Topik ini mungkin bukan topik yang baru. Teh adalah jenis minuman yang paling popular dan paling banyak dikonsumsi sejak zaman dulu kala. Ada beberapa jenis teh. Teh hitam adalah teh yang paling umum dikonsumsi di dunia. Di Inggris, Amerika Serikat, Eropa, dan juga di Indonesia, teh hitam adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi, sedangkan teh hijau lebih populer di Jepang dan China. Oolong (teh yang tidak terlalu gelap warnanya) serta teh putih tidak terlalu banyak dikenal.
Teh dibuat dari daun tumbuhan teh, Camellia sinensis. Segera setelah dipanen daun teh segera layu dan mengalami oksidasi oleh udara. Selama proses oksidasi kandungan kimia yang ada di dalam daun akan terdegradasi menghasilkan warna yang lebih gelap dan aroma yang khas dari teh. Durasi, cara, dan besar-kecilnya proses oksidasi akan membedakan jenis teh yang dihasilkan. Teh hitam dihasilkan apabila daun teh layu, terremas, tergulung dan teroksidasi penuh. Sebaliknya, teh hijau dibuat dari daun teh yang tidak layu dan tidak teroksidasi. Oolong dibuat dari daun yang telah layu, terremas, dan teroksidasi sebagian, sedang teh putih berasal dari daun muda atau pucuk yang mengalami oksidasi yang minimal. Minuman teh dibuat dengan menyeduh teh kering degan air panas.
Di dalam teh terdapat senyawa yang disebut golongan polifenol. Senyawa polifenol terdiri dari berbagai komponen misalnya tannin, katekin, asam galat dan flavonoid. Disamping polifenol, teh juga mengandung alkaloid yang terdiri dari kafein (seperti yang ada di kopi), teofilin, dan teobromin. Teh juga mengandung protein dan asam amino, karbohidrat, klorofil, minyak atsiri (menimbulkan aroma) dan mineral seperti fluoride, aluminium. Senyawa mineral ini kemungkinan sekali berasal dari tanah di mana teh tumbuh atau sebagai kontaminan.
Polifenol, utamanya, katekin, dianggap senyawa yang memberikan efek menguntungkan di bidang kesehatan apabila dikonsumsi secara rutin, utamanya konsumsi teh hijau. Dan senyawa katekin yang paling banyak ditemui di dalam teh hijau adalah epigallokatechin-3-gallat (EGCG), disamping jenis katekin lain seperti epigallocatechin (EGC), epicathechin-3-gallat (ECG), dan, epicatechin (EC). Semua katekin dan polifenol ini dipercaya bermanfaat bagi kesehatan karena aktivitasnya sebagai antioksidan.
Kafein dapat menstimulasi system syaraf dan menambah rasa bugar. Sedang alkaloid teofilin dapat melebarkan jalur pernafasan (bronkhus, sebagai obat asma) dan teobromin memacu buang air kecil. Hanya saja jumlah senyawa-senyawa ini tidak terlalu besar didalam satu atau dua cangkir yang diminum untuk menimbulkan efek stimulasi syaraf, melebarkan jalan nafas, ataupun merangsang buang air (diuresis).
Teh hijau mengandung banyak katekin dibandingkan dengan jenis teh lainnya. Oksidasi yang berlebih yang terjadi pada pembuatan teh hitam menyebabkan kurangnya kandungan katekin dan menghasilkan tearubigin dan teaflavin, senyawa polifenol komplek yang khasiatnya belum diketahui. Oolong mengandung campuran katekin dan polifenol komplek. Teh putih dan teh hijau mengandung EGCG dengan jumlah yang hampir sama tetapi berbeda jumlah polifenol lainnya.
Pada saat ini tersedia banyak kemasan teh dingin dan teh siap saji dan makin disukai para konsumen minuman instan, tetapi harus diingat bahwa minuman jenis ini jelas mengandung katekin dengan jumlah yang sangat berbeda dengan minuman teh hasil seduhan dengan air panas. Jumlah katekin yang ada didalam minuman teh tergantung dari jenis teh yang digunakan, jumlah teh yang diseduh, waktu dan suhu penyeduhan. Kandungan katekin tertinggi berada pada minuman teh yang diseduh, lebih sedikit pada teh instan, dan lebih rendah lagi pada teh instan yang didinginkan. Semakin sedikit teh kering yang digunakan semakin sedikit polifenol yang tersari. Penambahan bahan tambahan lain yang dimaksudkan untuk menambah cita rasa tentu akan semakin mengencerkan kandungan katekin yang ada.
Suplement diet yang mengandung ekstrak teh hijau juga tersedia di pasaran. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat yang menganalisis 19 macam suplemen diet teh hijau dengan berbagai macam kadar kandungan katekin dan kafein, ternyata beberapa di antaranya tidak sesuai dengan yang dituliskan di label produk tersebut. Bagaimana di Indonesia?
Apakah minum teh dapat mencegah timbulnya kanker?
