Oleh Ariyanti
Mahasiswa Doktor Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, UGM
Latoh istilah daerah Jawa memiliki nama ilmiah Caulerpa rasemosa atau anggur laut. Latoh secara tradisional selama ini dikonsumsi sebagai urap untuk lauk makan dengan rasa cruchy ”plethus-phletus” asin segar ketika dimakan bersama nasi hangat. Kelemahan tanaman latoh adalah tidak tahan sehingga mudah busuk. Latoh merupakan rumput laut yang tumbuh melekat di dasar perairan.
Tanaman latoh bercirikan stolon panjang dan ramping dengan panjang 20-100 cm dan tebal 1-2 mm. Stolon menempel pada substrat tipis, memiliki cabang pucat, dan memiliki cabang terminal dengan panjang 10–20 mm dan diameter 0,5 mm [1]. Menurut [2], dasar sumbu memanjang berada tepat di atas stolon. Oleh karena itu perlu adanya penanganan tanaman latoh sehingga dapat dimanfaatkan dalam penyimpanan lebih lama. Selain itu, latoh juga merupakan tanaman musiman. Kandungan antioksidan caulerpin yang dihasilkan tergantung musim dan bagian talus dari latoh. Berat caulerpin kurang lebih 3 mg/g berat basah [3]. Kandungan caulerpin lebih tinggi pada daunnya dibandingkan pada bagian stolon [4]. Caulerpin pada daun relatif konstan sepanjang tahun. Namun di daerah stolon dipengaruhi oleh musim. Panen tanaman latoh meningkat di musim semi, mencapai puncaknya di akhir musim panas, dan menurun di musim dingin. Saat masih segar dan siap dipanen, kadar airnya berkisar antara 65% hingga 90%, dengan rata-rata sekitar 85%. Perubahan musim juga mempengaruhi perbedaan posisi talus (daun). Namun faktor lain tidak mempengaruhi kadar air. Kandungan protein alga 10-20%. Selain itu, kandungan airnya lebih rendah dibandingkan tumbuhan darat lainnya. Kandungan lemak latoh umumnya sangat rendah, sekitar 1% berat kering. Kadar abu latoh mempunyai kandungan 15 sampai 40 % berat kering dan sangat penting sebagai sumber mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia. Daun latoh muda mengandung lebih sedikit mineral dibandingkan daun tua. Menurut [3], latoh dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Latoh
Potensi latoh untuk cosmosetika sangat tinggi untuk meningkatkan harga jual latoh dan ekonomi petani tambak yang ada di Jepara. Hal ini disebabkan karena kandungan antioksidan dalam latoh yang dapat dibuat sediaan hand body lotion, serum, bahkan minuman. Beberapa senyawa metabolit sekunder yang ada dalam latoh seperti alkaloid (caulerpin, caulersin, resmosin A B C), flavonoid, terpenoid. Pigmen klorofil hasil dari penampakan warna hijau pada thallus. Latoh tinggi protein dan rendah karbohidrat. Caulerpin kering memiliki kadar air 9–10 persen, abu 40–41 persen, protein 5–7 persen, lemak 0,99%, karbohidrat 29–37 persen, dan serat 23–24 persen [5]. Menurut penelitian [6] dan [7], antioksidan, antimikroba, antikanker, antitumor, antifungal, dan antiinflamasi adalah bioaktivitas latoh yang memiliki kemampuan untuk menghambat radikal bebas. Selain itu, dengan dosis 100 μmol/kg, caulerpa menurunkan rasa sakit. Selain itu, caulerpa memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat [8]. Gambar 1 menunjukkan struktur pubchem caulerpin.
Gambar 2. Struktur Caulerpin dalam Latoh
Latoh, jenis tanaman fotosintetik, menghasilkan pembentukan radikal bebas dan oksidator kuat ketika terpapar cahaya dan oksigen. Radikal bebas dan oksidator kuat merusak kloropas [9]. Menurut [10], karena latoh adalah organisme intertidal yang membutuhkan mekanisme perlindungan terhadap sinar ultraviolet dan dampak dari perubahan pasang surut setiap hari, kemampuan antioksidan latoh tersembunyi. Akibatnya, temuan ini menunjukkan bahwa sel latoh memiliki mekanisme antioksidatif dan senyawa antioksidan [10]. Memiliki aktifitas antioksidan dan antiproliferative yang tinggi, juga, menurut penelitian yang dilakukan [10]. Karena sifat antioksidannya yang baik, senyawa caulerpin dapat melindungi kulit dari paparan langsung sinar ultraviolet dan radikal bebas yang merusak sel [11]. Menurut [12], Latoh memiliki manfaat ekonomi yangdimiliki alga karena kandungan klorofil, karotenoid dan fenol bebas.
