatasi berbagai penyakit. Daun awar-awar digunakan sebagai obat penyakit kulit, radang usus buntu, mengatasi bisul, gigitan ular berbisa dan sesak nafas. Bagian akar banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai penawar racun (ikan) dan juga untuk penanggulangan asma. Buahnya digunakan untuk pencahar. Tak hanya itu, getahnya pun digunakan masyarakat untuk mengatasi bengkak-bengkak dan kepala pusing. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, banyak peneliti yang melakukan penelitian terhadap tanaman awar-awar baik dari segi kandungan maupun manfaatnya.

Kandungan senyawa kimia pada bagian batang dan daun tanaman awar-awar sebagian besar mengandung senyawa alkaloid. Apa itu senyawa alkaloid? Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Senyawa alkaloid yang terdapat pada awar-awar merupakan golongan fenantroindolisidin diantaranya ficuseptine, tylophorine, tylocrebrine, isotylocrebrine, Antofin, dan Esculine. Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa keberadaan senyawa alkaloid fenantroindolisidin ini berkaitan erat dengan efek antikanker, termasuk juga penghambatan angiogenesis.

Alkaloid fenantroindolisidin tiloforin telah terbukti memiliki aktivitas antiangiogenik melalui penghambatan jalur pensinyalan antara reseptor dengan senyawa kimia yang berasal dari sel kanker. Selain itu, senyawa alkaloid fenantroindolisidin lain seperti antofin juga memiliki potensi sebagai anti-angiogenik melalui penghambatan migrasi dan pembentukan tube di sel-sel endotel. Efek farmakologi yang dilaporkan tidak hanya terbatas pada senyawa tunggal tetapi juga pada ekstrak dan fraksi. Baru-baru ini dilaporkan bahwa ekstrak metanol batang awar-awar dan fraksi tak larut n-heksana dari ekstrak etanol daun awar-awar mampu menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru yang diuji coba pada membrane kario alantois. Efek anti-angiogenesis yang dihasilkan dari ekstrak dan fraksi diduga kuat juga melibatkan pengaturan beberapa langkah angiogenesis melalui penghambatan jalur pensinyalannya.

Jadi sebenarnya, bagaimana cara kerja anti-angiogenesis melalui penghambatan jalur pensinyalannya? Tentu hal yang pertama harus kita ketahui adalah, apa itu reseptor? Reseptor merupakan molekul protein yang menerima sinyal kimia dan kemudian berfungsi untuk mengarahkan kegiatan sel. Berdasarkan penelitian, senyawa alkaloid fenantroindolisidin tiloforin dan antofin ini memiliki cara kerja yang sama yakni dengan menghambat jalur pensinyalan antara reseptor dengan senyawa kimia yang berasal dari sel kanker. Penghambatan tersebut mengakibatkan sinyal yang berasal dari sel kanker tidak dapat ditangkap oleh reseptor sehingga tidak diproses lebih lanjut. Hal ini menyebabkan sel kanker tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen, sehingga tidak dapat bertahan hidup. Kondisi yang demikian merupakan strategi yang sangat baik untuk mengatasi sel kanker, karena secara khusus hanya menargetkan sel kanker tanpa mempengaruhi sel-sel normal lainnya. Strategi ini merupakan suatu keunggulan dan sangat berpotensi untuk lebih dikembangkan dibandingkan dengan obat kanker yang telah ada saat ini. Keberadaan anti-angiogenesis tentu akan lebih menjanjikan dibandingkan dengan obat-obat kemoterapi, karena dapat meminimalkan efek samping bagi penderita kanker mengingat cara kerjanya yang lebih spesifik yakni hanya menyasar pada sel kanker saja.

