Sediaan kosmetika katagori pemutih kulit merupakan salah satu sediaan kosmetika yang paling banyak dicari oleh masyarakat di Indonesia ataupun negara tropis lainnya. Fenomena putih itu cantik masih menjadi impian orang Indonesia yang secara genetik memiliki kulit warna coklat, atau warna exotic kata beberapa orang. Oleh karena itu, bermunculan kosmetika dengan berbagai sebutan whitening, bleaching atau lightening. Semuanya bertujuan untuk mereduksi warna atau pigmen coklat yang ada di kulit. Efektifitas atau hasil memutihkan kulit sangat tergantung pada jenis bahan yang digunakan dan bagaimana mekanisme bahan yang ada dalam kosmetika tersebut bekerja.
Bagaimana kulit dapat memiliki warna yang berbeda-beda dari setiap ras? Jangankan perbedaan dalam masing-masing ras, dalam satu tubuh pun, manusia memiliki bagian tubuh dengan intensitas kegelapan kulit yang berbeda-beda. Inilah anugerah dari Tuhan yang maha indah, bisa dibayangkan bila tubuh ini memiliki satu warna yang monoton, maka akan menjadi kurang indah untuk dipandang. Sebelum membahas tentang bagaimana mekanisme sediaan kosmetika dapat sebagai sediaan yang mampu memutihkan, perlu kiranya mengetahui tentang pigmentasi yang terjadi di kulit dan sedikit mengingat kembali fungsi dan fisiologi kulit yang relevan.
Melanin penentu warna coklat kulit
Warna kulit ditentukan oleh perbandingan komposisi pigmen-pigmen yang ada di dalamnya, ada pigmen merah dari hemoglobin, pigmen kuning karotenoids dan pigmen coklat melanin. Secara genetik, jumlah, ukuran, bentuk serta distribusi pigmen melanin sangat bervariasi sesuai dengan ras dan genetiknya. Melanin terbentuk dari asam amino esensial tirosin yang ada di dalam tubuh dan dibentuk dalam sel melanosit yang berada di bagian dasar kulit (stratum basale) dan mengalami pematangan menjadi keratinosit di dalam lapiasan kulit yang lebih dekat dengan permukaan kulit (stratum spinosum). Seperti diketahui bahwa kulit memiliki lapisan-lapisan yang mengalami pematangan sel-sel di tiap lapisan dan akan menjadi lapisan yang lebih luar. Lapisan kulit terluar di bagian permukaan (epidermis) adalah stratum korneum yang disusun oleh sel-sel yang telah mati, apabila lapisan korneum ini tidak dibersihkan secara teratur, maka kulit akan kusam, tidak cerah. Oleh karena itu diperlukan sediaan pembersih kulit untuk mengangkat lapisan korneum ini agar kulit menjadi bersih bersinar (bright and light). Beberapa bahan kosmetik untuk mengangkat sel-sel yang telah mati, diantaranya alpha hydroxy acid (AHA), asam salisilat dan asam glikolat. Bentuk sediaannya bisa berupa cairan, krim, atau scrub dengan dibantu memijat atau menggosok, maka efektifitas pengangkatan lapisan stratum korneum akan semakin baik. Tapi perlu diingat bahwa dalam membersihkan kulit hendaknya mematuhi semboyan clean but not too clean, sehingga jangan melakukan facial masker wajah setiap hari. Hal ini akan mengganggu keseimbangan flora normal yang ada di kulit yang sangat membantu dalam melindungi kulit.
Kembali tentang melanin, ada dua tipe melanin yaitu phaeomelanin (lebih berwarna coklat) dan eumelanin (berwarna hitam). Sebenarnya melanin diperlukan kulit untuk melindungi dari bahaya paparan sinar matahari terutama paparan sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan sel-sel kulit, menimbulkan sunburn bahkan bisa menjadi kanker kulit. Apabila ada rangsang berupa sinar ultraviolet, maka pigmen melanin akan dipacu pembentukannya dan dimigrasi segera ke permukaan kulit, untuk memancarkan atau menyerap sinar tersebut agar tidak masuk ke dalam jaringan lebih dalam lagi, sehingga kulit akan menjadi lebih coklat bila seseorang selesai beraktivitas di luar ruang dengan paparan sinar matahari yang sangat tinggi, inilah yang disebut hiperpigmentasi. Tidak hanya oleh paparan sinar matahari saja, ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi, seperti kelainan genetik dan paparan bahan kimia serta faktor usia. Hiperpigmentasi dapat bersifat permanen maupun tidak permanen.
