Oleh. Anif Nur Artanti
Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM
Dosen Universitas Sebelas Maret
Peningkatan penggunaan obat tradisional di negara maju terjadi karena usia harapan hidup masyarakat lebih panjang ketika prevalensi terhadap penyakit kronik meningkat. Kegagalan penggunaan obat sintetik untuk mengobati kasus tertentu, serta semakin banyak akses informasi mengenai obat tradisional, menyebabkan masyarakat mecari potensi baru tanaman yang dapat dikembangkan sebagai obat tradisional. Salah satu tanaman yang berpotensi tersebut adalah parijoto (Medinilla speciosa Blume). Tanaman parijoto tumbuh subur dan liar di lereng-lereng gunung atau di hutan-hutan pada tanah yang berhumus dan lembab di lereng gunung. Salah satu lokasi paling banyak ditemukan tanaman parijoto terdapat di lereng Pegunungan Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah [1]. Secara empiris buah parijoto telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk mengobati diare, sariawan, radang, hiperlipidemia, kanker, serta infeksi bakteri dan nutrisi bagi ibu hamil. Pemanfaatan lain dari parijoto digunakan sebagai simbol ritual dan tanaman hias. Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) adalah senyawa saponin, tannin, fenolik dan flavonoid [2]. Senyawa flavonoid dan tannin yang terdapat pada buah parijoto telah dikenal mampu untuk memberikan perlindungan terhadap mikroba dan memiliki aktivitas antioksidan [3].
Gambar 1. Buah Parijoto (Medinilla speciosa, Reinw. ex Bl.) (dokumentasi pribadi)
Ekstrak heksana parijoto mengandung senyawa kuinon, polifenol, steroid dan triterpene. Ekstrak etil asetat parijoto mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, tanin, monoterpen, dan seskuiterpen, sedangkan ekstrak metanol mengandung alkaloid, flavonoid, kuinon, polifenol, saponin dan tannin[4]. Ekstrak parijoto memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan obat tradisional berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan.
Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut dilaporkan bahwa ekstrak etanol parijoto dalam konsentrasi 10% dapat menghambat bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan zona hambat 21,53±0,62 mm [5]. Ekstrak methanol buah parijoto dalam konsentrasi 400 mg/mL dapat menujukkan penghambatan terhadap bakteri Salmonella typhi sebesar 17,360 ± 0,186 mm dan terhadap bakteri S.disentri sebesar 18.889 ± 0.278 mm. Ekstrak etil asetat buah parijoto dalam konsentrasi 400 mg/mL menunjukkan penghambatan terhadap bakteri Salmonella typhi sebesar 6,044 ± 0,989 mm dan terhadap bakteri S.disentri sebesar 12,601 ± 0,435 mm. Sementara Ekstrak n-heksana buah parijoto menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhi sebesar 5,644 ± 0,278 mm dan terhadap bakteri S.disentri sebesar 7.110 ± 0.781 mm. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan potensi antibakteri dalam buah parijoto terdapat dalam ekstrak polarnya yaitu ekstrak etanol dan methanol. Ekstrak methanol selanjutnya dikomparasi dengan kloramfenikol yang digunakan sebagai pengobatan dalam kasus penyakit tifus yang disebabkan oleh bakteri S.typhi, dan disimpulkan bahwa nilai aktivitas antibakteri komparatif ekstrak metanol buah parijoto terhadap kloramfenikol adalah 23,77 : 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk memberikan diameter hambat yang sama dengan kloramfenikol 1 ppm diperlukan ekstrak methanol buah parijoto sebesar 2,377 ppm. Komparasi aktivitas antibakteri juga dilakukan terhadap bakteri penyebab diare yaitu S. disentri dengan nilai komparasi sebesar 312,3 :1. Keterangan ini menunjukkan bahwa agar dapat memberikan diameter hambat yang sama dengan 1 ppm kloramfenikol,diperlukan ekstrak metanol buah parijoto sebesar 312,3 ppm. [4]. Ekstrak metanol buah parijoto menunjukkan aktivitas antibakteri yang potensial dibandingkan dengan etil asetat dan n-heksana, karena keberadaan ekstrak yang lebih aktif secara biologis. Hasil ini mengungkapkan bahwa ekstrak tersebut dapat menjadi kandidat antibakteri alternatif baru, terutama untuk mengobati disentri basiler. Penelitian tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ekstrak parijoto sebagai bahan obat tradisional dalam menyembuhkan infeksi mikroba.
