Setelah mengetahui tentang pengertian dan aspek keamanan dari nanoteknologi untuk aplikasi di bidang farmasi, lalu kita dapat dengan tenang masuk ke ranah potensinya. Pada dasarnya teknologi yang melibatkan partikel berukuran nano itu sangat luas sekali penggunaannya. Mulai dari elektronik, otomotif, hingga pada bidang pengobatan (kedokteran dan farmasi). Dari luasnya aplikasi itu, secara umum faktor penentu utama dari teknologi nano adalah materialnya.
Untuk bidang farmasi sendiri, nanoteknologi dapat melibatkan berbagai jenis material, mulai dari polimer, anorganik, maupun material lipid (lemak). Penggunaan material yang bermacam-macam ini disesuaikan dengan tujuan penggunaannya, dan tujuan penggunaan ini menjadi penting karena hingga saat ini masih banyak permasalahan pengobatan yang belum teratasi dengan teknologi lama atau konvensional. Salah satunya, misalnya, adalah pada sistem penghantaran obat.
Sistem penghantaran obat pada dasarnya adalah desain yang dibuat untuk dapat menghantarkan molekul obat ke tempat di mana ia harus bekerja. Kita tahu obat ada banyak dan memiliki fungsi yang bermacam-macam, mulai dari sekedar mengobati gatal dan sakit kepala, suplementasi seperti vitamin, aplikasi kosmetik untuk promotif, hingga mengobati penyakit-penyakit berbayaha seperti kanker. Nah, pada penggunaan yang bermacam-macam itu, obat dapat menghasilkan dua jenis efek, yaitu efek farmakologis yang merupakan efek yang diharapkan, dan efek samping atau efek yang tidak diharapkan. Efek samping pun ada bermacam-macam, dari gatal, mengantuk, hingga cacat dan kematian. Selain dari efek farmakologis dan efek samping, ada kemungkinan obat yang kita konsumsi tidak berefek, misalnya ketika ternyata obat gagal sampai ke tempat aksinya. Efek samping dan gagal berefek ini adalah dua hal yang tidak kita harapkan dalam sistem penghantaran obat. Efek samping dapat terjadi kalau obat salah sasaran.
Untuk memastikan supaya obat dapat diminimalisir efek sampingnya, dan dipastikan kemanjurannya, ada dua pendekatan dimana teknologi nano dapat berperan, yaitu pendekatan top down dan bottom up, yaitu pendekatan memperkecil ukuran dan memperbesar ukuran partikel. Penjelasannya cukup sederhana.
Obat pada dasarnya berukuran molekuler, dimana diameter ukurannya pada skala angstroom yang sangat kecil. Pada ukuran ini, sesungguhnya ukuran nano menjadi lebih besar. Lalu mengapa kalau sudah kecil malah harus dibesarkan? Ini karena pada ukuran kecil tersebut, molekul obat memiliki kekurangan, bisa di kelarutan, permeabilitas, stabilitas, maupun toksisitas. Sehingga kita perlu persenjatai dia dengan elemen yang dapat membalikkan atau menghilangkan kekurangan itu. Ibaratnya, kita sebagai manusia dapat berjalan, dan pada ukuran kita, kita sudah dapat menjelajah memasuki gang-gang sempit sekalipun. Namun, dengan kapasitas kita, akan butuh waktu lama untuk dapat mencapai tempat yang jauh, misalnya dari Yogyakarta ke Jakarta. Maka kita memerlukan kendaraan. Kendaraan ini akan memperbesar ukuran kita sehingga tidak memungkinkan bagi kita memasuki gang sempit, namun akan mempercepat laju perjalanan kita mencapai lokasi. Selain itu, di dalam mobil dapat kita pasang alat GPS yang akan membantu kita mencapai lokasi tujuan dengan tepat dan lebih cepat. Bila dirasa mobil terlalu besar, maka ada ukuran antara yaitu sepeda motor. Nah, pada dasarnya seperti inilah bagaimana kita menentukan material dan ukuran partikel yang sesuai.
Dengan nanoteknologi, obat menjadi dapat kita jaga stabilitasnya, dan kita tingkatkan kecepatan pelarutan dan permeabilitas (penetrasi)-nya, untuk selanjutnya memungkinkan bagi kita untuk menghindari efek buruk (toksisitas)-nya. Selain itu, desain GPS pada teknologi nano akan memungkinkan kita untuk menghantarkan obat pada tempat-tempat yang dulunya belum bisa kita jangkau, misalnya pada aras DNA dan protein. Pada tingkat yang sangat detail ini, perbaikan kesehatan tubuh dapat kita lakukan dengan cermat. Oleh karena itu, teknologi nano dalam hal ini sangat penting untuk dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya mustahil dilakukan.
Partikel yang berukuran lebih besar dari nano, misal mikro, masih dapat membawa GPS dan stabilitas yang baik, namun ukurannya menjadikan ia tidak baik untuk penetrasi dan distribusinya. Truk, misalnya, akan cukup sulit menjelajah di jalan-jalan sempit perkotaan, selain bobotnya juga dapat mungkin merusak jalan yang ia lewati. Artinya, teknologi nano di sini akan dapat membawa fungsi-fungsi baru tanpa menimbulkan masalah yang dapat muncul pada partikel-pertikel yang lebih besar.
Setelah mengetahui pentingnya, apakah kamu tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai aplikasi nanoteknologi di bidang farmasi? Tunggu seri berikutnya, ya.