Penulis: Dr. Sylvia UT. Pratiwi, M.Si
Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM.
Email: sylvia_pratiwi@ugm.ac.id
Banyak produk kecantikan kulit menggunakan ekstrak pegagan (Centella asiatica) dalam formulanya yang diklaim mampu membuat kulit wajah tampak lebih muda. Pegagan memang telah banyak diteliti terkait manfaatnya untuk kecantikan. Ekstrak daun pegagan umumnya ditemukan dalam bentuk sediaan yang dioleskan langsung pada kulit. Bahan aktif ini menembus ke dalam lapisan kulit dan bekerja langsung pada sel untuk mengatasi masalah kulit. Dalam artikel ini akan dikupas mengenai tanaman mungil yang banyak kita temukan di area berair cenderung becek di pinggir pematang sawah atau sungai ini.
Deskripsi dan Morfologi Tanaman
Pegagan (Centella asiatica), dikenal juga sebagai daun kaki kuda atau antanan,
merupakan tanaman herba perennial (siklus hidupnya lebih dari dua tahun) dan masuk dalam keluarga tanaman berbunga Apiaceae. Tanaman ini merupakan tanaman asli daratan Asia, umumnya tumbuh liar di lahan-lahan basah di dataran rendah hingga ketinggian 2500 m dpl, dan banyak digunakan sebagai sayuran dan sebagai ramuan obat.
Pegagan tumbuh merambat dan berbunga sepanjang tahun. Batang pegagan ramping, pendek berwarna hijau hingga hijau kemerahan. Dari batang tersebut tumbuh geragih atau stolon yang tumbuh merayap horizontal sepanjang 10-80 cm di atas tanah dan berbuku-buku, dan masing-masing buku yang menyentuh tanah tersebut keluar akar dan tunas yang akan tumbuh membentuk tumbuhan baru. Akar pegagan memiliki rimpang pendek dan stolon yang merayap, berwarna krem dan ditutupi dengan rambut akar. Daun pegagan berbentuk seperti ginjal berukuran sekitar 2 cm, tumbuh pada tangkai daun, di mana pada ujung daun tersebut tepinya bergerigi dan terletak pada seputar batangnya. Panjang tangkai daun berkisar 5-15 cm. Bunga akan muncul di daerah ketiak daun dan terusun berbentuk seperti payung dan biasanya terdapat 3 bunga yang berwarna putih atau merah muda. Setiap bunga sebagian tertutup dalam dua daun pelindung bunga berwarna hijau. Bunga hermafrodit berukuran kecil, kurang dari 3 mm, dengan lima hingga enam lobus mahkota bunga per bunga. Buah pegagan berukuran kecil berbentuk lonjong dan rasanya pahit, tetapi memiliki bau yang harum [1].
Dalam pengobatan tradisional di Asia, ramuan pegagan telah digunakan selama ratusan tahun, terutama untuk mengobati penyakit kulit, untuk memperbaiki luka kecil, goresan, luka bakar, penyembuhan luka hipertrofik, dan sebagai agen antiinflamasi, terutama dalam eksim. Ramuan pegagan ini juga banyak digunakan sebagai obat antipiretik, diuretik, reumatik, antibakteri, antivirus, dalam pengobatan kekurangan pembuluh darah dan untuk meningkatkan daya ingat, menghilangkan kecemasan dan sebagai agen anti-kanker. Sebelumnya, tanaman pegagan juga digunakan dalam epilepsi, histeria, kusta, dan pada gatal-gatal kecil dan gigitan serangga [2-4].
Gambar 1. Tanaman Pegagan.
Kandungan KimiaKomponen kimia terpenting yang diisolasi dari tanaman pegagan adalah saponin triterpenoid yang dikenal sebagai centelloids. Saponin dapat mencapai 1% – 8% dari semua kandungan senyawa di tanaman pegagan.
Jumlah kandungan senyawa pegagan dapat bervariasi tergantung pada asal tanaman. Centellosides utama adalah saponin triterpenoid pentasiklik jenis ursane dan oleanane. Senyawa yang penting karena aktivitas farmakologinya adalah asiaticoside, madecassoside, asiatic acid dan madecassic acid. Centellosides lain yang terdapat pada pegagan termasuk asam triterpenic, misalnya: asam brahmic, asam madasiatic, asam terminolic, asam centellic serta glikosida: brahminoside, madasiaticoside dan centelloside [5]. Pegagan juga mengandung komponen lain, termasuk minyak atsiri (0,1%), flavonoid, tanin, fitosterol, asam amino dan gula [1, 6]. Minyak atsiri Pegagan mengandung α-humulene, germacrene B / D, β-caryphyllene, flavonoid, sesquiterpenes, dan steroid (5,7).