Gambar 1. Perbedaan komponen kulit: A) gelap dan terang; (B) antar bangsa
Sumber (A): http://cnx.org/content/col11496/1.6/
Sumber (B): https://bit.ly/2ESy91w
Strategi mengatasi pigmentasi agar kulit menjadi lebih putih
- Menggunakan sunscreen atau tabir surya dengan maksud untuk menghambat percepatan pembentukan melanin. Oleh karena itu, sangat beralasan bila produk pemutih kulit selalu dikombinasi dengan sunscreen.
- Menggunakan antioksidan yang dapat menghambat proses pembentukan melanin. Antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, resveratrol dan komponen flavonoid (bahan alam) lain dapat digunakan.
- Menggunakan senyawa anti-tirosinase dengan maksud menghambat proses sintesis melanin melalui penghambatan enzim yang bertanggung jawab dalam proses pembentukan melanin. Contoh senyawa yang mampu menghambat enzim tirosinase diantaranya, arbutin dan kojic acid.
- Menggunakan senyawa yang menghambat perpindahan melanin dari lapisan bawah ke permukaan kulit. Senyawa yang dapat digunakan misalnya, vitamin B3, soybean trypsin inhibitor, senyawa RWJ-50353. Bila migrasi ini dihambat, maka tidak akan terjadi pigmentasi di permukaan kulit.
- Menggunakan senyawa yang dapat beraktivitas untuk mempercepat regenerasi kulit. Senyawa yang mampu mengangkat sel mati di stratum corneum atau senyawa yang memiliki aktivitas sebagai peeling seperti AHA, dapat digunakan. Kecuali itu dapat juga menggunakan unsaturated fatty acid (asam linoleat, asam oleat, gama linoleat) atau ester retinoat.
Komposisi atau perpaduan kelima bahan tersebut harus dalam dosis seimbang sehingga mendapatkan efek optimum tanpa efek samping. Penggunaan bahan peeling yang berlebihan, maka akan mengakibatkan kulit menjadi tipis, meskipun kulit tampak lebih cerah (bright) dan segar. Hal ini dikarenakan lapisan kulit terluar menjadi sel-sel yang masih ada inti selnya (bukan sel mati), sehingga fungsi proteksi kulit menjadi lemah terhadap benturan fisik maupun risiko infeksi. Inilah sebagian efek samping dari bleaching dengan menggunakan senyawa peeling yang berlebihan.
Tips memilih kosmetika yang aman
- Jangan mudah dikecoh dengan banyaknya iklan yang menyebutkan bahwa sediaan kosmetik pemutih akan berefek memutihkan kulit dalam jangka waktu pendek.
- Belilah sediaan kosmetika yang memiliki nomer notifikasi dari BPOM (badan pengawas obat dan makanan) agar terhindar dari bahan-bahan yang merugikan yang sering dimasukkan ke dalam sediaan kosmetika, seperti misalnya merkuri atau raksa serta hidrokuinon.
- Kenalilah pertama kali kosmetik anda dengan melihat kemasannya yang harus menuliskan nomer notifikasi yang diberikan oleh BPOM. Kode notifikasi kosmetika untuk negara di kawasan ASEAN selalu diawali dengan NA, dan diikuti oleh 11 angka. Kode notifikasi ini bisa dicek oleh siapapun melalui website-nya BPOM http://notifkos.pom.go.id. Etiket atau penanda kosmetika yang standard harus meliputi:
- Nama produk
- Nama dan alamat lengkap produsen/ penyalur/ importir
- Ukuran, isi atau berat bersih
- Komposisi lengkap yang diurut berdasarkan kadar kecuali bahan dengan kadar di bawah 1%, untuk pewarna dapat mencantumkan “may contain”
- Kode produksi
- Tanggal kedaluwarsa produk
- Penandaan lain yang berkaitan dengan keamanan dan mutu
Apabila ditemukan salah satu gejala seperti di bawah ini setelah pemakaian kosmetika, maka sebaiknya pemakaian dihentikan:
- Alergi
- Bercak kemerahan atau bintik-bintik di kulit
- Bentol
- Bercak kehitaman
- Timbul jerawat
- Terasa gatal, sakit, perih, panas, nyeri atau rasa kencang
- Kulit terasa kering dan bersisik
- Problem pada mata (mata bengkak atau sembab)
- Rambut rontok
Narasumber: Dr. R.R. Endang Lukitaningsih, M.Si., Apt. (Departemen Kimia Farmasi)
Editor: Dr.Eng. Khadijah, M.Si., Apt. (Departemen Farmasetika)