Mari Taat Pengobatan
Penulis: Niken Nur Widyakusuma
(Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi UGM)
Taat pengobatan? Apa itu?
Ketaatan pengobatan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan sejauh mana perilaku seseorang itu sesuai dengan rekomendasi yang disepakati bersama penyedia layanan kesehatan. Artinya, jika kita sedang berobat atau sedang dalam masa pengobatan, taat pengobatan maksudnya adalah kita minum obat, menghindari makanan tertentu, atau melakukan aktivitas tertentu, sesuai dengan kesepakatan yang kita buat bersama dokter atau apoteker saat menerima obat. Jika kita mengalami diare karena infeksi kemudian mendapatkan antibiotik 3 kali sehari 1 tablet misalnya, maka kita minum antibiotik itu setiap 8 jam sekali, dalam keadaan perut isi/setelah makan, secara rutin hingga obatnya habis, walaupun diarenya sudah berhenti namun antibiotiknya tetap diminum, tentunya didukung dengan asupan cairan yang mencukupi, pola makan yang baik dan higienis, istirahat yang cukup, dan sebagainya.
Memangnya ada peraturan apa, kok harus ditaati?
Tenang, istilah taat di sini tidak merujuk kepada peraturan apapun, namun lebih kepada anjuran atau rekomendasi dalam menjalani pengobatan. Dalam bahasa Inggris sebenarnya ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan ketaatan pengobatan ini, yaitu compliance, adherence, dan concordance. Compliance merupakan istilah yang paling awal digunakan, yang menunjukkan kepatuhan pasien terhadap rekomendasi terapi. Namun istilah ini dirasa bermakna satu arah, dimana kita sebagai pasien harus patuh terhadap perintah dokter, tanpa mempertimbangkan mampu atau tidak kita melakukannya. Istilah adherence kemudian banyak digunakan karena menunjukkan keaktifan pasien dalam pembuatan kesepakatan atau rekomendasi kesehatan. Istilah concordance, dianggap memiliki konsep yang tidak merujuk kepada aspek klinis/keilmuan dari perilaku minum obat, sehingga yang saat ini banyak digunakan adalah istilah ketaatan/adherence.
Memangnya kita bisa membuat kesepakatan untuk minum obat?
Ya. Sebenarnya yang diharapkan terjadi dalam praktek saat berobat adalah pembuatan kesepakatan, di mana dokter memberikan resep dengan persetujuan pasien. Ketika obat akan diresepkan oleh dokter atau diberikan oleh apoteker, sebenarnya kita sebagai pasien dapat menyatakan keadaan kita, misalnya obatnya terlalu banyak, terlalu mahal karena tidak menggunakan asuransi, atau tidak bisa minum bentuk tablet, sulit untuk sering kontrol karena jarak rumah yang jauh, dan sebagainya. Sebab, ketaatan itu dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya faktor sistem kesehatan, faktor sosial ekonomi, faktor yang berhubungan dengan kondisi, faktor yang berhubungan dengan terapi, dan faktor yang berhubungan dengan pasien. Artinya, untuk dapat minum obat sesuai aturan yang benar, bukan hanya beban kita sebagai pasien saja, namun ada banyak hal lain yang perlu diperhatikan dan disesuaikan.
Faktor sistem kesehatan, misalnya sistem yang ada tidak memungkinkan untuk melakukan konsultasi obat dengan waktu yang cukup, sehingga ketika kita baru pertama kali mendapatkan obat suppositoria lewat dubur atau obat inhaler untuk asma, kita tidak benar-benar paham cara menggunakannya. Ketika menggunakan obat dengan cara yang salah, dosis obat tidak masuk ke dalam tubuh sesuai jumlah yang bisa menimbulkan efek terapi, maka itu termasuk bentuk ketidaktaatan pengobatan.
Faktor sosial ekonomi, misalnya obat yang ada terlalu mahal, bahkan bagi pemerintah untuk menyediakannya. Akibatnya suplai obat tersebut terbatas, dan kita sulit mendapatkan obat tersebut. Jika hal ini kemudian menghentikan terapi yang sedang kita jalani, maka ini pun bisa termasuk bentuk ketidaktaatan pengobatan.
Faktor lainnya, misalnya kondisi pasien yang tidak memahami penyakit yang diderita, tidak paham pengobatannya, sehingga tidak tahu kapan harus periksa ke dokter, kapan harus minum obat, apakah hal ini efek samping obat atau karena penyakitnya belum sembuh, dan sebagainya. Kadangkala kita merasa bosan karena minum obat dalam jangka waktu bertahun-tahun, atau bingung karena obatnya terlalu banyak dengan aturan pakai yang berbeda-beda. Sehingga kita sebagai pasien cenderung untuk menghentikan obat sendiri dan membiarkan saja penyakitnya. Hal ini tentu tidak tepat.
Mengapa kita harus taat pengobatan?
Taat pengobatan merupakan salah satu cara untuk menangani kondisi penyakit kita. Jika digunakan sesuai dengan yang seharusnya (pilihan obat yang tepat, dosis yang tepat, diminum pada waktu yang tepat), obat-obatan diharapkan dapat memberikan hasil terapi yang baik. Sebaliknya, dengan ketidaktaatan, terapi menjadi tidak optimal, bahkan menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Misalnya, pada kasus penggunaan antibiotik yang tidak tepat, bahaya resistensi antimikroba sudah dirasakan efeknya secara global. Bakteri yang dahulu mempan dibasmi dengan amoksisilin, kini harus diatasi dengan amoksisilin dosis tinggi atau diganti dengan golongan antibiotik lain yang lebih baru. Padahal untuk menemukan obat baru tidak mudah dan butuh waktu yang sangat lama. Pada kasus penyakit kronis/ menahun, misalnya hipertensi atau diabetes, jika tidak taat pengobatan dapat meningkatkan resiko komplikasi. Komplikasi dapat bermacam-macam dan tentunya membutuhkan penambahan obat lain, kunjungan ke rumah sakit, meningkatkan resiko efek samping, dan tentunya biaya yang jauh lebih tinggi.
Oleh karena itu, usahakan untuk memastikan pengobatan yang akan kita jalani itu memang memungkinkan untuk dijalani, dan tidak ada hambatan dalam prosesnya. Jika ada seseorang yang akhirnya tidak menjalani pengobatan dengan baik, bukan berarti pasien tersebut ngeyel, karena bisa saja ada hal lain yang menyulitkan pasien tersebut. Namun kita sebagai pasien tentu ingin sembuh, tanpa ada efek buruk lain bagi diri sendiri maupun lingkungan. Maka konsultasikanlah setiap kesulitan dalam pengobatan kita, supaya dapat taat pengobatan.
Referensi:
Chakrabarti, S. (2014) ‘What’s in a name? Compliance, adherence and concordance in chronic psychiatric disorders’, World journal of psychiatry, 4(2), pp. 30–36. doi: 10.5498/wjp.v4.i2.30.
Management Sciences for Health (2012) MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. Arlington, VA: Management Sciences for Health.
World Health Organization (2003) Adherence to long-term therapies: evidence for action. World Health Organization.