Gambar 2. Triterpen dalam Pegagan (Bylka dan Studzińka-Sroka, 2014).
Asiatic Acid R=CH3; R1=H; R2=COOH
Asiaticoside R=CH3; R1=H; R2-COOglc(1→6)glc(1→4)rha
Medecassic Acid R=CH3; R1=OH; R2=COOH
Madecassoside R=CH3; R1=OH; R2-COOglc(1→6)glc(1→4)rha
Table 1: Kandungan Senyawa Aktif Utama Pada Pegagan (8).
Kelompok Utama |
Senyawa Aktif |
Daftar Pustaka |
Terpenoids | triterpenes, asiaticoside, centelloside, madecassoside, brahmoside, brahminoside (saponin glycosides), asiaticentoic acid, centellic acid, centoic acid, madecassic acid, terminolic acid and betulic acid. | [9, 10] |
Terpenoids | various terpenoids: β-caryophyllene, trans β-farnesene and germacrene D (sesquiterpenes), α-pinene and β-pinene. | [9, 10] |
Phenols | flavonoids: kaempferol, kaempferol-3-o-β-d-glucuronide, castilliferol, quercetin, quercetin3-o-β-d-glucuronide, castillicetin, apigenin, rutin, luteolin, naringin | [11–13] |
Phenols | phenylpropanoids: rosmarinic acid, chlorogenic acid, 3,4-di-o-caffeoyl quinic acid, 1,5-di-o-caffeoyl quinic acid, 3,5-di-o-caffeoyl quinic acid, 4,5-di-o-caffeoyl quinic acid, isochlorogenic acid | [13] |
Phenols | tannin: tannin, phlobatannin | [13] |
Manfaat Ekstrak Pegagan untuk Kulit
Tanaman Pegagan sangat berkhasiat dalam pengobatan luka, bahkan pada luka yang terinfeksi, serta luka bakar dan bekas luka pasca operasi [14-16]. Dari berbagai penelitian baik secara in vitro maupun in vivo, senyawa triterpen asam asiatik, asam madekasik, asiatikosida, dan madekasosida diketahui merupakan komponen utama tanaman yang bertanggung jawab untuk penyembuhan luka dengan cara meningkatkan migrasi sel kulit dan perlekatan awal sel kulit, serta meningkatkan sintesis/pembentukan kolagen [17,18]. Kandungan flavonoid dan madecassoside pada pegagan diketahaui merupakan senyawa antioksidan tinggi, sehingga bermanfaat untuk menetralisir kerusakan akibat zat radikal bebas, seperti dari paparan matahari dan polusi udara, dan dapat digunakan untuk menghambat efek penuaan dini. Asiaticoside juga merangsang angiogenesis sehingga dapat meningkatkan ketegangan dan elastisitas pembuluh darah serta meningkatkan sintesis sel fibroblast kulit [19]. Ekstrak air ramuan Centella asiatica juga menunjukkan aktivitas anti-psoriatis [20], memiliki aktivitas mengobati scleroderma (penyakit autoimun yang menyerang jaringan ikat, sehingga membuat jaringan tersebut menebal dan mengeras) sistemik dan skleroderma fokal (setempat) [21]. Tanaman Pegagan telah banyak digunakan sebagai agen anti-photoaging yang efektif, terutama karena kemampuannya untuk memproduksi kolagen tipe I yang jumlahnya menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini dibuktikan melalui uji klinis yang dilakukan pada 20 peserta perempuan (45-60 tahun) dengan kulit yang mengalami fotoaging untuk memeriksa dampak dari madecassoside 0,1% yang dioleskan secara topikal dibandingkan dengan pemberian 5% vitamin C pada kulit mereka. Perawatan selama enam bulan menunjukkan hasil peningkatan yang signifikan dalam kekencangan, elastisitas dan hidrasi kulit [22].
