Oleh : Dyan Wigati*
*Mahasiswa Program Doktor Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi UGM
*Universitas dr Soebandi
Kita semua tahu, Indonesia adalah negara maritim dengan ekosistem terumbu karang yang sangat besar dan berada di posisi strategis yang disebut dengan daerah the coral triangle. Hal ini menjadikan perairan Indonesia sebagai episentrum keanekaragaman biota laut yang sangat menjanjikan untuk dieksplorasi dan dimanfaatkan sebagai sumber obat-obatan baru dimasa yang mendatang. Biodiversitas organisme yang ada di laut diantaranya rumput laut, ikan, teripang, terumbu karang, spons dan lain sebagainya. Salah satu biota laut yang banyak dimanfaatkan senyawa bioaktifnya yaitu spons. Spons adalah organisme multiseluler yang hidupnya menetap pada suatu habitat pasir, karang mati ataupun bebatuan di dalam laut dan spons ini tidak berpindah tempat (sessile). Kehidupannya sangat bergantung dari aliran air yang mengenai tubuhnya untuk mendapatkan makanan dan oksigen termasuk pembuangan limbah dan produksi metabolit sekunder. Spons merupakan penghasil senyawa metabolit terbesar dari biota laut yang ada (Paul et al., 2021). Banyak studi melaporkan aktivitas biologis dari spons laut diantaranya sitotoksik (Shaala et al., 2021), antiplasmodial (Hikmawan et al., 2020), antioksidan (Handayani et al., 2021), antimikroba (Goel et al., 2021) dan lain sebagainya.
Eksplorasi senyawa metabolit dari spons saat ini cenderung meningkat tetapi upaya untuk budidaya spons tersebut belum dilakukan secara maksimal sehingga populasi dari spons menjadi berkurang atau bahkan menjadi langka terutama untuk jenis jenis spons yang sudah terbukti memiliki aktivitas dan efek farmakologis dibidang kesehatan dan pengobatan berbagai penyakit. Untuk mencegah kerusakan akibat eksplorasi berlebih dan menjaga keberlangsungan populasi spons maka mengisolasi senyawa metabolit dari mikroba baik bakteri ataupun jamur yang berasosiasi dengan spons laut menjadi salah satu alternatif yang paling rasional dan efektif untuk dilakukan. Hal ini karena spons dikenal sebagai tuan rumah bagi sebagian besar mikroorganisme.
Biasanya ketika mendengar kata mikroba, yang terlintas didalam pikiran kita akan mengarah ke “sesuatu” yang menyebabkan penyakit. Pemikiran tersebut tidak sepenuhnya salah tetapi mikroba tidak selalu menjadi sumber penyakit. Pernahkah mendengar istilah mikroba simbion? Mikroba simbion adalah organisme yang menempel dan berinteraksi pada inang tetapi tidak berdampak negatif pada salah satu pihak. Istilah ini awalnya diperkenalkan oleh Frank, Van Beneden, and De Bary pada tahun 1870 (Prigot-Maurice et al., 2022). Simbiosis ini berhubungan dengan sistem kekebalan antara inang dan mikroba itu sendiri sehingga menimbulkan interaksi yang saling menguntungkan. Interaksi ini mungkin tidak terlihat secara nyata tetapi berdampak besar pada inangnya. Hubungan simbiotik dalam hal ini mutualisme antara mikroba simbion dengan spons yaitu spons memberikan dukungan dan perlindungan terhadap mikroba simbion dan sebaliknya mikroba simbion ini memainkan peran potensial dalam siklus nutrisi dan sebagai sumber metabolit sekunder (Hillman & Goodrich-Blair, 2016). Mikroba simbion juga membantu mempertahankan organisme inang atau keturunannya dari predator dan patogen, termasuk dengan memproduksi senyawa kimia atau racun yang dapat membunuh organisme penyerang atau pesaing.
Mikroba simbion ini bisa bakteri ataupun jamur. Beberapa senyawa bioaktif yang berasal dari simbion memiliki kemiripan atau bahkan kesamaan struktural dengan metabolit yang berasal inangnya (Paul et al., 2021). Manfaat lain dari eksplorasi mikroba simbion yaitu siklus hidup mikroba baik jamur ataupun bakteri lebih pendek sehingga perolehan senyawa metabolitnya semakin cepat, dalam memproduksi senyawa metabolit tidak membutuhkan lahan yang luas dan hanya membutuhkan sebagian kecil dari bagian inangnya serta mikroba simbion ini dapat ditumbuhkan diluar spons inangnya.
