Oleh. Rafika Sari
Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM
Dosen Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Siapa yang tidak mengenal tanaman lidah buaya, tanaman yang berbagai produk olahannya menjadi salah satu menu saat bersantai bersama keluarga. Tanaman lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) famili xanthorrhoeacearae merupakan salah satu tanaman unggulan di Pontianak, Kalimantan Barat. Masyarakat menggunakan bagian isi daging lidah buaya sebagai campuran dalam minuman sebagai sumber serat, selain itu produk olahan lainnya dalam bentuk teh celup, permen jelly, serta olahan lainnya sebagai komoditi unggulan daerah Pontianak dimana Pontianak merupakan daerah terbesar sebagai penghasil Lidah buaya. Disamping itu tanaman lidah buaya (Aloe Vera) yang saat ini sudah menjadi komoditas ekspor dan dikenal lebih baik dari produk lidah buaya didaerah lain karena mengandung fiber (serat) lebih tinggi dengan ukuran pelepah daun yang berukuran besar. Pontianak berada pada titik koordinat garis Khatulistiwa mendapat intensitas matahari yang tinggi sepanjang hari dan hal ini sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman lidah buaya (Aloe Vera) dalam menghasilkan serat yang maksimum sehingga menyebabkan kualitas dan bentuk dari lidah buaya (Aloe Vera) tersebut maksimal. Keunggulan dan keunikan tanaman lidah buaya perlu ditingkatkan serta dijaga kelestariannya dengan melakukan upaya pengkajian dan pengembangan suatu produk (1).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyani dkk tahun 2015, bahwa infusa daun kulit lidah buaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen yaitu bakteri yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia antara lain Pseudomonas aeroginosa, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia.(3) Lidah buaya memiliki manfaat sebagai anti radang, penyembuhan luka, antibakteri, antijamur, antivirus, antioksidan, anti kanker, antitumor, antikolesterol (4). Adapun bentuk sediaan Sabun cair ekstrak kulit daun lidah buaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap kelompok bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis, dan Bacillus cereus) dan bakteri Gram negatif (Salmonella typhimurium, Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari hari sebagai antiseptik(5). Kandungan yang terdapat pada lendir lidah buaya yaitu aloeemodin, aloin, aloesin dan emodin yang berkhasiat baik bagi pencernaan (kandungan acemannan), melindungi jantung (kandungan aloeemodin), antidiabetes (kandungan aloeemodin dan aloin), melindungi kulit (kandungan aloeemodin, aloesin, aloin, dan emodin), melindungi tulang (kandungan aloeemodin dan aloin), sebagai antikanker (kandungan aloeemodin, aloin, aloesin, dan emodin), antimikroba dan prebiotik (kandungan acemanan dan aloeemodin) (6). Penelitian menyebutkan bahwa ekstrak etanol kulit daun lidah buaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 2,5; 5; and 10 mg/mL (7). Kulit lidah buaya yang dikeringkan juga memiliki aktivitas antioksidan dengan perbandingan komposisi bersama saat dikombinasikan bersamaan teh rosela dengan perbandingan 1:3 (8). Pemanfaatan limbah dari tanaman lidah buaya yang berasal dari limbah kulit daun lidah buaya juga seperti gelnya dioleskan pada seluruh permukaan luka, agar penggunaan dan penyerapan obatnya lebih efektif maka digunakan dalam bentuk gel seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Yusuf dkk, 2020 bahwa gel ekstrak kulit lidah buaya membantu penyembuhan luka bakar melalui pembentukan kolagen sehingga terjadi diprofliferase sel dan meningkatkan pertumbuhan fibroblast dermal (9)
Daun lidah buaya dimanfaatkan alam pangan menjadi minuman sari lidah buaya, selai, serta berbagai produk lainnya disamping itu lidah buaya juga berpotensi sebagai obat. Selain itu dalam dunia pertanian ekstrak kulit lidah buaya dan memperoleh konsentrasi ekstrak kulit lidah buaya yang baik untuk mengendalikan cemaran cendawan patogen pada benih tanaman padi (10). Penelitian lain juga menyebutkab bahwa kandungan ekstrak etanol dari kulit dari Aloe vera memiliki kandungan fenol dan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan dalam daging buah/gelnya demikian juga pada aktivitas antioksidannya. (11). Hal ini juga selaras dengan penelitian Sari R, 2021 bahwa pada skrining fitokimia kulit daun lidah buaya mengandung senyawa fenol dan flavonoid kemudian diujikan dalam bentuk sediaan spray terhadap Jenis jamur Trichophyton mentagrophytes.(12). Bagian lender atau eksudat kuning diantara gel daging buah dan kulit mengandung senyawa antrakuinon yang mengandung aktivitas antimikroba dan sebagai imunomodulator (13). Aktivitas antioksidan tertinggi ditemukan pada bagian kulit berkaitan dengan komponen fenolik dibandingkan dengan bagian lainnya (14). Lidah buaya juga memiliki aktivitas sebagai tabir surya yaitu sebagai pelindung kulit dari sinar matahari, diketahui memiliki nilai SPF 21,74 yang dapat memberikan perlindungan terhadap radiasi sinar UV 21,74 kali terhadap kulit yang diolesi dengan gel lidah buaya (15). Penelitian yang dilakukan pada tahun 2021 oleh Narsih et al bahwa pada kulit lidah buaya yang diekringkan pada suhu 60°C selama 6 jam dengan penambahan maltodekstrin 10% ditemukan ada komponen monoterpen yang berkhasiat sebagai antioksidan sebanyak 21 komponen sedangkan pada pengeringan suhu 70°C dan 80°C ditemukan 19 komponen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kulit lidah buaya juga terdapat komponen minyak atsiri yang tidak tahan pada pemanasan diatas suhu 60°C (16). Penelitian lain juga menjelaskan bahwa pada ekstrak kulit lidah buaya mengandung flavonoid, alkaloid, tannin, saponin dan fenolik dapat meningkatkan perbaikan kerusakan pada sel pankreas tikus yang mengalami diabetes melitus sehingga juga berpotensi sebagai pengobatan DM[17].