Pegagan juga banyak digunakan dalam produk kosmetik untuk mengobati selulit dan stretch mark (striae). Meski sering kali susah dibedakan, kedua masalah kulit ini punya bentuk yang cukup berbeda. Selulit disebabkan oleh penumpukan lemak di bawah kulit, dan memiliki bentuk bergelombang atau berkerut mirip dengan kulit jeruk, dan kondisi ini dadapt merubah tekstur kulit tanpa merubah warna kulit. Sedangkan stretch mark (striae) yang disebabkan oleh peregangan kulit adalah guratan, kerutan, atau garis berwarna putih kemerahan, yang sangat berbeda dengan warna kulit dan dapat menimbulkan lekukan pada kulit [22].
Senyawa triterpen dan asiaticoside pegagan mampu meningkatkan metabolisme lisin dan prolin, dua asam amino yang berperan penting dalam membangun molekul kolagen. Selain itu, senyawa ini berfungsi untuk meningkatkan sintesis tropokolagen dan mukopolisakarida di jaringan ikat, serta meningkatkan sirkulasi pembuluh dan aliran darah sehingga dapat mengurangi gejala selulit [23]. Dalam percobaan yang dilakukan pada 60 pasien dengan selulit, pengaruh Madecassol® yang mengandung ekstrak pegagan dengan dosis konsumsi empat kali sehari selama 4 bulan diamati. Hasil menunjukkan adanya efek penghambatan perkembangan selulit dan perbaikan yang signifikan pada kondisi kulit pada 85% peserta uji. Percobaan lain dilakukan pada 65 pasien dengan selulit parah menunjukkan bahwa asupan oral 60 mg ekstrak kering pegagan per hari bersama dengan diet selama 3 bulan menyebabkan penurunan selulit yang signifikan pada 58% pasien, sedangkan pada 20% relawan efeknya hanya memuaskan [24]. Penelitian lain menggunakan krim Trofolastin® yang mengandung ekstrak pegagan, α-tokoferol, kolagen terhidrolisis dan elastin dilakukan pada wanita hamil. Krim dioleskan setiap hari pada payudara, perut, pantat dan pinggul, mulai bulan ketiga kehamilan. Tes berlangsung selama 30 bulan pada 80 wanita (39 pada kelompok plasebo dan 41 pada kelompok krim). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok plasebo, striae terjadi pada 56% wanita (22 pasien), sedangkan pada kelompok yang menggunakan krim dengan ekstrak C. asiatica, striae dialami oleh 14 wanita [25].
Toksisitas
Meskipun pegagan telah terbukti berkhasiat dalam meningkatkan elastisitas kulit dan dimanfaatkan sebagai senyawa anti aging, pemanfaatan lebih lanjut dalam bidang kesehatan terutama pada konsumsi secara oral (contoh dengan memakan daun pegagan sebagai sayuran atau lalap) masih memerlukan penelitian lebih lanjut terkait keamanannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi jangka panjang herba pegagan dapat berbahaya akibat kandungan derifat pentacyclic triterpene yang berpotensi toksik dan menyebabkan kerusakan hati (liver) dengan cara menimbukan apoptosis and gangguan membran sel hati [26]. Sehingga konsumsi pegagan secara oral sebaiknya harus dilakukan secara berhati-hati.
DAFTAR PUSTAKA
- Bermawie N, Purwiyanti S, Mardiana. 2008. Keragaan Sifat Morfologi, Hasil dan Mutu Plasma Nuftah Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.), Bul. Littro. XIX (1): 1-17.
- Brinkhaus B, Lindner M, Schuppan D, Hahn EG. 2000. Chemical, Pharmacological and Clinical Profile of The East Asian Medical Plant Centella asiatica. Phytomedicine. 75: 427-48
- Antognoni F, Perellino NC, Crippa S, Toso RD, Danieli B, Minghetti A, Poli F, Pressi G. 2011. Irbic Acid, Adicaffeoylquinic Acid Derivative from Centella asiatica Cell Cultures. Fitoterapia. 8: 2950-4.
- Gohil KJ, Patel JA, Gajjar AK. 2010. Pharmacological Review on Centella Asiatica: Apotential Herbal Cure-All. Indian J Pharm Sci. 72: 546-56.
- James J, Dubery I. 2011. Identification and Quantification of Triterpenoid Centelloids in Centella Asiatica (L.) Urban by Densitometric TLC. J Planar Chromatogr. 24: 82-7.
- Centella asiatica. 2007. No Authors Listed. Altern Med Rev, 12: 69-72.
