Menganalisis efek imunomodulator dan toksisitas ekstrak kulit jeruk menggunakan ekstrak kulit jeruk hasil hidrodinamik-kavitasi pada berbagai vasiasi dosis
Buah jeruk, yang banyak dikonsumsi karena manfaat nutrisinya, menawarkan banyak manfaat kesehatan. Selain bagian yang dapat dimakan, kulitnya yang terdiri dari flavedo dan albedo umumnya hanya dibuang sebagai limbah. Namun, perlahan bagian yang tidak dikonsumsi tersebut semakin menarik perhatian peneliti karena kandungan senyawa kimia berharganya yang tinggi. Senyawa-senyawa yang terkandung tersebut memiliki potensi sebagai suplemen atau bahan obat, yang menunjukkan peluang yang menjanjikan untuk penelitian dan penerapan di masa depan dalam industri farmasi dan kesehatan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kulit jeruk menunjukkan kemampuan antivirus, aktivitas imunomodulator, dan sifat anti-inflamasi. Sayangnya, metode ekstraksi konvensional yang menggunakan pelarut organik menjadi rate limiting step dalam pemanfaatan ekstrak kulit jeruk yang mengandung metoksi-flavonoid, yaitu terkait dengan aspek toksisitas dan kehalalannya. Oleh karena itu, penelitian ini mengadopsi teknik hydrodynamic cavitation ( HC, hidrodinamik-kavitasi) sebagai metode ekstraksi berbasis air untuk memperoleh ekstrak yang mengandung metoksi-flavonoid tinggi dari kulit buah jeruk mandarin (Citrus reticulata). “Metode hidrodinamik-kavitasi sangat bermanfaat karena dapat menghasilkan ekstrak kulit jeruk dengan kandungan metoksi-flavonoid yang tinggi, praktis tidak toksik, dan memiliki aktivitas imunomodulator tanpa menggunakan ekstraksi pelarut organik, sehingga memungkinkan penerapannya di bidang nutra-farmaseutikal,” kata Dr. Muthi Ikawati dari Laboratorium Rekayasa Makromolekul, Departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia.
Penelitian ini berkontribusi menambah pengetahuan yang ada dengan memvalidasi keamanan dan sifat imunomodulator ekstrak hidrodinamik-kavitasi kulit jeruk (HCE-CP) melalui uji toksisitas akut dan uji imunomodulator pada tikus. Temuan utama meliputi tidak adanya toksisitas oral akut dan kelainan histopatologis pada tikus yang diberikan HCE-CP hingga dosis 5000 mg/kg berat badan (bb). Ekstrak tersebut juga tidak berpengaruh pada berat badan atau profil hematologi pada tikus setelah asupan harian selama 4 minggu.
Selain itu, limpa sebagai salah satau organ limfoid sekunder terbukti memiliki bobot relatif lebih tinggi pada pemberian HCE-CP, yang menunjukkan aktivasi sistem imun. Evaluasi lebih lanjut menunjukkan penurunan limfosit sel T CD4+, yang mengindikasikan kemungkinan efek anti-inflamasi. Analisis bioinformatik mengidentifikasi 14 protein yang ditargetkan oleh hesperidin dan hesperetin, dua metoksi-flavonid utama pada kulit jeruk, termasuk STAT1, interleukin-27, dan protein-protein mediator inflamasi seperti PTGS1, MMP12, MMP13, dan MMP8. Protein-protein tersebut memainkan peran penting dalam reaksi inflamasi/peradangan, dan senyawa metoksi-flavonoid dari kulit jeruk tersebut dapat memblokir peradangan. Penelitian selanjutnya mencakup pengukuran tingkat ekspresi protein-protein tersebut dan dan uji migrasi pada sel yang diberi perlakukan metoksi-flavonoid atau HCE-CP secara in vitro untuk membuktikan teori tersebut. Temuan ini menunjukkan bahwa HCE-CP aman dan memiliki potensi manfaat pada sistem imunitas tubuh, menjadikannya kandidat yang menjanjikan untuk dikembangkan sebagai sediaan nutra-farmasetikal.
Penelitian menyimpulkan bahwa pemberian HCE-CP secara oral hingga 5000 mg/kg bb pada tikus aman dan tidak menimbulkan efek mematikan atau tanda klinis yang nyata. HCE-CP menurunkan jumlah sel limfosit T CD4+. Hesperidin dan hesperetin, metoksi-flavonoid utama dalam kulit jeruk, mentarget protein-protein yang terlibat pada proses inflamasi pada sel limfosit yang diinduksi lipopolisakarida. Analisis histopatologi hati dan ginjal tikus tidak menunjukkan kerusakan yang berarti setelah pemberian HCE-CP. Oleh karena itu, temuan ini menunjukkan bahwa HCE-CP memiliki potensi sebagai agen imunomodulator dan agen anti-inflamasi terhadap infeksi.
Secara keseluruhan, artikel ilmiah yang diterbitkan pada 2022 lalu ini menyajikan analisis perbandingan metode ekstraksi pelarut tradisional dan metode HC yang terhitung baru, serta menyoroti keunggulan metode HC dalam hal keberterimaan, pemanfaatan, dan keamanan.
Gambar:Keterangan gambar: Kulit jeruk telah banyak dieksplorasi karena kandungan metoksi-flavonoidnya yang tinggi, yang menunjukkan beberapa aktivitas biologis seperti imunomodulator, anti-inflamasi, dan kemoprevensi. Pemberian ekstrak kavitasi hidrodinamik kulit jeruk secara oral, hingga 5000 mg/kg bb pada tikus, pada dasarnya tidak menunjukkan efek toksik.
Ringkasan:  Studi ini menggunakan teknik hidrodinamik-kavitasi, yaitu suatu metode ekstraksi berbasis air, sebagai alternatif yang lebih aman, lebih dapat diterima, dan efisien dibandingkan metode ekstraksi pelarut organik. Pendekatan ini berhasil menghasilkan ekstrak kandungan metoksi flavonoid yang tinggi dari kulit jeruk Citrus reticulata. Melalui pengujian dan penelitian toksisitas oral akut pada tikus yang diinduksi lipopolisakarida, bersama dengan analisis bioinformatik, ekstrak tersebut terbukti non-toksik dan memiliki potensi efek imunomodulator yang menargetkan protein-protein inflamasi. Oleh karena itu, ekstrak tersebut dianggap aman dan menjanjikan untuk aplikasi di bidang nutra-farmaseutikal.
Artikel ini ditulis aslinya dalam Bahasa Inggris.
Artikel asli dalam Bahasa Inggris dapat diakses di [link ke yg english]….
The original English version can be found here: …[link ke yg english]….
Baca artikel selengkapnya di sini:
“Acute toxicity evaluation and immunomodulatory potential of hydrodynamic cavitation extract of citrus peels” diterbitkan pada 05 April 2022 di Journal of Applied
Pharmaceutical Science https://dx.doi.org/10.7324/JAPS.2022.120415
Bacaan lebih lanjut
- The Chemopreventive Potential of Diosmin and Hesperidin for COVID-19 and Its Comorbid Diseases diterbitkan pada tahun 2020, di Indonesian Journal of CancerChemopreventionhttps://ijcc.chemoprev.org/index.php/ijcc/article/view/349/0
- Citrus Flavonoids from Citrus reticulata Peels Potentially Target an Autophagy Modulator, MAP1LC3A, in Breast Cancer diterbitkan pada tahun 2021, di Indonesian Journal of Cancer Chemoprevention https://ijcc.chemoprev.org/index.php/ijcc/article/view/374