Kesimpulan
Kulit daun lidah buaya dapat dimanfaatkan baik dalam makanan, minuman maupun dalam pengobatan. Potensi kandungan dari bagian kulit daun lidah buaya juga sangat berpotensi untuk dapat ditelusuri lebih lanjut sehingga kulit daun yang selama ini hanya sebagai limbah dapat juga bermanfaat dan berpotensi sebagai obat diabetes melitus, antimikroba, antioksidan serta aktivitas biologis dibidang kosmetika sehingga memerlukan penelusuran lebih lanjut.
Pustaka
[1]Ellyta & Hendriani S, 2016, Analisis peramalan produksi usaha tanu lidah buaya (Aloe vera) dikota Pontianak, Jurnal Agrosains, Vol 13, No.2.
[2].https://kalbar.antaranews.com/berita/326140/kalbar-potensial-jadi-pusat-produksi-lidah-buaya
[3].Sulistyani N, Kurniati E, Yakup dan Cempaka R.A, Aktivitas antibakteri infusa daun lidah buaya (Aloe barbadensis Miller), 2016, Jurnal penelitian Sainteks, Volume 21, No. 2
[4].Kurnia D and Ratnapuri P.H, 2019, Review: aktivitas farmakologi dan perkembangan produk dari lidah buaya (Aloe vera L), Jurnal pharmascience, Volume 06, No.01, 38-49.
[5]. Sari R dan Ferdinan A, 2017, Pengujian aktivitas antibakteri sabun cair dari ekstrak kulit daun lidah buaya, Volume 4, No,3
[6]. Sanchez Maria, Burgos E, Iglesias I and Serranillos PG, 2020, Pharmacological uodate properties of Aloe Vera and its mayor active constituents, Molecules,25.
[7].Kumar, S., Yadav, M., Yadav, A., & Yadav, J. P. (2015). Comparative Analysis of Antimicrobial Activity ofMethanolic Extracts of Aloe Vera and Quantification of Aloe-Emodin Collected From Different Climatic Zones of India. Archives of Clinical Microbiology, 1–10.
[8]. Lukman E, Mustofa A & Widanti Y.A, Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan , https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/jtpr/article/view/2694
[9].Yusuf AL, Nugraha D, Wahlanto P,2020, Uji aktivitas gel eksyrak kulit lidah buaya (Aloe vera) untuk penyembuhan luka bakar ringan pada kelinci (Oryctolagus cuniculus), Jurnal Wiyata, Volume 7 , No.2.
[10]. Waliha L, Pamekas T, dan Zahara N, 2022, Aplikasi ekstrak kulit lidah buaya (Aloe vera L) untuk mengendalikan cendawan terbawa benih padi, Agropross Proceedings.
[11]. Vidic, Taric A, Alagic, Maksimovuc M, 2014, Determiantion of total phenolic content and antioxidant activity of ethanol extract from Aloe spp, Bulletin of the chemist and technologiests of Bosnia and Herzegovina, 42, 5-10.
[12]. Sari R, 2021, Aktivitas infusa kulit daun lidah buaya 9Aloe vera L) sebagai pengobatan infeksi jamur, Jurnal Analisis Farmasi, volume 6, No.4, 114-121.
[13]. Kwon KH, et al, 2011, Antimicrobial and immunomodulatory effects of Aloe vera peel extract, Journal of Medicinal Plants Research, Vol 5, 22.
[14]. Quispe C et al, 2018, Chemical composition and antioxidant activity of Aloe vera from the Pica Oasis by UHPLC-Q.Orbitrap/MS/MS, Journal of Chemistry.
[15]. Pratama S, 2019, Optimasi karbopol dan hidroksipropil metilselulosa sebagai gelluing agent serta uji aktivitas gel ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) sebagai tabir surya secara invitro, Skripsi, Fakultas Farmasi UGM.
[16]. Narsih & Agato, 2021, Volatile compounds, phenolics and microstructure of Alo Vera peel powder cells with maltodextrin as their capsules and variations in drying temperatur, Current Research in nutririon and food science, Vol 9, No.1.320-328
[17]. Susanti, et al, 2019, The effect of Aloe vera peel extract on histopathology of rat pancreas induced by alloxan, Biosaintifika, Journal of biology & Biology education, 11(3).