Universitas Gadjah Mada Kanal Pengetahuan Farmasi
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Berita Farmasi
  • MANFAAT JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis) SEBAGAI TUMBUHAN OBAT

MANFAAT JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis) SEBAGAI TUMBUHAN OBAT

  • Berita Farmasi, Obat Alami untuk Indonesia
  • 17 December 2025, 13.57
  • Oleh: Admin
  • 0

Oleh
Dr. Sylvia UT. Pratiwi, M.Si
Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM

Jahe Balikpapan yang memiliki nama latin Etlingera balikpapanensis merupakan tumbuhan herbal endemik yang hanya ditemukan di kawasan hutan tropis Kalimantan Timur, khususnya di Hutan Lindung Sungai Wain dan Kebun Raya Balikpapan. Tumbuhan ini untuk pertama kali ditemukan dan dideskripsikan oleh ahli botani Denmark, Axel Dalberg Poulsen pada tahun 2006, dan spesies ini termasuk ke dalam famili Zingiberaceae (suku jahe-jahean), yang telah lama dikenal luas dalam pengobatan tradisional di Asia Tenggara.

Klasifikasi Taksonomi Jahe Balikpapan:

Kingdom         :Plantae
Phylum            : Streptophyta

Kelas               : Equisetopsida

Subkelas          : Magnoliidae

Ordo                : Zingiberales

Famili              : Zingiberaceae

Genus              : Etlingera

Spesies            : E. balikpapanensis (A.D Poulsen)                            (IPNI, 2025).         

Gambar 1. Tunas Jahe Balikpapan (Sumber: Poulsen, 2016, tersedia online: https://x.com/AxelGinger/status/774007581983576064)

Zingiberaceae merupakan tumbuhan herba yang telah banyak digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan tradisional. Etlingera adalah satu genus tumbuhan dari keluarga Zingiberaceae, yang memiliki jumlah spesies berkisar antara 150 hingga 200 spesies. Tumbuhan ini tersebar luas dari Asia hingga kepulauan Pasifik (Ardiyani & Poulsen, 2019).

Jahe Balikpapan (E. balikpapanensis) tumbuh sebagai tumbuhan berakar rimpang dan memiliki daun serta batang yang menjulang hingga mencapai lima meter. Jahe Balikpapan tumbuh di daerah dengan kelembaban tinggi, pada dataran rendah tropis dalam ekosistem hutan hujan tropis basah, dan termasuk dalam tumbuhan yang tumbuh di bawah naungan kanopi hutan. Habitat alaminya berada di wilayah terbatas sekitar Kota Balikpapan, seperti Hutan Lindung Sungai Wain dan Wartokadri. Menurut hasil eksplorasi lapangan dan survei konservasi, Jahe Balikpapan kini berstatus terancam punah akibat deforestasi, kebakaran hutan, dan perubahan fungsi lahan di Kalimantan Timur. Survei terkini mencatat hanya terdapat sekitar 14 rumpun dengan total 171 individu, yang menjadikannya sangat rentan terhadap kepunahan akibat perambahan hutan dan kebakaran. Menurut kriteria IUCN (2020), Jahe Balikpapan dikategorikan sebagai spesies terancam punah (endangered species) dengan sebaran populasi yang sangat terbatas akibat ancaman serius dari konversi lahan dan eksploitasi liar.

Penelitian tentang manfaat obat dari tumbuhan genus Etlingera telah banyak dilaporkan. Senyawa kimia yang telah diisolasi dari tumbuhan genus Etlingera antara lain senyawa fenolik, diarylheptanoid, flavonoid, steroid, terpenoid, dan alkaloid, dan secara keseluruhan menunjukkan aktivitas farmakologis seperti antioksidan, aktivitas antimikroba, anti-inflamasi, efek neurologis, antivirus, antikanker, perlindungan kardiovaskular, hepatoprotektif, antikarsinogenik, antiproliferasi, antiprotozoa, analgesik, anti alergi (Wahyuni et al., 2021).