- Nhiem NX, Tai BH, Quang TH, Kiem PV, Minh CV, Nam NH, Kim JH, Im LR, Lee YM, Kim YH. 2011. A New Ursane-Type Triterpenoid Glycoside from Centella Asiatica Leaves Modulates The Production of Nitric Oxide and Secretion of TNF-Α In Activated RAW 264.7 Cells. Bioorg Med Chem Lett, 21 (6): 1777-81.
- Yasurin P, Sriariyanun M, Theerawut P. 2015. Review: The Bioavailability Activity of Centella asiatica. KMUTNB International Journal of Applied Science and Technology. 9: 1-9.
- Barnes J, Anderson LA, Phillipson JD. 2007. Herbal Medicines, London, UK: Pharmaceutical Press.
- Jamil SS, Nizami Q, Salam M. 2007. Centella Urban; A Review. Natural Product Radiance, 6 (2): 158–170.
- Bhandari P, Kumar N, Gupta AP, Singh B, And Kaul VK. 2007. A Rapid RP-HPTLC Densitometry Method for Simultaneous Determination of Major Flavonoids In Important Medicinal Plants. Journal of Separation Science. 30 (13): 2092–2096.
- Zheng C, Qin L. 2007. Chemical Components of Centella asiatica and Their Bioactivities. Journal of Chinese Integrative Medicine. 5: 348–351, 2007.
- Chong NJ, And Aziz Z. 2013. A Systematic Review of The Efficacy of Centella Asiatica for Improvement of The SignsaAnd Symptoms of Chronic Venous Insufficiency. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Article ID 627182.
- Lu L, Ying K, Wei S, Liu Y, Lin H, Mao Y. 2004. Dermal Fibroblast-Associated Gene Induction by Asiaticoside Shown in Vitro By DNA Microarray Analysis. Br J Dermatol. 151: 571-8.
- Liu M, Dai Y, Li Y, Luo Y, Huang F, Gong Z, Meng Q. 2008. Madecassoside Isolated from Centella asiatica Herbs Facilitates Burn Wound Healing in Mice. Planta Med, 74: 809-15.
- Lu L, Ying K, Wei S, Fang Y, Liu Y, Lin H, Ma L, Mao Y. 2004. Asiaticoside Induction for Cell-Cycle Progression, Proliferation and Collagen Synthesis In Human Dermal Fibroblasts. Intern J Dermatol, 43: 801-7.
- WHO Monographs On Selected Medicinal Plants. Vol. 1. World Health Organization, Geneva 1999.
- Bosse JP, Papillon J, Frenette G, Dansereau J, Cadotte M, Le Lorier J. 1979. Clinical Study of A New Antikeloid Agent. Ann Plast Surg, 3: 13-21.
- Shukla A, Rasik AM, Jain GK, Shankar R, Kulshrestha DK, Dhawan BN. 1999. In Vitro and In Vivo Wound Healing Activity of Asiaticoside Isolated from Centella asiatica. J Ethnopharmacol. 65: 1-11.
- Sampson JH, Raman A, Karlsen G, Navsaria H, Leigh IM. 2001. In Vitro Keratinocyte Antiproliferant Effect of Centella Asiatica Extract and Triterpenoid Saponins. Phytomedicine, 8: 230-5.
- Guseva G, Stravoitova MN, Mach ES. 1998. Madecassol Treatment of Systematic and Localized Scleroderma. Ter Arkh, 70: 58-61
- Haftek M, Mac-Mary S, Le Bitoux MA, Creidi P, Seité S, Rougier A, Humbert. 2000. Clinical, Biometric and Structural Evaluation of The Long-Term Effects of Atopical Treatment With Ascorbic Acid and Madecassoside in Photoaged Human Skin. Exp Dermatol, 17: 946-52.
- Goldman MP, Bacci PA, Leibaschoff G. 2006. Cellulite: Pathophysiology and Treatment. Taylor & Francis, New York, London.
- Craker LE, Simon JE. 1996. Herbs, Spices, and Medicinal Plants: Recent Advances in Botany, Horticulture and Pharmacology. Vol 3. Food Products Press Binghmanton, New York.
- Mallol J, Belda MA, Costa D, Noval A, Sola M. 1991. Prophylaxis of Striae Gravidarum With Atopical Formulation. Adouble Blind Trial. Int J Cosmet Sci, 13: 51-7
- Jorge OA, Jorge AD. 2005. Hepatotoxicity Associated with The Ingestion of Centella asiatica. Rev Esp Enferm Dig, 97: 115–124.