Senyawa antioksidan melalui pendonoran satu elektron kepada senyawa radikal bebas, senyawa antioksidan dalam menghentikan proses oksidasi. Molekul radikal bebas harus mencari elektron pasangan karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas akan mengaktifasi reseptor sitokin dan faktor pertumbuhan pada keratinosit dan fibroblas. Kemudian, melalui induksi MAP kinase, faktor transkripsi nukleus aktivator protein-1 (AP-1) akan diaktifkan. MMP-1 mengaktifkan ekspresi matriks metalloproteinase (MMPs), sekelompok enzim yang menghancurkan matriks. MMP-1 menghancurkan kolagen kulit tipe I, II, dan III. Sebagai antioksidan yang baik, senyawa Caulerpin dapat melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet yang berbahaya dan radikal bebas yang merusak sel [11]. Paparan sinar matahari ultraviolet yang berlebihan dapat menyebabkan pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS) dalam kulit. Apabila jumlah ROS lebih tinggi daripada pertahanan antioksidan sel kulit, hal itu menyebabkan penuaan dini. Penelitian ini menemukan senyawa caulerpin Caulerpa rasemosa sebagai antiaging melalui penghambatan collagenase karena aktivitasnya yang tidak terkait dengan antiaging belum banyak dipelajari.
Kesimpulan
Latoh tanaman laut yang berasal dari tambak Jepara memiliki kandungan caulerpin. Tanaman tambak laut memiliki banyak manfaat, termasuk antioksidan, antimikroba, antikanker, antitumor, antifungi, dan antiinflamasi. Latoh, yang merupakan jenis tanaman fotosintetik, terpapar cahaya dan oksigen, menghasilkan pembentukan radikal bebas dan oksidator kuat. Radikal bebas dan oksidator kuat merusak kloropas, yang menghindari kerusakan latoh. Mekanisme antioksidatif dan senyawa antioksidan yang dimiliki sel latoh mungkin menjadi penyebabnya. Dengan berbagai tingkat aktivitas antioksidannya, latoh memiliki nilai komersial yang tinggi setelah diproses.
Pustaka
[1] G. Gartner, “The Invasive Green Alga Caulerpa racemosa (Caulerpales: Ulvophyceae) on the Coast of Kalimnos (Southern Sporades, Greece) with Comment on Taxonomy and Distribution in the Mediterranean,” Naturwiss.- med. Ver. Inssbruck, 2005.
[2] Y. L. P. Verlaque, M., C. Durant, J.M. Huisman, C.F. Boudouresque, “On the Identity and Origin of the Mediterranean Invasive Caulerpa racemosa (Caulerpales, Chlorophyta),” Eurpean J. Phycol. 38 325-339, 2003.
[3] J. and M. V. Klein, “The Caulerpa racemosa Invation: A Critical Review,” Mar. Polution Bull. 56 205-225, 2008.
[4] A. P. and S. D. Box, A. A. Sureda, P. Tauler, J. Terrados, N. Marba, “Seasonality of Caulerpenyne Content in Native Caulerpa prolivera and Invasive C. taxifolia and C. racemosa var. cylindracea in Western Mediteran Sea.,” Bot. Mar. 53 367-375, 2010.
[5] E. Sinurat and S. Fadjriah, “The Chemical Properties of Seaweed Caulerpa lentifera from Takalar, South Sulawesi,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 546, no. 4, 2019.
[6] P. B. Andrade et al., “Valuable compounds in macroalgae extracts,” Food Chem., vol. 138, no. 2–3, pp. 1819–1828, 2013.
[7] T. Sugawara, P. Ganesan, Z. Li, Y. Manabe, and T. Hirata, “Siphonaxanthin, a green algal carotenoid, as a novel functional compound,” Mar. Drugs, vol. 12, no. 6, pp. 3660–3668, 2014.
[8] A. B. de A. de Souza, E.T., D.P. de Lira, A.C. de Queiroz, D.J.C. da Silva, M. C. E.A.C. Mella, V.P. Lorenzo, G.E.C. de Miranda, J.X. de Araujo-Junior, B. V. de de Oliveira Chaves, J.M. Barbosa-Filho, P.F. de Athaide-Filho, and M. S. A. M. Oliveira Santos, “The Antinociceptis and Anti- Inflamatory Activities of Caulerpin, a Bisindole Alkaloid Isolated from Seaweeds of the Genus Caulerpa,” Mar. Drugs, 7 689-704, 2009.
[9] S. M. . Shanab, “Antioxidant and Antibiotic Activities of Some Seaweed (Egyptian Isolates). International,” J. Agric. Biol. 9 220-225. www.fspublishers.org. Diakses tanggal 10 Oktober 2023, 2007.
[10] Y. V. and N. A. W. Yuan, “Antioxidant and Antiproliferative Activities of Extract from a variety of Edible Seaweed,” Food an Chem. Toxicol. 44 1144-1150, 2006.
[11] A. A. Gde Putra Wiraguna, W. Pangkahila, and I. N. Mantik Astawa, “Antioxidant properties of topical Caulerpa sp. Extract on UVB-induced photoaging in mice,” Dermatology Reports, vol. 10, no. 2, pp. 20–25, 2018.
[12] A. and T. S. H. Ismail, “Antioxidant Activity of Selected Commercial Seaweed,” Mal. J. Nutr., 8 167-177, 2002.