Gambar 1. Beberapa jamur yang berasosiasi dengan spons Stylissa flabelliformis (Setyowati et al., 2017)
Banyak penelitian melaporkan aktivitas mikroba simbion dari spons laut diantaranya bakteri dari genus Colwellia, Pseudoalteromonas, Shewanella and Winogradskyella memiliki aktivitas antibiofilm terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Staphylococcus aureus ATCC 29213 (Rizzo et al., 2021), jamur Trichoderma reesei strain JCM 2267 yang berasosiasi dengan spons menunjukkan aktivitas sitotiksik (Setyowati et al., 2021), senyawa trichoderin A, A1 dan B yang berhasil diisolasi dari jamur Trichoderma sp. mampu menyaingi efek isoniazid terhadap Mycobacterium smegmatis, Mycobacterium bovis Bacillus Calmette-Gu´erin (BCG), dan Mycobacterium tuberculosis H37Rv (Gomes et al., 2021).
Rajasabapathy et al., (2020) melaporkan bahwa senyawa hasil kultur dari jamur yang berasosiasi dengan spons memiliki aktivitas antimikroba terhadap beberapa bakteri patogen antara lain Salmonella typhimurium (NCIM 2501), Proteus vulgaris (NCIM 2027), Klebsillla pneumoniae (NCIM 2706), Pseudomonas aeruginosa (MTCC 741) dan terhadap jamur Candida albicans (MTCC 4747). Bacillus pumilus dan Bacillus muralis yang berasosiasi dengan spons menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri multi drug resisten (MDR), dan bakteri simbion dari spons Homoscleromorpha menunjukkan potensi antimikroba yang lebih besar dari Demospongiae sehingga sangat potensial di kembangkan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri resisten antibiotik (Freitas-Silva et al., 2020).
Beberapa senyawa metabolit yang diisolasi dari mikroba simbion spons laut diantaranya 8-O-metyltetrangomycin dari jamur Streptomyces sp. SBRK2 (Jabila Mary et al., 2021), diethyl phthalate dari jamur Brevibacterium casei strain Alu 1 (Rashiya et al., 2021), asam lemak, asam oleat dan senyawa fenolik yang berhasil diisolasi dari bakteri Vibrio sp. dan Bacillus sp. (Tommonaro et al., 2020), senyawa fridamycins H dan I dari Actinokineospora spheciospongiae sp. (Tawfike et al., 2019) serta masih banyak lagi senyawa metabolit sekunder yang dilaporkan berhasil diisolasi dari jamur dan bakteri simbion dengan spons laut.
Jadi tidak hanya spons laut saja yang memiliki banyak manfaat bagi pengobatan tetapi mikroba baik jamur ataupun bakteri yang bersimbiosis dengan spons laut juga memberikan keuntungan yang besar. Hal ini menjadi peluang yang sangat menjanjikan bagi Indonesia untuk bisa mengeksplorasi kekayaan hayati yang ada terutama organisme laut sebagai sumber obat baru dan diharapkan nantinya tercapai kemandirian dibidang kesehatan dan farmasi khususnya. Tidak berlebihan jika kita menyebut mikroba simbion dari spons laut ini dengan “harta karun tersembunyi di dalam lautan”.
Daftar Pustaka
Freitas-Silva, J., Silva-Oliveira, T., Muricy, G., & Laport, M. S. (2020). Bacillus Strains Associated to Homoscleromorpha Sponges are Highly Active Against Multidrug Resistant Bacteria. Current Microbiology, 77(5), 807–815. https://doi.org/10.1007/S00284-019-01870-X/FIGURES/3
Goel, N., Fatima, S. W., Kumar, S., Sinha, R., & Khare, S. K. (2021). Antimicrobial resistance in biofilms: Exploring marine actinobacteria as a potential source of antibiotics and biofilm inhibitors. In Biotechnology Reports (Vol. 30). Elsevier B.V. https://doi.org/10.1016/j.btre.2021.e00613
Gomes, N. G. M., Madureira-Carvalho, Á., & … (2021). Biosynthetic versatility of marine-derived fungi on the delivery of novel antibacterial agents against priority pathogens. In Biomedicine & …. Elsevier. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0753332221005382
Handayani, T., Rachim, A., Priyoatmojo, D., -, A., Huang, X., Lin, S., & Cai, P. (2021). The correlation between total protein content and antioxidant activity of collagen isolated from a marine sponge Stylissa flabelliformis collected from North Lombok Indonesia coast. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 913, 1–8. https://doi.org/10.1088/1755-1315/913/1/012103
