Penulis: Dr. Sylvia UT. Pratiwi, M.Si
Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM.
Email: sylvia_pratiwi@ugm.ac.id
Tanaman kelor (Moringa oleifera) telah banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai salah satu sumber sayur mayur. Tanaman ini berasal dari daerah tropis dan subtopris di Himalaya India, dan tersebar di berbagai negara di Afrika, Asia Tenggara termasuk Indonesia, hingga Amerika Latin. Kelor dikenal sebagai spesies tanaman yang paling bernilai secara ekonomi. Tanaman ini disebut juga sebagai miracle tree, tree for life, atau amazing tree (pohon ajaib) dikarenakan khasiatnya yang begitu besar. Di Indonesia tanaman kelor dikenal dengan nama yang berbeda di setiap daerah, diantaranya kelor (Jawa, Sunda, Bali, Lampung), maronggih (Madura), moltong (Flores), keloro (Bugis), ongge (Bima), murong atau barunggai (Sumatera) dan hau fo (Timor) [1].
Tanaman kelor dapat tumbuh berupa semak atau pohon dengan tinggi mencapai hingga 12 m dengan diameter batang mencapai 30 cm. Kayunya merupakan jenis kayu lunak dengan kualitas rendah. Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak sempurna, berukuran kecil dengan panjang 1-3 cm dan lebar 4 mm- 1 cm, berwarna hijau sampai hijau kecokelatan, berbentuk bulat telur, berujung daun tumpul, pangkal daun membulat, dengan tepi daun rata. Kulit akar berasa dan berbau tajam dan pedas, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian besar terpisah. Bunga kelor muncul sepanjang tahun, berwarna putih kekuning – kuningan, dengan tudung pelepah bunga berwarna hijau, dan bunga beraroma semerbak tahun. Buah kelor berbentuk segitiga memanjang yang disebut kelentang. Akar kelor tidak keras, bentuk tidak beraturan, dengan permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut. Kulit akar berasa dan beraroma tajam dan pedas, dengan bagian dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang [2-4].
Menurut Integrated Taxonomic Information System, ITIS [5] klasifikasi tanaman kelor adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Familia : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam.
Gambar 1. Daun dan serbuk daun kelor. Sumber: shutterstock.
Gambar 2. Pohon kelor. Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRmGUI9WWEYhFdHzB_I6jCBhQ8aNdeCsnzU_A&usqp=CAU
Kelor diketahui memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Nutrisi yang terkandung di dalam tanaman kelor bervariasi tergantung lingkungan tempat tumbuh, metode budidaya, dan latar belakang genetik. Tanaman kelor ini kaya akan asam fosfor, asam folat, β-karoten dan asam glutamat. Tanaman kelor juga merupakan sumber fitosterol yang baik seperti sitosterol, kampesterol dan stigmasterol yang dapat meningkatkan produksi estrogen. Kadar vitamin A, C, dan E yang tinggi terdapat pada daun kelor. Vitamin A memainkan peran kunci dalam penglihatan, kekebalan, pertumbuhan sel dan diferensiasi dan reproduksi. Vitamin C dan Vitamin E membantu perlindungan terhadap radikal bebas sehingga berfungsi sebagai sumber antioksidan yang baik. Selain itu, tanaman kelor memiliki kandungan terpenoid, antrakuinon dan glikosida yang tinggi. Batang, biji, daun dan bunga masing-masing memiliki kandungan asam amino 30%, 44% dan 31%. Asam oleat, linoleat dan linolenat terdapat pada 76% dalam minyak biji kelor yang sebanding dengan minyak zaitun [6]. Penelitian oleh Patel et al. [7] menunjukkan bahwa tanaman kelor memiliki kandungan fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, karbohidrat, glikosida, protein, saponin, tanin, terpenoid dan antrakuinon. Daun kelor diketahui merupakan sumber fenolat, isotiosianat (ITC), dan glukosinolat [8], mineral, tokoferol, karotenoid, asam lemak tak jenuh ganda, asam askorbat, dan folat [9].
Dari penelitian yang telah dilakukan, tanaman kelor diketahui mampu meningkatkan sejumlah besar fungsi biologis seperti antiinflamasi, antikanker, hepatoprotektif, serta neuroprotektif. Beberapa penelitian juga menemukan manfaat tanaman kelor sebagai anti mikroba, antidiabetes, anti-rheumatoid arthritis, anti-atheroskeloris, anti-infertilitas, pereda nyeri, anti-depresi, serta juga dalam regulasi (pengaturan) diuretic dan tiroid [10].
Isotiosianat (ITC), yang diketahui sebagai senyawa antikanker yang kuat, terdapat secara alami dalam bentuk prekursornya yaitu glukosinolat dan dijumpai di seluruh bagian tumbuhan kelor [11]. Allyl isothiocyanates (AITC) mampu menghambat pertumbuhan sel kanker prostat [12]). Isothiocyanates benzyl (BITC) juga diketahui mampu menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) secara in vitro terhadap sel kanker ovarian (Bose, 2007). BITC juga diketahui mampu menghambat pertumbuhan sel kanker pankreas BxPC-3 secara signifikan dengan IC50 sebesar 8 μM [13].
Kandungan Isotiosianat juga diketahui bertanggungjawab pada aktivitas antiinflamasi kelor. Penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan kemampuan kelor dalam mengurangi peradangan pada hewan uji tikus, dan juga membantu mengurangi obesitas, insulin, dan kolesterol [15].
Aktivitas antimikroba ekstrak dari berbagai bagian tanaman kelor telah diteliti. Senyawa lektin larut air yang diisolasi dari ekstrak biji kelor diketahui mampu menghambat pertumbuhan dan pertahanan diri dari beberapa mikroba pathogen yang diujikan yaitu Bacillus sp., Pseudomonas fluorescens dan Serratia mercescens [16]. Ekstrak akar kelor diketahui juga mengandung senyawa pterygospermin yang merupakan antibakteri dan antijamur kuat [17]. Senyawa 4- (β-D-glucopyranosyl-1 → 4-α-L-rhamnopyranosyloxy) -benzyl thiocarboxamide menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Shigella dysenteriae, Escherichia coli dan Salmonella [18].
Gambar 3. Manfaat Kelor bagi Kesehatan. Sumber gambar: https://seputargk.id/inilah-aneka-manfaat-daun-kelor/.
Gambar 4. Perbandingan kandungan gizi tanaman kelor dengan bahan makanan lain. Sumber: https://issuu.com/treesforlifeusa/docs/moringa_book_en
Tabel 1. Kandungan asam amino dalam100 gram daun kelor [19].
Tabel 2. Kandungan Vitamin dalam 100 gr daun kelor [19].
Senyawa polifenol yang banyak dikandung tanaman kelor memiliki aktivitas antioksidan dan hepatoprotektif yang sangat kuat. Dari penelitian Sinha et al. [20] diketahui bahwa pemberian ekstrak daun kelor terhadap hewan uji tikus mampu mengembalikan kadar glutation (GSH) dan mencegah peroksidasi lipid di hati. Efek hepatoprotektif ini diduga disebabkan oleh senyawa asam askorbat dan fenol (katekin, epikatekin, asam ferulat, asam elagik, dan mirsetin) melalui penangkapan radikal bebas. Aktivitas antioksidan yang tinggi dari kelor juga memungkinkan tanaman ini memiliki kemampuan neuroprotektif. Penelitian terhadap mencit menunjukkan bahwa ekstrak daun eklor mampu melindungi terhadap kerusakan otak dan stress oksidatif yang merupakan faktor utama pada penyakit-penyakit degenerative seperti Alzehimer, Parkinson, penyakit Huntington, dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS) [21]. Beberapa penelitian menemukan bahwa daun kelor dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan efektivitas kerja hormon insulin, sehingga dapat mencegah diabetes dan terjadinya resistensi insulin. Senyawa N-benzyl thiocarbamates, N-benzyl carbamates, and benzyl nitriles yang banyak ditemukan di ekstrak methanol serbuk buah kelor diketahui mampu memicu pengeluaran insulin dari sel beta pancreas tikus uji, menekan aktivitas siklooksigenase dan menghambat peroksidasi lipid, sehingga dengan pemberian ekstrak kelor dapat meningkatkan sensitivitas insulin, meningkatkan kapasitas antioksidan total dan meningkatkan toleransi imun [22].
Pemanfaatan daun kelor dapat dilakukan dengan memanfaatkan daunnya sebagai sayur mayur, atau sebagai minuman seduhan. Daun kelor juga dapat diserbuk dan dikonsumsi sebagai campuran jus buah, smoothies, atau ditaburkan ke atas makanan. Dengan adanya kandungan senyawa yang sangat bervariasi serta tinggi nutrisi tersebut maka tanaman kelor sangat baik untuk dikonsumsi untuk pencegahan atau pengobatan serangkaian penyakit kronis.
Daftar Pustaka
1. Isnan W, Nurhaedah M. Ragam Manfaat Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lamk.) Bagi Masyarakat. Info Teknis EBONI. 2017. 14(1): 63-75.
2. Roloff A, Weisgerber H, Lang U, Stimm B. Moringa oleifera Lam., 1785. In: Stimm B, eds. Enzyklopädie der Holzgewächse, Handbuch und Atlas der Dendrologie. 2009. USDA Forest Service, Research & Development 1601 North Kent Street, Arlington: 1- 8.
3. Palupi NS, Zakaria FR, Prangdimurti E. Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai Gizi Pangan. 2007. Modul e-Learning ENBP. Departemen Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta-IPB.
4. Cancer Chemoprevention Research Center, CCRC. Kelor (Moringa oleifera L.). 2014. tersedia online: http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/en/?page_id=2363#4, tanggal akses: 16 November 2020.
5. Integrated Taxonomic Information System ITIS. Moringa oleifera. 2020. tersedia online: https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=503874#null, tanggal akses: 15 Mei 2020.
6. Tiloke C, Anand K, Gengan RM, Chuturgoon AA. Moringa oleifera and Their Phytonanoparticles: Potential Antiproliferative Agents Against Cancer. Biomedicine and Pharmacotheraphy. 2018. 108 (457-466).
7. Patel P, Patel N, Patel D, Desai S, Mesram D. Phytochemical Analysis and Antifungal Activity of Moringa oleifera. Int J Pharm Pharm Sci. 2014. 6(5): 144-147.
8. Amaglo NK, Deng J, Bennett RN, Curto RBL, Rosac EAS, Domínguez-Perlesc R, Turcod VL, Guiffridad A, Curtod AL, Creae F. Profiling Selected Phytochemicals And Nutrients in Different Tissues of The Multipurpose Tree Moringa oleifera L., Grown in Ghana. Food Chem. 2010. 122:1047–1054.
9. Saini R K, Sivanesan I, Keum YS. Phytochemicals of Moringa oleifera: A Review of Their Nutritional, Therapeutic And Industrial Significance. 3 Biotech. 2016. 6(2): 203.
10. Kou X, Li B, Olayanju JB, Drake JM, Chen N. Nutraceutical or Pharmacological Potential of Moringa oleifera Lam. Nutrients. 2018. 10: 343
11. Fahey JW, Wade K, Stephenson KK, Shi Y, Liu H, Panjwani AA, Warrick CR, Olson ME. A Strategy to Deliver Precise Oral Doses of The Glucosinolates or Isothiocyanates from Moringa oleifera Leaves for Use in Clinical Studies. Nutrients. 2019. 11:1547.
12. Xiao D, Srivastava SK, Lew KL, Zeng Y, Hershberger P, Johnson CS, Trump DL, Singh SV. Allyl Isothiocyanate, A Constituent of Cruciferous Vegetables, Inhibits Proliferation of Human Prostate Cancer Cells by Causing G2/M Arrest and Inducing Apoptosis. Carcinogenesis. 2003. 24: 891–897.
13. Bose CK, Possible Role of Moringa Oleifera L. Root in Epithelial Ovarian Cancer. Med Gen Med. 2007. 9(1): 26.
14. Srivastava SK, Singh SV. Cell cycle Arrest, Apoptosis Induction and Inhibition of Nuclear Factor Kappa B Activation in Antiproliverative Activity of Benzyl Isothiocyanate against Human Pancreatic Cancer Cells. Carcinogenesis. 2004. 25(9): 1701-1709.
15. Minaiyan M, Asghari G, Taheri D, Saeidi M, Nasr-Esfahani S. Anti-inflammatory effect of Moringa oleifera Lam. Seeds on Acetic Acid-Induced Acute Colitis in Rats. Avicenna J. Phytomed. 2014. 4: 127–136.
16. Moura MC, Napoleao TH, Coriolano MC, Paiva PM, Figueiredo RC, Coelho LC. Water-Soluble Moringa oleifera Lectin Interferes with Growth, Survival and Cell Permeability of Corrosive and Pathogenic Bacteria. J Appl Microbiol. 2015. 119: 666–676.
17. Ruckmani, K.; Kavimani, S.; Anandan, R.; Jaykar, B. Effect of Moringa oleifera Lam. on Paracetamol Induced Hepatoxicity. Indian J Pharm Sci. 1998. 6: 33–35.
18. Wang L, Chen X, Wu A. Mini Review on Antimicrobial Activity and Bioactive Compounds of Moringa oleifera. Med Chem. 2016. 6:578-82.
19. Dhakar RC, Maurya SD. Moringa: The Herbal Gold to Combat Malnutrition. Chronicles of Young Scientist. 2011. 2(3): 119-125.
20. Sinha M, Das DK, Datta S, Ghosh S, Dey S. Amelioration of Ionizing Radiation Induced Lipid Peroxidation in Mouse Liver by Moringa oleifera Lam. Leaf Extract. Indian J Exp Biol. 2012. 50: 209–215.
21. Finkel T, Holbrook NJ. Oxidants, Oxidative Stress and The Biology of Ageing. Nature. 2000. 408: 239–247.
22. Tuorkey, M.J. Effects of Moringa oleifera Aqueous Leaf Extract in Alloxan Induced Diabetic Mice. Interv Med Appl Sci. 2016. 8: 109–117.