Seperti banyak anggota Zingiberaceae lainnya, Jahe Balikpapan secara tradisional telah digunakan masyarakat lokal untuk bahan obat herbal, rempah, serta bahan aromatik yang menyegarkan. Jahe Balikpapan secara tradisional digunakan oleh masyarakat Kalimantan secara turun temurun dalam bentuk rebusan atau jamu untuk mengatasi berbagai keluhan kesehatan seperti gangguan pencernaan, nyeri haid, serta penurun demam. Jahe Balikpapan juga dimanfaatkan sebagai penghangat tubuh, pengobatan masuk angin, memperlancar pencernaan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, hingga sebagai bumbu masakan dan penyegar aroma. Bunga dan daun mudanya digunakan dalam masakan tradisional, sementara bagian yang banyak digunakan dalam bentuk seduhan atau jamu adalah bagian rimpangnya.

Penelitian-penelitian ilmiah yang telah dilakukan mengonfirmasi bahwa Jahe Balikpapan menunjukkan kandungan senyawa bioaktif yang memiliki potensi farmakologis besar untuk dikembangkan sebagai obat modern. Dari sisi fitokimia, Jahe Balikpapan diketahui memiliki kandungan senyawa aktif seperti flavonoid, fenol, alkaloid, saponin, tanin, dan triterpenoid, yang memiliki efek antioksidan, antiinflamasi, dan antibakteri. Penelitian oleh Manurung et al. (2019) menunjukkan bahwa ekstrak daun Jahe Balikpapan mengandung total phenolic content (TPC) tertinggi pada fraksi etil asetat sebesar 109,8 mg GAE/g dan total flavonoid content (TFC) tertinggi pada fraksi heksana sebesar 268,4 mg CE/g.

Jahe Balikpapan diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Berdasarkan penelitian oleh Kent et al. (2016), ekstrak etil asetat dari rimpang Jahe Balikpapan menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC₅₀ sebesar 58,392 ppm, meskipun belum menyamai vitamin C (6,96 ppm) sebagai kontrol positif. Selain itu, ekstrak daun Jahe Balikpapan juga memiliki potensi antioksidan, sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian Sandi et al. (2021) yang melaporkan nilai IC₅₀ sebesar 212,71 ppm untuk ekstrak metanol daun.

Penelitian oleh Andila dan Nugroho (2022) menunjukkan bahwa melalui uji difusi agar, esktrak heksan dari daun dan rimpang Jahe Balikpapan terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus cereus dengan kadar hambat minimum sebesar 0.5 mg/mL  (ekstrak dari daun) dan 1 mg/mL (ekstrak dari rimpang), namun tidak menghambat pertumbuhan E. coli, S. aureus, dan S. epidermidis. Penelitian selanjutnya oleh Fatimah et al. (2024) menunjukkan bahwa tumbuhan Jahe Balikpapan mengandung bakteri endofit yang mampu menghasilkan senyawa antimikroba. Dari akar, batang, dan daun Jahe Balikpapan, telah diisolasi bakteri endofit yang mampu memproduksi senyawa antibakteri. Dua isolat paling potensial, yaitu Bacillus cereus dan Micrococcus luteus, menunjukkan daya hambat signifikan terhadap pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Penemuan ini membuka peluang besar untuk mengembangkan bahan antibakteri alami tanpa harus merusak populasi tumbuhan.

Tidak hanya sebagai antioksidan dan antibakteri, potensi Jahe Balikpapan juga mengarah pada aktivitas antikanker. Beberapa tumbuhan pada genus Etlingera seperti E. elatior dan E. rubroloba telah diketahui mengandung senyawa diarylheptanoids, flavonoid, dan senyawa fenolik yang memiliki potensi antiproliferatif terhadap sel kanker. Potensi ini juga mungkin terdapat pada Jahe Balikpapan, meskipun masih diperlukan studi lanjutan untuk membuktikan efek sitotoksik dan mekanisme molekuler yang terlibat (Wahyuni et al., 2021).