Hikmawan, B. D., Wahyuono, S., & Setyowati, E. P. (2020). Marine sponge compounds with antiplasmodial properties: Focus on in vitro study against Plasmodium falciparum. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 10(5), 142–157. https://doi.org/10.7324/JAPS.2020.10519
Hillman, K., & Goodrich-Blair, H. (2016). Are you my symbiont? Microbial polymorphic toxins and antimicrobial compounds as honest signals of beneficial symbiotic defensive traits. Current Opinion in Microbiology, 31, 184–190. https://doi.org/10.1016/J.MIB.2016.04.010
Jabila Mary, T. R., Kannan, R. R., Iniyan, A. M., Ramachandran, D., & Prakash Vincent, S. G. (2021). Cell wall distraction and biofilm inhibition of marine Streptomyces derived angucycline in methicillin resistant Staphylococcus aureus. Microbial Pathogenesis, 150, 104712. https://doi.org/10.1016/J.MICPATH.2020.104712
Paul, S. I., Rahman, M. M., Salam, M. A., Khan, M. A. R., & Islam, M. T. (2021). Identification of marine sponge-associated bacteria of the Saint Martin’s island of the Bay of Bengal emphasizing on the prevention of motile Aeromonas septicemia in Labeo rohita. Aquaculture, 545, 737156. https://doi.org/10.1016/J.AQUACULTURE.2021.737156
Prigot-Maurice, C., Beltran-Bech, S., & Braquart-Varnier, C. (2022). Why and how do protective symbionts impact immune priming with pathogens in invertebrates? Developmental & Comparative Immunology, 126, 104245. https://doi.org/10.1016/J.DCI.2021.104245
Rajasabapathy, R., Ghadi, S. C., Manikandan, B., Mohandass, C., Surendran, A., Dastager, S. G., Meena, R. M., & James, R. A. (2020). Antimicrobial profiling of coral reef and sponge associated bacteria from southeast coast of India. Microbial Pathogenesis, 141, 103972. https://doi.org/10.1016/J.MICPATH.2020.103972
Rashiya, N., Padmini, N., Ajilda, A. A. K., Prabakaran, P., & … (2021). Inhibition of biofilm formation and quorum sensing mediated virulence in Pseudomonas aeruginosa by marine sponge symbiont Brevibacterium casei strain Alu 1. Microbial …. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0882401020310597
Rizzo, C., Zammuto, V., Giudice, A. lo, Rizzo, M. G., & … (2021). Antibiofilm Activity of Antarctic Sponge-Associated Bacteria against Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus. Journal of Marine Science and Enginering. https://www.mdpi.com/1011162
Setyowati, E. P., Maulina Yulianny Erawan, F., Rahmanti, S., Rifka Hanum, M., & Cendikia Moeksa Devi, N. (2021). Cytotoxic and Antimicrobial Activities of Ethyl Acetate Extract from Fungus Trichoderma reesei strain JCM 2267, Aspergillus flavus strain MC-10-L, Penicillium sp, and Aspergillus fumigatus Associated with Marine Sponge Stylissa flabelliformis. Research J. Pharm. and Tech, 14(10). https://doi.org/10.52711/0974-360X.2021.00893
Setyowati, E. P., Pratiwi, S. U. T., Purwantiningsih, P., & Samara, O. (2017). Antimicrobial activity and Identification of fungus associated Stylissa flabelliformis sponge collected from Menjangan Island West Bali National Park, Indonesia. Indonesian Journal of Pharmacy, 29(2), 66. https://doi.org/10.14499/INDONESIANJPHARM29ISS2PP66
Shaala, L. A., Youssef, T. A., Kijjoa, A., Rateb, M., & Abdelmohsen, U. R. (2021). Hemimycalins C–E; Cytotoxic and Antimicrobial Alkaloids with Hydantoin and 2-Iminoimidazolidin-4-one Backbones from the Red Sea Marine Sponge Hemimycale sp. Marine Drugs 2021, Vol. 19, Page 691, 19(12), 691. https://doi.org/10.3390/MD19120691
Tawfike, A., Attia, E. Z., Desoukey, S. Y., Hajjar, D., Makki, A. A., Schupp, P. J., Edrada-Ebel, R. A., & Abdelmohsen, U. R. (2019). New bioactive metabolites from the elicited marine sponge-derived bacterium Actinokineospora spheciospongiae sp. nov. AMB Express, 9(1), 1–9. https://doi.org/10.1186/S13568-018-0730-0/TABLES/3
Tommonaro, G., El-Hagrassi, A. M., Fayad, W., Iodice, C., Shaker, K. H., & EL-Hady, F. K. A. (2020). Fatty Acid Profile and In Vitro Anticancer Activity of Two Marine Sponge- Associated Bacteria. Current Bioactive Compounds, 16(9), 1273–1280. https://doi.org/10.2174/1573407216666200214095114