Hal menarik dari tanaman awar-awar adalah tanaman ini mudah sekali ditemukan tetapi jarang dimanfaatkan bahkan sedikit sekali masyarakat yang menyadari potensinya. Padahal, berbagai penelitian telah berhasil membuktikan bahwa tanaman awar-awar khususnya bagian daun dan batang memiliki potensi sebagai anti kanker dengan berbagai mekanisme salah satunya adalah melalui penghambatan angiogenesis. Penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan dasar pertimbangan guna mamaksimalkan pemanfaatan tanaman awar-awar, sehingga nantinya dapat dikembangkan dan diaplikasikan untuk terapi kanker.

Oleh : Devika Nurhasanah, Nanang Fakhrudin, Agung Endro Nugroho       Fakultas Farmasi UGM

Daftar Pustaka

Carmeliet, P. dan Jain, R.K., 2011. Molecular mechanisms and clinical applications of angiogenesis. Nature, 473: nature10144

Gamallo, J.P.M. dan Gallego, R.P., 2017. ‘Evaluation of Antiangiogenic Property and Toxicity of Ficus Septica Burm F. Stem Extract’ dalam: Evaluation of Antiangiogenic Property and Toxicity of Ficus Septica Burm F. Stem Extract. Dipresentasikan pada RF-ISERD International Conference, Singapore, hal. 1-17.

Lansky, E.P. dan Paavilainen, H.M., 2011. Figs: The Genus Ficus, Traditional herbal medicines for modern times. CRC Press, Boca Raton.

Matter, A. 2001. Tumor angiogenesis as a therapeutic target. Drug Discovery Today. 6: 1005-1020.

Nurhasanah, D., 2018. ‘Uji Aktivitas Anti-angiogenesis Fraksi Tak Larut N-Heksana dari Ekstrak Etanol Daun Awar-awar (Ficus septica Burm. f.) pada Membran Kario Alantois Ayam secara Ex-ovo‘, Thesis, M. Pharm. Sci, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Potente, M., Gerhardt, H., dan Carmeliet, P., 2011. Basic and Therapeutic Aspects of Angiogenesis. Cell, 146: 873–887.

Ragasa, C.Y., Macuha, M., De Los Reyes, M.M., Mandia, E.H., dan Van Altena, I.A., 2016. Chemical Constituents of Ficus septica Burm. F. International Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 8: 1464–1469.

Saraswati, S., Kanaujia, P.K., Kumar, S., Kumar, R., dan Alhaider, A.A., 2013. Tylophorine, a phenanthraindolizidine alkaloid isolated from Tylophora indica exerts antiangiogenic and antitumor activity by targeting vascular endothelial growth factor receptor 2-mediated angiogenesis. Molecular Cancer, 12: 82.

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, 2002. Tumbuhan Obat II: Hasil Penelitian, Sifat-Sifat Dan Penggunaan. Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Ueda, J., Takagi, M., dan Shin-ya, K., 2009. Aminocaprophenone- and Pyrrolidine-type Alkaloids from The Leaves of Ficus septica. Journal of Natural Products, 72: 2181–2183.

Wu, P.-L., Rao, K.V., Su, C.-H., Kuoh, C.-S., dan Wu, T.-S., 2002. Phenanthroindolizidine Alkaloids and Their Cytotoxicity from The Leaves of Ficus septica. Heterocycles, 57: 2401–2408.

Serba serbi Sambiloto

Obat Alami untuk Indonesia Wednesday, 5 September 2018

Sambiloto adalah salah satu tanaman obat yang sudah dikenal luas sejak dahulu. Meskipun bukan tanaman asli Indonesia, sambiloto sudah menjadi salah satu bahan penyusun obat tradisional di Indonesia, terutama  yang memiliki indikasi membantu mengatasi kencing manis. Tanaman ini diduga berasal dari India, namun telah tersebar di kawasan Asia hingga Australia, bahkan dikenal pula di Amerika Tengah.