Untuk menjaga keberlanjutan dan pelestarian Jahe Balikpapan yang memiliki nilai strategis dalam pengembangan obat herbal modern, pemerintah daerah dan lembaga konservasi telah melakukan konservasi berbasis masyarakat, pembudidayaan terbatas, dan riset berkelanjutan, mengingat belum banyak penelitian lebih dalam tentang manfaat Jahe Balikpapanensis sebagai sumber obat baru. Pelestarian spesies diharapkan sejalan dengan eksplorasi manfaat farmakologisnya untuk menciptakan sistem pengobatan yang berkelanjutan dan berbasis kearifan lokal.

 

Daftar Pustaka:

Andila PS, Nugroho LH. Antibacterial and Phytochemical Constituent of Etlingera rubroloba A.D. Poulsen extract, An Endemic Ginger from Wallacea Region, Indonesia. Biodiversitas. 2022, 13(7): 3646-3658.

Ardiyani, M., & Poulsen, A. D. (2019).  An Update of The Genus Etlingera (Zingiberaceae) In Sulawesi Including the Description of A New Species. Reinwardtia, 18(1), 1–50.

Fatimah, Asritafiha L, Salsabila S, Dewi EK, Ni’matuzahroh, Geraldi A, Ramadhan R, Suwito H, Rahman A, Riyadi L. Potential of Antimicrobial-Producing Endophytic Bacteria from Balikpapan Endemic Ginger (Etlingera balikpapanensis A.D. Poulsen). Biodiversitas. 2024, 25(9): 3005-3013.

IPNI International Plant Names Index. Etlingera balikpapanensis A.D.Poulsen, Etlingera Borneo. 2025. Published on the Internet http://www.ipni.org, The Royal Botanic Gardens, Kew, Harvard University Herbaria & Libraries and Australian National Herbarium. [Retrieved 19 March 2025].

IUCN International Union for Conservation of Nature. The  IUCN  Red  List  of  Threatened  Species.  2020. Version  2020-1  IUCN  Online: https://www.iucnredlist.org.

Kent A, Rahmadani A, Rusli R. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Dari Rimpang Jahe Balikpapan (Etlingera Balikpapanensis). Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-4, 2016, 15-20.

Manurung H, Aryani R, Nugroho RA, Sari YP, Chernovita R, Auliana. Phytochemical Analysis and Antioxidant Activity of Leaves Extracts of Endemic Plant Jahe Balikpapan (Etlingera Balikpapanensis A.D. Poulsen). International Journal of Scientific & Technology Research. 2019, 8(9): 308-313.

Robiansyah I, Pribadi DO, Helmanto H, Yuswandi AY, Wihermanto. Population and Conservation Status Reassessment of Etlingera balikpapanensis A.D. Poulsen, An Endemic Ginger in East Kalimantan. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science. 2021: 762 (012008), doi:10.1088/1755-1315/762/1/012008.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Terkini

  • MANFAAT JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis) SEBAGAI TUMBUHAN OBAT
  • Lebah Tak Bersengat: Merajut Harmoni Alam untuk Kesehatan, Keberlanjutan, dan Masa Depan
  • Kaki Terasa Sakit Saat Berjalan: Bisa Jadi Tanda Penyakit Arteri Perifer
  • Kenali Kandungan Kosmetik yang aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui
  • Revitalisasi Herbal Indonesia: Menjaga Warisan, Membangun Industri Berkelanjutan
Universitas Gadjah Mada

Kanal Pengetahuan

Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada

Sekip Utara, Yogyakarta 55281

email: kpf.farmasi@ugm.ac.id

© Kanal Pengetahuan Farmasi - Universitas Gajah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY