Oleh. Lilies Wahyu Ariani
Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Semarang
Keberlimpahan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi alam di perairan, misalnya, sebagian besar pemanfaatannya pada sektor perikanan. Masih banyak potensi lain yang bisa diolah dan dimanfaatkan di luar perikanan [1]. Sebagai negara maritim, teritorial lautan Indonesia lebih luas daripada wilayah daratan. Berdasar data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia meliputi 17.499 pulau. Total wilayah Nusantara sekitar 7,81 juta km2, terdiri atas 3,25 juta km2 wilayah lautan dan 2,55 juta km2 berupa Zona Ekonomi Eksklusif, serta hanya sekitar 2,01 juta km2 berupa daratan. Wilayah laut yang luas tersebut terdapat kekayaan alam hayati berupa 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies terumbu karang [1]. Dikutip dari laporan ekpedisi Siboga, terdapat sekitar 782 spesies rumput laut di Indonesia dengan 196 spesies alga hijau, 134 spesies alga cokelat, dan 452 alga merah [2].
Hasil laut yang identik berbau amis tersebut memiliki peranan penting dan memberikan banyak sekali manfaat untuk kehidupan masyarakat dan negara. Sumber daya alam hayati Indonesia sangatlah membantu perekenomian negara secara keseluruhan dan laut menjadi tempat yang menghasilkan ikan berlimpah. Udara segar bercampur aroma garam sering tercium saat berada di pantai. Muncul pertanyaan, bagaimana bau khas tersebut ada tatkala berada di sekitar laut? Menurut pernyataan ilmuwan Institut, Israel, Dr. Uria Alcolombri yang merupakan pimpinan penelitian, bahwa bau laut tersebut dikeluarkan oleh alga yang banyak hidup di permukaan air laut. Alga merupakan makroalga autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata [3].
Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ seperti yang dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, dan daun. Alga digolongkan pula sebagai tumbuhan yang bertalus [4]. Alga mengeluarkan senyawa bernama dimetilsulfida (DMS) yang dapat bercampur dengan udara. Senyawa DMS yang dipercaya dapat menimbulkan aroma khas lautan, spesies alga yang banyak mengeluarkan DMS yaitu jenis alga Emiliania huxleyi. Aroma khas dari laut dapat berperan penting sebagai pemandu berbagai macam binatang laut untuk datang ke perairan dengan jumlah makanan melimpah atau menemukan letak laut saat mereka tersesat di daratan. Selain itu, DMS dapat membantu pembentukan awan yang otomatis meningkatkan tingkat curah hujan,” jelas Andrew Johnson, ahli genetika dari University of East Angelia, Daily Mail[3].
Sumber daya alam hayati laut Indonesia sangat beragam, salah satunya adalah alga. Makroalga (macroalgae) atau biasa disebut sebagai “seaweed”, alga bentuk yang berukuran makro yang di Indonesia biasa disebut rumput laut. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, total produksi rumput laut Indonesia mencapai 5,6 juta ton pada tahun 2013. Hasil ini menjadikan Indonesia sebagai negara produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah Cina [5]. Namun hingga saat ini alga kurang dimanfaatkan. Potensi laut yang banyak diolah adalah ikan. Alga seolah hanya dianggap sebagai sampah lautan yang banyak dijumpai di pinggir pantai, dan hanya dibiarkan mengapung, hanyut terbawa arus, ataupun terdampar di pinggir pantai. Memang tidak semua alga bisa dimanfaatkan, namun ada beberapa alga yang mempunyai banyak manfaat. Alga bisa kita peroleh di seluruh wilayah laut Indonesia sehingga bisa menjadi salah satu sumber penghasilan nelayan.
Alga disebut menyerupai tumbuhan karena memperoleh makanan dengan cara membuatnya sendiri atau autotrof. Alga memperoleh makanan dengan cara berfotosistesis seperti tumbuhan. Alga memiliki klorofil, namun juga memiliki pigmen warna untuk membantu proses fotosintesis. Berdasarkan warna pigmennya, alga dibagi menjadi alga hijau, alga cokelat, dan alga merah [6]. Istilah ganggang pernah disamakan dengan alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti hydrillia. Dalam taksonomi yang didukung secara luas oleh para ahli biologi, alga tidak lagi ditempatkan dalam divisi atau kelas tersendiri, tetapi dipisahkan sesuai dengan fakta yang berkembang saat ini. Oleh karena itu, alga bukanlah kelompok taksa yang terpisah.
Ciri-ciri umum Alga :
- Merupakan organisme eukariotik
- Tubuhnya tersusun dari banyak sel
- Ada yang uniseluler (bentuk benang/pita) dan ada yang multiseluler (bentuk lembaran).
- Struktur tubuhnya berupa thallus yaitu suatu struktur yang belum dapat dibedakan dengan jelas antara akar, batang, dan daun
- Memiliki klorofil, sehingga bersifat autotrof. Selain klorofil, alga juga memiliki pigmen lain, seperti fikosianin (warna biru), fikoeritrin (warna merah), fikosantin (warna coklat), xantofil (warna kuning) dan karotena (warna keemasan).
- Tubuh alga/ganggang tidak dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun.
- Tubuhnya berupa thalus, sehingga dimasukkan ke dalam golongan thalophyta.
- Habitat di perairan (tawar – laut), tempat lembab [7].
Jenis Alga
Alga merah atau Rhodophyta adalah kelompok organisme mikroorganisme yang tinggal di perairan laut dan sepanjang pantai yang umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu, seperti di karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya. Alga merah memiliki pigmen merah dan biru yang memungkinkan mereka berfotosintesis di lautan yang hanya memiliki sedikit sinar matahari. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya bersel banyak (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran (filamen) dengan dinding sel yang terdiri atas selulosa dan melekat pada sel pemegang (hold fast cell) [9]. Kebanyakan alga merah hidup di laut, banyak di antaranya di laut tropis. Ada yang hidup di air tawar dingin dengan arus deras dan banyak oksigen. Selain itu, ada juga alga merah yang hidup di air payau [10].
Alga cokelat atau Phaeophyta merupakan kelompok alga yang memiliki pigmen kuning dan cokelat yang dapat digunakan untuk fotosintesis. Alga cokelat memiliki bentuk yang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi, seperti batang, akar dan daun. Alga cokelat dapat tumbuh setinggi 60 meter dan memiliki kantung udara yang berfungsi sebagai pelampung. Ciri-ciri alga yakni, Thalli bulat pada batang utama dan agak gepeng pada percabangan, permukaan halus atau 11 cm. Selain itu, ada percabangan dichotomous dengan daun bulat lonjong, pinggir bergerigi, tebal dan duplikasi (double edged), serta vesicle melekat pada batang daun, bulat telur atau elip. Habitat alga yaitu hidup di zona pasang surut bagian tengah hingga subtidal, menempel pada batu karang atau substrat keras lainnya. Tanaman ini juga sering membentuk koloni dan berasosiasi dengan kelompok Sargassum dan Turbinaria. Penyebaran tumbuhan ini di perairan tropis [11].
Alga hijau atau Chlorophyta adalah kelompok alga yang memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis. Kandungan klorofil yang banyak membuat alga berwarna hijau. Alga hijau berbentuk lembaran lembaran benang yang menyerupai lumut. Alga Hijau (Clorophyta) memiliki ciri morfologi yaitu warna hijau dengan thallus bertipe membranous yang berbentuk lembaran seperti daun tipis dan halus yang dapat mencapai lebar 3 cm. Bagian pinggir berupa lembaran bergelombang dan tinggi thallus mencapai 4 cm. Bentuk thallus menyerupai segi empat yang memanjang, dan ditemukan melimpah di pantai hingga berjarak 7 m dari bibir pantai saat air laut surut. Alga hijau menyimpan karbohidrat dalam bentuk butir-butir pati dalam kloroplas. Dinding sel dari beberapa spesies chlorophyta dibangun oleh selulosa, pektin, dan polisakarida lain, seperti dinding sel tumbuhan [12]. Organ yang menyerupai akar (holdfast) berbentuk cakram yang melekat pada batuan dan karang, memiliki antioksidan yang tinggi yang bisa menetralkan racun radikal bebas sehingga menjaga tubuh dari berbagai penyakit.
Manfaat Alga
Alga berbau khas, namun mempunyai banyak manfaat. Pemanfaatan alga di Indonesia untuk bidang industri dan kesehatan juga masih belum optimal. Padahal alga secara ekonomis berpotensi sebagai bahan baku dalam industri dan kesehatan. Selain itu, alga dapat berperan untuk kestabilan ekosistem laut dan tempat hidup serta tempat berlindung bagi biota laut lain (Dang et al., 2017).
Makroalga merupakan sumber metabolit sekunder yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai bahan obat-obatan, kosmetik, cosmeceuticals dan nutricosmetics. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam alga di antaranya adalah polisakarida, lipid, protein, alkaloid, dan senyawa fenol. Selain itu alga juga mengandung serat, karbohidrat, lemak yang rendah, mineral, vitamin, dan asam amino sehingga cocok dijadikan bahan pangan dan bermanfaat untuk kesehatan. Metabolit lainnya yaitu polysulfated polisaccharides seperti laminaran, rhamnan sulfate, galaktosil gliserol, dan fucoidan [13]. Berdasarkan artikel Atmadja, W.S, di Indonesia pemanfaatan rumput laut sebagai obat sudah sejak lama dimanfaatkan beberapa jenis rumput laut. Namun karena penelitian, pengolahan dan belum berkembang di Indonesia, maka pemanfaatannya sampai saat ini masih sangat terbatas [5]. Alga dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan alami, di antaranya sebagai berikut :
Kandungan alga laut telah banyak diteliti dan memiliki potensi yang luar biasa menjanjikan untuk dikembangkan di bidang kosmeseutikal. Kosmeseutikal merupakan produk kosmetik yang memiliki efek medis atau memiliki keuntungan mengobati seperti obat (drug-like effects) yang dapat memengaruhi fungsi biologis kulit karena bahan fungsional yang dikandungnya. Perbedaan utama antara kosmetik dan kosmetik terletak pada bahan yang dikandungnya.
Menurut US Food, Drug and Drug Administration (FDA), kosmetik adalah segala sesuatu yang dioleskan, dituang, disemprotkan atau disemprotkan pada tubuh manusia, atau dimaksudkan untuk membersihkan atau memperindah penampilan. Pada saat yang sama, produk kosmetik dapat memperbaiki penampilan dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkan kulit agar tetap sehat [15]. Berdasarkan referensi penelitian yang digunakan dalam artikel ini, hasilnya seperti terlihat pada gambar dan Tabel. Studi tersebut menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat pada berbagai jenis alga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik dan kosmeseutikal.
Kesimpulan
Alga yang berbau khas merupakan salah satu sumber daya alam hayati laut yang mempunyai banyak potensi. Kandungan senyawa alga bisa dimanfaatkan untuk dikembangkan menjadi berbagai bahan obat-obatan, kosmetik, cosmeceuticals dan nutricosmetics.
Pustaka
[1] Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, “No Title,” Konservasi Perairan Sebagai Upaya menjaga Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia.
[2] C. S. Pakidi and H. S. Suwoyo, “Potensi dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga Cokelat Sargassum Sp,” Octopus, vol. 5, no. 2, pp. 488–498, 2016.
[3] Bramy Biantoro, “No Title,” merdeka.com. [Online]. Available: https://www.merdeka.com/teknologi/penasaran-dari-mana-bau-khas-laut-dan-pantai-berasal.html
[4] L. G. Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, Biologi, Kelima. Jakarta, 2003.
[5] W. . (Kementerian K. dan Perikanan), “Rumput Laut, Komoditas Penting Yang Belum Dioptimalkan.” [Online]. Available: https://kkp.go.id/djpdspkp/bbp2hp/artikel/14127-rumput-laut-komoditas-penting-yang-belum-dioptimalkan
[6] Silmi Nurul Utami, “‘Jenis-jenis Alga.’” [Online]. Available: https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/10/203940569/jenis-jenis-alga?page=all.
[7] R. C, “Samakah Ganggang Hijau Dengan Alga?” 2020. [Online]. Available: https://www.treat.id/samakah-ganggang-hijau-dengan-alga/
[8] J. St. John, “graceful redweed in Florida,” flickr.com. 2016. [Online]. Available: https://www.flickr.com/photos/jsjgeology/23689864994/in/photostream/
[9] F. Fictor, Praktis Belajar Biologi. Bandung, 2009.
[10] J. B. Tropis, “Struktur Komunitas Makro Alga di Perairan Desa Mata Sulawesi Tenggara,” vol. 18, no. 1, 2018.
[11] Wikipedia, “Alga coklat,” wikipedia ensiklopedia bebas. 2022. [Online]. Available: https://id.wikipedia.org/wiki/Alga_coklat
[12] Wikipedia, “Alga hijau,” wikipedia ensiklopedia bebas. 2022. [Online]. Available: https://id.wikipedia.org/wiki/Alga_hijau
[13] L. Lopez-Hortas et al., “Applying seaweed compounds in cosmetics, cosmeceuticals and nutricosmetics,” Marine Drugs. 2021. doi: 10.3390/md19100552.
[14] W. S. Atmadja, “Seaweeds As Medicine,” Oseana, vol. XVII, no. 1, pp. 1–8, 1992.
[15] I. L. Lestari and S. R. Mita, “Review: Potensi Alga Laut dan Kandungan Senyawa Biologisnya Sebagai Bahan Baku Kosmeseutikal,” Farmaka, vol. 14, no. 1, pp. 114–126, 2013.