Ekstrak buah parijoto juga berpotensi sebagai antioksidan dan aktivitas fagositosis makrofag untuk meningkatkan system imun. Indeks fagositosis makrofag pada tikus meningkat 3.16 % setelah pemberian ekstrak buah parijoto pada konsentrasi 500 µg/mL. Selain itu aktivitas antioksidan yang terkandung dalam ekstrak buah parijoto juga kuat dengan IC50 sebesar 23,73±0,01 ppm [6]. Dalam ekstrak parijoto mengandung senyawa flavonoid yaitu quersetin [7]. Mekanisme flavonoid quersetin sebagai imunomodulator dengan meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi limfosit. Sel T helper 1(Th1) yang dapat mengaktifkan Specific Macrofag Arming Factor (SMAF), yang merupakan interferon gamma (IFNɣ) sehingga dapat mengaktifkan makrofag. Jika ada antigen yang masuk ke dalam tubuh, seperti bakteri, sel T limfosit dan makrofag bekerja sama untuk membunuh bakteri. Makrofag akan memfagosit bakteri dan limfosit menjadi CD4+ dan CD8+. Sel CD4+ berdiferensiasi menjadi Th1 yang kemudian menghasilkan IFNɣ dan TNFα sitokin dan memacu sel Natural Killer. Sel CD8+ menghasilkan sitokin IFNɣ. Sitokin akan mengaktifkan makrofag untuk menghasilkan senyawa salah satunya nitrit oksida yang berguna untuk membunuh bakteri. Quercetin menurunkan proliferasi peripheral blood mononuclear cells (PBMC) dan dimodulasi tingkat IL-1ɣ dan TNF-α [8]. Berdasarkan hasil temuan tersebut, ekstrak parijoto dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan obat tradisional untuk menjaga imunitas tubuh
Hasil penelitian melaporkan bahwa ekstrak buah parijoto memiliki potensi sitotoksik terhadap sel kanker servix dengan IC50 sebesar 209,6 µg/mL dan memiliki efek yang sinergis apabila dikombinasikan dengan cisplatin (Combination Index < 1). Ekstrak buah parijoto juga memiliki selektivitas yang baik terhadap sel normal dengan nilai selectivity index > 10 µg/mL [9]. Hasil uji toksisitas akut ekstrak buah parijoto tidak dapat ditentukan karena tidak ada kematian hewan uji setelah pemberian dosis ekstrak parijoto sebesar 50 g/kg BB pada mencit dinyatan dengan hasil LD50semu. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah parijoto relative kurang berbahaya [10]. Melihat potensi farmakologi dan hasil pengujian toksisitasnya menggunakan hewan uji, ekstrak parijoto berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan obat tradisional maupun suplemen kesehatan yang relative tidak berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kunarto, B., dan Sani, E.Y. 2020. Ekstraksi Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume) Berbantu Ultrasonik Pada Berbagai Suhu, Waktu dan Konsentrasi Pelarut Etanol. Jurnal Teknologi Pertanian, 21(1): 29-38.
[2] Wijayanti, D., Ardigurnita, F., 2019. Potential of Parijoto (Medinilla speciosa) Fruits and Leaves in Male Fertility. Anim. Prod. 20, 81.
[3] Winanta, A., Hanik, L.S. and Febriansah, R. 2021. Antioxidant Activity and Cytotoxic Potential of Parijoto (Medinilla speciosa (Reinw ex BL)) Fruit Fractions on HeLa Cell Line. Indonesian Journal of Cancer Chemoprevention. 12(2): 74–82.
[4] Milanda, T., Barliana M.I., and Rosidah. 2021. Antibacterial Activities of Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Fruit Extracts Against Clinical Isolates of Salmonella Typhi and Shigella Dysentery. Pharmacology and Clinical Pharmacy Research. 6(1) : 25-34.
[5] Farida, N.R., Vifta, R.L., Erwiyanti, A.R, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla Spesiosa B.) Dengan Perbandingan Pelarut Etanol 70% Dan Etanol 96% Terhadap Bakteri Pseudomonas Aeruginosa, Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product. 4(1) : 8-1.
[6] Sa’adah, N.N., Nurhayati, A.W.P. and Purwani, K.I. 2018. Antihyperlipidemic and Anti- obesity Effects of The Methanolic Extract of Parijoto (Medinilla speciosa), in Inventing Prosperous Future Through Biological Research and Tropical Biodiversity Management: Proceedings of the 5th International Conference on Biological Science, Yogyakarta, Indonesia, Hal. 1-9.
[7] Vifta, R.L., Saputra, Y. and Hakim, A.L. 2022. Analisis Flavonoid Total Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa) Asal Bandungan dan Formulasinya dalam Sedian Gel, Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP), 2(1): 21–34.
[8] Hosseinzade A., Sadeghi O., Biregani A.K., Soukhtehzari S., Brandt G.S., Esmailzadeh A., 2019. Immunomodulatory Effects of Flavonoids : Possible Industion of T CD4+ Regulatory Cells Through Suppression of mTOR Pathway Signaling Activity, Frontiers in Immunology, 10 (51) 1-11.
[9] Artanti, A.N., Pujiastuti, U.H., Prihapsara, F., and Rakhmawati, R. 2020. Synergistic Cytotoxicity Effect by Combination of Methanol Extract of Parijoto Fruit (Medinilla speciosa Reinw. ex. Bl) and Cisplatin Against Hela Cell Line, Indonesian Journal of Cancer Chemoprevention, 11(1): 16-21.
[10] Megawati A., Hastuti E.D., Sari, D.E.M, 2017. Uji Ketoksikan Akut Buah Parijoto Segar (Medinilla Speciosa) terhadap Mencit Jantan Galur Swiss. Cendekia Journal of Pharmacy. 1(1) : 1-7.