Seperti telah disebutkan bahwa katekin dan polifenol lain mempunyai efek yang bermanfaat bagi kesehatan karena sifat antioksidannya. Katekin, utamanya EGCG dan ECG, mempunyai kemampuan menghilangan radikal bebas sehingga kedua senyawa ini dapat melindungi DNA sel dari kerusakan yang diakibatkan oleh spesies oksigen reaktif pada keadaan stress oksidatif. Stress oksidatif sering dikaitkan dengan penyakit-penyakit degeneratif termasuk kanker. Polifenol dari teh juga terbukti dapat menghambat proliferasi sel tumor dan memacu apoptosis (proses kematian sel terprogram) pada hewan percobaan. Pada penelitian lain katekin teh dapat menghambat proses angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru yang diperlukan untuk mencukupi pasokan darah bagi pertumbuhan sel tumor yang diimplantasikan) pada implantasi sel tumor. Efek merusak yang diakibatkan oleh Radiasi sinar ultra-Violet (UV) juga bisa ditangkal oleh polifenol dari teh. Demikian pula senyawa ini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selanjutnya, enzim-enzim detoksifikasi, seperti glutathion transferase dan quinon reduktase, terbukti dapat diaktivasi oleh komponen teh hijau.
Penelitian-penelitian tersebut di atas menggambarkan efek antioksidan dan efek protektif dari senyawa kimia yang terkandung di dalam minuman teh. Akan tetapi mekanisme pasti bagaimana minuman teh atau senyawa yang terkandung mampu menghambat pertumbuhan kanker belum dapat dijelaskan.
Apakah aman minum teh?
Secara umum minuman teh adalah minuman yang aman. Akan tetapi apabila dikonsumsi secara berlebihan tentu juga menimbulkan akibat-akibat yang perlu diperhatikan. Sebuah penelitian yang bertujuan melihat keamanan dalam mengkonsumsi teh telah dilakukan dengan cara pemberian 1200 mg (1,2 g) EGCG dalam diet kepada orang dewasa sehat selama 1 sampai 4 minggu. Akibat buruk yang dilaporkan dari perlakuan tersebut adalah timbulnya mual, gas yang berlebih di usus, sakit perut, hepar terasa terbakar, pusing, sakit kepala dan nyeri otot. Sebaliknya penelitian di Jepang, anak-anak dan remaja umur 6 sampai 16 tahun yang mengkonsumsi minuman teh dengan kandungan katekin tinggi (576 mg) dan teh dengan kandungan katekin rendah (75 mg) selama 24 minggu tidak menunjukkan adanya efek yang merugikan. Akan tetapi keamanan katekin dengan dosis tinggi (>1000 mg) pada anak-anak belum banyak diketahui.
Perlu diingat bahwa selain katekin dan polifenol, teh juga mengandung kafein. Jumlah kafein dalam teh bervariasi tergantung jenisnya; kafein ditemukan terbanyak di teh hitam, berkisar antara 64 – 112 mg per gelas seduhan. Di teh oolong mengandung kafein lebih sedikit (29 – 53 mg kafein per gelas teh). Teh hijau dan teh putih mengandung lebih sedikit kafein. Kafein yang terdapat di dalam produk minuman teh kemasan dapat menimbulkan efek yang tidak menyenangkan seperti berdebar-debar, takhikardi, susah tidur, kegelisahan, tremor, sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, diare dan banyak buang air kecil (diuresis). Akan tetapi tidak banyak bukti ditemukan tentang resiko kesehatan bagi orang dewasa yang mengkonsumsi kafein pada dosis yang moderat (300 – 400 mg per hari). Sebuah pengamatan di Kanada menyimpulkan bahwa konsumsi kafein sampai dengan 400 mg/hari (6 mg/kg berat badan) pada orang dewasa sehat tidak menunjukkan efek yang merugikan.
Penelitian akibat kafein pada anak-anak tidak banyak dilakukan. Secara umum konsumsi kafein kurang dari 3 mg/kg berat badan pada anak tidak mengakibatkan gangguan kesehatan. Apabila dosis ditambah kemungkinan bisa memicu terjadinya nervous, kegelisahan dan gangguan tidur.
Minum teh dekat setelah mengkonsumsi menu makanan utama, sarapan, makan siang atau makan malam, juga menyebabkan beberapa nutrisi tidak terserap tubuh. Zat besi (Fe) yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dapat terkhelasi oleh polifenol, baik tanin maupun katekin, sehingga tidak terserap oleh dinding mukosa usus untuk dimanfaatkan tubuh. Oleh karenanya sebaiknya sehabis makan jangan segera minum teh walaupun itu tambahan kenikmatan. Tunggu kurang lebih 30 menit sampai 1 jam supaya perjalanan makanan sudah meninggalkan lambung dan berada di usus untuk proses pencernaan lanjut dan penyerapan zat gizi.
Oleh : Prof. Dr. Sugiyanto, M.Sc., Apt Fakultas Farmasi UGM
Daftar Pustaka
National Institute of Health, 2010, Tea and Cancer Prevention: Strengths and Limits of the Evidence, Bethesda MA, USA
Banerjee, B dan Chaudhuri, T.C. 2005, Therapeutic Effects of Tea, Science Publishers, Inc, Enfield, USA