Nama ilmiah sambiloto adalah Andrographis paniculata (Burm.f.) wall ex. Nees, termasuk dalam suku Acanthaceae.  Tanaman ini umumnya tumbuh liar dan tersebar luas dari daerah pantai dengan jenis tanah berpasir hingga dataran tinggi (900 m dpl) dengan jenis tanah andosol.  Merupakan tanaman terna tegak dengan tinggi 40-90 cm dengan percabangan banyak, duduk daun berlawanan, bentuk daun lanset, pangkal lancip dan pinggir daun rata. Bagian tanaman yang umum digunakan adalah bagian herba, yaitu bagian tanaman yang berada di atas tanah dan paling baik dipanen saat tanaman berbunga hingga berbuah muda.

     Ciri khas tanaman ini adalah memiliki rasa pahit, begitu pahitnya hingga di Malaysia dikenal sebagai Hempedu bumi dan King of bitter. Penyebab rasa pahit ini adalah kandungan kimia utama berupa senyawa golongan diterpen lakton yang meliputi andrografolid, deoksiandrografolid, neoandrografolid dan andrografisid. Beberapa penelitian melaporkan bahwa selain senyawa diterpen lakton, aktivitas farmakologis herba ini juga disebabkan oleh senyawa fenolik dan flavonoid yang dikandungnya.

Selain sebagai penyusun ramuan obat tradisional untuk pengobatan kencing manis, secara empirik sambiloto digunakan masyarakat untuk mengatasi demam dengan dengan cara memeras daun dan air perasan digunakan untuk kompres, namun ada pula yang mengobati demam dengan cara minum air rebusannya. Untuk mengatasi gatal, masyarakat menggunakan sambiloto dengan cara menempelkan hasil tumbukan daun sambiloto. Direktorat Obat Asli Indonesia Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan bahwa menurut hasil inventarisasi di berbagai daerah di Indonesia, ternyata sambiloto digunakan masayarakat setempat untuk mengobati penyakit yang berbeda-beda. Misal di Aceh digunakan untuk mengobati asam urat, di Jambi dan Kalimantan Barat untuk menurunkan tekanan darah, di Kalimantan Timur digunakan sebagai salah satu penyusun jamu untuk mengobati gatal eksim, di Gorontalo untuk meredakan nyeri haid sedangkan di Sulawesi Selatan untuk mengobati Gondok. Hal tersebut menunjukkan bahwa sambiloto ini selain dikenal luas di berbagai daerah, juga memiliki khasiat yang bermacam-macam sehingga kemudian menarik perhatian banyak peneliti untuk menguji tanaman ini secara ilmiah. Beberapa hasil kajian aktivitas farmakologis sambiloto yang diuji secara pra klinik dan klinik adalah sebagai berikut:

  1. Menurunkan kadar gula darah

Uji pada tikus menunjukkan bahwa baik ekstrak etanolik sambiloto, fraksi kaya andrografolid dan  andrografolid murni dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan. Uji klinis pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 menunjukkan bahwa pemberian serbuk sambiloto 600-1800 mg salama 12 minggu dapat meningkatkan kadar insulin dalam darah. Sambiloto dapt menurunkan kadar gula darah melalui beberapa mekanisme, yaitu :

  1. Menghambat kerja enzim α-amilase dan α- glukosidase, yang menyebabkan karbohidrat akan lama dimetabolisme sehingga kadar gula darah setelah makan tidak meningkat dengan cepat.
  2. Meningkatkan sensitivitas insulin sehingga glukosa darah cepat dimetabolisir.
  3. Mengontrol metabolism lipid yang tidak normal.
  1. Mengatasi demam dan radang (inflamasi)

Penggunaan ekstrak sambiloto untuk mengatasi demam influenza (Common cold) telah terbukti secara klinis (dengan uji double bind-placebo controlled) pada dosis 1200 mg/hari selama 5 hari. Selain untuk mengobati, ekstrak sambiloto yang dkonsumsi 400 mg/hari terbukti secara klinis mencegah terjadinya demam.

Sambiloto dikenal pula sebagai agen anti inflamasi. Terbukti dari kemampuan ekstrak tanaman ini untuk menurunkan kadar nitrit oksida yang dihasilkan oleh makrofag, dimana nitrit oksida adalah salah satu senyawa mediator inflamasi. Selain itu juga dilaporkan bahwa sambiloto mampu menghambat inflamasi miokardial pada tikus obesitas, dimana inflamasi ini diduga merupakan salah satu penyebab hipertropi kardial dan apoptosis otot jantung. Dengan demikian sambiloto baik untuk mencegah dan atau mengatasi penyakit jantung yang menyertai obesitas.

  1. Antibakteri

Secara in vitro, sambiloto terbukti mempunyai aktivitas penghambatan terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Sambiloto merupakan agen anti infeksi yang prospektif terhadap Bacillus subtilis, Candida albicans, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Bakteri ini dikenal sebagai bakteri virulen penyebab infeksi nosokomial yang resisten terhadap berbagai antibiotik.  Sambiloto telah dikenal pula sebagai herbal yang baik untuk saluran pencernaan, utamanya karena dapat mengatasi pertumbuhan bakteri Salmonella typhimurium penyebab keracunan makanan. Khasiat sambiloto sebagai obat infeksi saluran pencernaan terbukti secara klinis. Pemberian serbuk sambiloto 15,6 gram/hari dapat  mengatasi diare yang disebabkan oleh bakteri disentri. Laporan lain menyebutkan andrografolid dapat menyembuhkan 82 % pasien diare akut yang disebabkan infeksi bakteri.

  1. Antioksidan dan imunstimulan

Pada uji pra klinik sambiloto, baik ekstrak etanolik, ekstrak air, maupun andrografolid murni menunjukkan aktivitas antioksidan melalui mekanisme penghambatan peroksidasi lipid dan penangkap radikal DPPH.

Sambiloto juga menunjukkan efek imunstimulan yang ditunjukkan dengan kemampuan meningkatkan proliferasi limfosit dan produksi interleukin -2 secara in vitro. Andrografolid juga dilaporkan meningkatkan proliferasi lmfosit dan fagositosis makrofag. Ekstrak etanolik dan isolat andrografolid dilaporkan dapat meningkatkan produksi antibodi. Namun demikian, bila digunakan pada dosi tinggi (1000mg/kgBB) ekstrak air sambiloto dapat menimbulkan reaksi autoimun.

Keamanan

Karena telah digunakan secara turun temurun, herba sambiloto dapat dikatakan aman bila digunakan dengan cara yang sama dengan nenek moyang kita, yaitu ditempel, ditumbuk, diperas, dan direbus. Hal yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan adanya reaksi alergi, dimana hal ini jarang terjadi. Penggunaan sambiloto dewasa ini umumnya dalam bentuk ekstrak dan isolatnya. Untuk menguji keamanan digunakan uji toksisitas, dimana hasil uji toksisitas akut pada tikus betina menunjukkan bahwa ekstrak terstandar sambiloto tidak menunjukkan efek toksik.

Dari uraian diatas, jelas terlihat manfaat herba sambiloto yang telah terbukti secara ilmiah termasuk pula telaah keamanannya. Terdapat hal lain yang menarik yaitu bahwa sambiloto ini dapat pula dimanfaatkan untuk pakan ternak dimana penambahan herba sambiloto pada pakan ternak kambing terbukti akan menghasilkan daging kambing yang lebih tinggi kadar asam lemak tak jenuh, angka cemaran bakteri dan ketahanan terhadap oksidasi, sehingga dapat dikatakan lebih sehat dibandingkan daging kambing dengan pakan biasa. Jadi kita bias hidup sehat dengan sambiloto, baik dikonsumsi langsung maupun tidak langsung dengan mengkonsumsi hewan ternak yang diberi pakan sambiloto.

Oleh :   Andayana Puspitasari Gani        Fakultas Farmasi UGM

Daftar pustaka

Banerjee, M., Moulick, S., Bhattacharya, K.K., Parai, D., Chattopadhyay, S., Mukherjee, S.K., 2017. Attenuation of Pseudomonas aeruginosa quorum sensing, virulence and biofilm formation by extracts of Andrographis paniculata. Microb. Pathog. 113, 85–93. https://doi.org/10.1016/j.micpath.2017.10.023

Batkhuu, J., Hattori, K., Takano, F., Fushiya, S., Oshiman, K., Fujimiya, Y., 2002. Suppression of NO Production in Activated Macrophages in Vitro and ex Vivo by Neoandrographolide Isolated from Andrographis paniculata. Biol. Pharm. Bull. 25, 1169–1174. https://doi.org/10.1248/bpb.25.1169

Direktorat Obat asli Indonesia, 2016. sambiloto Andrographis paniculata (Burm.f.)Wall.ex Nees, The Power of Obat Asli Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.

Hossain, M.S., Urbi, Z., Sule, A., Rahman, K.M.H., Hossain, M.S., Urbi, Z., Sule, A., Rahman, K.M.H., 2014. Andrographis paniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees: A Review of Ethnobotany, Phytochemistry, and Pharmacology,  Sci. World J. 2014, 2014, 1–28. https://doi.org/10.1155/2014/274905, 10.1155/2014/274905

Hsieh, Y.-L., Shibu, M.A., Lii, C.-K., Viswanadha, V.P., Lin, Y.-L., Lai, C.-H., Chen, Y.-F., Lin, K.-H., Kuo, W.-W., Huang, C.-Y., 2016. Andrographis paniculata extract attenuates pathological cardiac hypertrophy and apoptosis in high-fat diet fed mice. J. Ethnopharmacol. 192, 170–177. https://doi.org/10.1016/j.jep.2016.07.018

Okhuarobo, A., Ehizogie Falodun, J., Erharuyi, O., Imieje, V., Falodun, A., Langer, P., 2014. Harnessing the medicinal properties of Andrographis paniculata for diseases and beyond: a review of its phytochemistry and pharmacology. Asian Pac. J. Trop. Dis. 4, 213–222. https://doi.org/10.1016/S2222-1808(14)60509-0

Singha, P.K., Roy, S., Dey, S., 2003. Antimicrobial activity of Andrographis paniculata. Fitoterapia 74, 692–694.

Tanwar, A., Chawla, R., Chakotiya, A.S., Thakur, P., Goel, R., Basu, M., Arora, R., Khan, H.A., 2016. Effect of Holarrhena antidysentrica (Ha) and Andrographis paniculata (Ap) on the biofilm formation and cell membrane integrity of opportunistic pathogen Salmonella typhimurium. Microb. Pathog. 101, 76–82. https://doi.org/10.1016/j.micpath.2016.11.001

Yusuf, A.L., Adeyemi, K.D., Roselina, K., Alimon, A.R., Goh, Y.M., Samsudin, A.A., Sazili, A.Q., 2018. Dietary supplementation of different parts of Andrographis paniculata affects the fatty acids, lipid oxidation, microbiota, and quality attributes of longissimus muscle in goats. Food Res. Int. 111, 699–707. https://doi.org/10.1016/j.foodres.2018.06.015

12345

Terkini

  • Kaki Terasa Sakit Saat Berjalan: Bisa Jadi Tanda Penyakit Arteri Perifer
  • Kenali Kandungan Kosmetik yang aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui
  • Revitalisasi Herbal Indonesia: Menjaga Warisan, Membangun Industri Berkelanjutan
  • Kayu Kuning: Satu nama dengan tiga spesies yang berbeda
  • Herbal Nanomedicines Untuk Penyakit Neurodegeneratif: Potensi dan Tantangan Pengembangan
Universitas Gadjah Mada

Kanal Pengetahuan

Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada

Sekip Utara, Yogyakarta 55281

email: kpf.farmasi@ugm.ac.id

© Kanal Pengetahuan Farmasi - Universitas Gajah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY