Universitas Gadjah Mada Kanal Pengetahuan Farmasi
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Obat Alami untuk Indonesia
  • page. 3
Arsip:

Obat Alami untuk Indonesia

Konjac (Lidah setan), tumbuhan berbau bangkai yang dapat dimakan.

Obat Alami untuk Indonesia Tuesday, 19 September 2023

Disebut sebagai lidah setan, karena tumbuhan ini berbau sangat busuk serupa bangkai mayat saat mekar berbunga. Tumbuhan ini dikenal juga dengan nama Konjac, Voodoo lily, snake palm, atau elephant yam, dengan nama ilmiah Amorphophallus konjac, merupakan tumbuhan eksotis tahunan yang termasuk dalam keluarga Araceae. Tumbuhan ini berasal dari Asia Tenggara, khususnya Jepang, Cina, dan Indonesia. Konjac (lidah setan) memiliki umbi bawah tanah yang besar yang dapat tumbuh hingga beberapa kilogram beratnya. Tumbuhan itu sendiri terdiri dari satu tangkai bunga tinggi yang muncul dari tanah, dihiasi dengan satu daun besar.

Gambar 1. Tumbuhan Konjac. Sumber: https://www.uzh.ch/blog/bg/teufelszunge-amorphophallus-konjac-eine-stinkpflanze-die-man-essen-kann/

Konjac (lidah setan) merupakan tumbuhan herba, berbentuk batang, dengan siklus hidup abadi (perennial) dan banyak ditemukan di pinggiran hutan dan belukar di Cina. Umbi tumbuhan berwarna dan dapat dimakan (bobo-tuber), namun kandungan kalsium oksalat dapat membuat umbi ini beracun jika dikonsumsi mentah. Kristal kalsium oksalat jika dimakan akan membuat mulut, lidah dan tenggorokan terasa seperti ditusuk jarum kecil. Kalsium oksalat dipecah dengan memasak tumbuhan secara menyeluruh atau dengan mengeringkannya sepenuhnya, menjadikannya aman untuk dimakan.

Tumbuhan ini banyak dibudidayakan di Jepang dan Cina sebagai sumber makanan dan sebagai tumbuhan hias. Bunga mencolok besar berwarna ungu kemerahan atau Burgundy dan muncul di musim semi. Tumbuhan menghasilkan satu daun besar dari umbi dan satu batang berbunga setiap tahun. Saat matang untuk penyerbukan, bunganya mengeluarkan bau daging busuk yang menarik lalat bangkai dan pengusir hama. Baunya hilang setelah bunga diserbuki.

Dalam kegunaan ethnobotani, tumbuhan Konjac di Asia tropis dan subtropis, tumbuhan dari genus Amorphophallus memiliki sejarah panjang sebagai sumber makanan, tetapi juga dalam pengobatan tradisional Tiongkok. A. konjac ditanam di Asia Timur pada urutan pertama untuk umbi yang dapat dimakan. Ini juga dibudidayakan di Filipina karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Di Jepang, lidah setan ditanam sebagai makanan. Mereka adalah produsen A. konjac terbesar kedua setelah China. Lidah setan juga semakin banyak diproduksi untuk industri farmasi.

Di Jepang, umbi konjac dikenal sebagai sumber Konnyaku, sejenis tepung yang digunakan dalam banyak produk diet, dan agar-agar. Biasanya umbi konjac dikeringkan dan digiling menjadi tepung dan digunakan dalam mie (shirataki) dan tahu. Umbi Konjac mengandung banyak glukomanan (polisakarida) yang larut dalam air dan mampu menahan air dalam jumlah besar. Karena menyerap begitu banyak air, larutan kental ini dapat menimbulkan rasa kenyang dengan menunda penyerapan nutrisi dari makanan sehingga nafsu makan berkurang. Dengan demikian, glukomanan yang terkandung dalam Konjac dimanfaatkan dalam pengobatan obesitas. Karena kemampuannya menyerap air dalam jumlah besar, konjac glukomanan sering digunakan sebagai bahan pengental dan pembentuk gel di berbagai produk makanan, termasuk mie, permen jeli, dan suplemen makanan. Mie konjac, juga disebut mie shirataki, berwarna bening dan memiliki tekstur seperti agar-agar. Glukomanan dari Amorphophallus konjac juga memiliki efek antioksidan. Efek ini dianggap terkait dengan fermentasinya di sekum dan usus besar. Antioksidan melindungi dari radikal bebas.

Gambar 2. A. Beras Konjac (konyaku), B. Butiran beras Konjac, C. Beras Konjac setelah dimasak menjadi nasi. Sumber: dokumen pribadi.

Gambar 3. A. Mie kering Konjac (mie shirataki), B. Mie shirataki setelah dimasak. Sumber: sehatq.com

Konjac telah mendapatkan popularitas sebagai bahan rendah kalori dan rendah karbohidrat karena kandungan seratnya yang tinggi dan kalori yang minimal. Glucomannan, serat larut yang berasal dari Amorphophallus konjac, larut dalam air dan membengkak di usus, menyebabkan perut terasa lebih kenyang, menekan nafsu makan, dan memperlambat proses penyerapan usus. Serat glukomanan dapat mengurangi kadar kolesterol total dan lipoprotein densitas rendah dengan meningkatkan ekskresi kolesterol dan asam empedu melalui tinja dan mengurangi penyerapan kolesterol usus.

Selain dimanfaatkan dalam kuliner, sejak jaman nenek moyang konjac juga telah digunakan dalam berbagai pengobatan tradisional, termasuk efek penurun kolesterol, untuk mengobati asma, luka bakar, nyeri dada, dan kelainan kulit. Saat dihancurkan, umbinya digunakan untuk mengobati gigitan ular dan hewan pengerat. Gel konjac juga digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok untuk detoksifikasi, menekan tumor dan mengurangi kekentalan darah. Studi ilmiah juga menyelidiki manfaat konjak glukomanan dalam kosmetik, antara lain penggunaan serta umbi konjac sebagai spons untuk  melembabkan dan membersihkan pori-pori kulit. Selain itu dalam aplikasi medis, akibat kapasitas retensi airnya yang tinggi, serat konjac juga dimanfaatkan sebagai agen pengental dan pengganti gelatin, dan sebagai bahan baku popok sekali pakai dan pembalut wanita.

Terlepas dari manfaat Konjac sebagai bahan makanan rendah kalori dan karbohidrat yang sangat baik dimanfaatkan dalam program penurunan berat badan dan diet pada penderita diabetes, Konjac juga mungkin berbahaya dikonsumsi oleh beberapa orang dengan kondisi kesehatan tertentu. Konjac mengandung karbohidrat rantai pendek yang disebut FODMAPs. FODMAP merupakan singkatan dari fermentable oligosaccharides, disaccharides, monosaccharides, dan polyol. FODMAP adalah sekumpulan karbohidrat rantai pendek yang diserap di usus kecil yang kemudian difermentasikan oleh bakteri.

Meskipun karbohidrat yang dapat difermentasi dalam konjac memiliki manfaat kesehatan, beberapa orang mungkin tidak dapat mencernanya. Karbohidrat ini difermentasi di usus dan menyebabkan masalah pencernaan seperti gas, sakit perut, dan kram. Orang dengan sindrom iritasi usus besar (Irrtibale Bowel Syndrom, IBS) dan penyakit radang usus disarankan untuk menghindari makan konjac dan makanan kaya FODMAP. FODMAP dapat memicu bertambahnya cairan pada usus halus, yang memicu terjadinya kembung, dan perubahan konsistensi pada tinja yang menyebabkan diare. Makanan tinggi FODMAP juga menyebabkan penumpukan gas metan dan hidrogen di saluran pencernaan yang menyebabkan perut kembung dan kram perut. Selain itu asupan glukomanan dalam jumlah berlebih dapat mencegah penyerapan nutrisi yang menyebabkan malnutrisi.

Ada baiknya berkonsultasi pada ahli gizi atau dokter terlebih dahulu jika berencana rutin menkonsumsi beras konjac untuk penurunan berat badan atau diet bagi penderita diabetes.

Daftar Pustaka:

Blog – Botanischer Garten der Universität Zürich, Teufelszunge (Amorphophallus konjac) – Eine Stinkpflanze, Die Man Essen Kann, 2023. Tersedia online: https://www.uzh.ch/blog/bg/teufelszunge-amorphophallus-konjac-eine-stinkpflanze-die-man-essen-kann/, Tanggal akses 16 Juni 2023.

Chua M, Baldwin TC, Hocking TJ, Chan K. Traditional uses and potential health benefits of Amorphophallus konjac K. Koch ex N.E.Br. J Ethnopharmacol. 2010 March;128(2): 268-278.

Huang CY, Zhang MY, Peng SS, Hong JR, Wang X, Jiang HJ, Zhang FL, Bai YX, Liang JZ, Yu YR, et al. Effect of Konjac food on blood glucose level in patients with diabetes. Biomed Environ Sci. 1990 Jun;3(2):123-31. PMID: 1966003.

International Plant Names Index and World Checklist of Vascular Plants. Amorphophallus konjacK.Koch.2023.Tersediaonline:https://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:84377-1, tanggal akses: 16 Juni 2023.

Vuksan V, Sievenpiper JL, Xu Z, Wong EY, Jenkins AL, Beljan-Zdravkovic U, Leiter LA, Josse RG, Stavro MP. Konjac-Mannan and American ginsing: emerging alternative therapies for type 2 diabetes mellitus. J Am Coll Nutr. 2001 Oct;20(5 Suppl):370S-380S; discussion 381S-383S. doi: 10.1080/07315724.2001.10719170. PMID: 11603646.

Mengenal Potensi Alga Coklat dalam Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2

Obat Alami untuk Indonesia Monday, 27 March 2023

oleh: Metha Anung Anindhita

NIM: 22/495634/SFA/00269

Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM

Fakultas Farmasi Universitas Pekalongan

    Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik naiknya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan, terjadi peningkatan prevalensi Diabetes Melitus menjadi 10%. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2019 menempatkan Indonesia sebagai megara peringkat ke-6 dalam jumlah penderita Diabetes Melitus yang mencapai 10,3 juta jiwa. Prediksi dari IDF bahwa akan terjadi peningkatan jumlah pasien Diabetes Melitus dari tahun 2019 sebanyak 10,7 juta menjadi 13,7 juta jiwa pada tahun 2030 (Soelistijo et al., 2021).

    Diabetes Mellitus dapat digolongkan menjadi beberapa tipe. Diabetes Mellitus Tipe 1 didefinisikan sebagai kerusakan sel beta pankreas, umumnya berkaitan dengan defisiensi insulin absolut, dapat disebabkan oleh autoimun ataupun idoipatik. Diabetes Mellitus Tipe 2 dapat terjadi karena dominannya resistensi insulin diserti defisiensi insulin relatif sampai dengan dominan efek dari kerusakan sekresi insulin disertai resistensi insulin. Diabetes Mellitus gestasional merupakan diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dimana sebelum kehamilan tidak didapatkan diabetes. Klasifikasi yang terakhir adalah diabetes yang disebabkan sindroma diabetes monogenik atau disebut juga diabetes neonatal atau maturity onset diabetes of the young (MODY). Selain itu dapat juga disebabkan oleh penyakit eksokrin pankreasi (fibrosisi kistik, pankreatitis), serta penyebab lainnya adalah diabetes yang disebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya penggunaan obat golongan glukokortikoid pada terapi HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ) (Soelistijo et al., 2021). Namun, Diabetes Melitus Tipe 2 memiliki prevalensi yang paling besar di dunia, hal tersebut dikaitkan dengan adanya resistensi insulin yang disebabkan kelebihan produksi glukosa oleh hati dan kurangnya pemanfaatan glukosa oleh otot dan jaringan adiposa (Gunathilaka et al., 2020).

    Sejauh ini, belum ada obat yang digunakan untuk mengobati Diabetes Melitus tipe 2 dengan kemanjuran yang penuh. Senyawa fitokimia dalam ekstrak tumbuhan diketahui mengandung metabolit sekunder yang dapat digunakan secara efektif untuk mengatasi berbagai penyakit termasuk Diabetes Mellitus. Alga atau biasa dikenal sebagai rumput laut (seaweed) memiliki kandungan senyawa biokatif alami yang bermanfaat dalam pengobatan. Sebagian besar alga coklat kaya akan metabolit sekunder penting seperti florotanin yang dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetes yang salah satunya adalah sebagai bahan aktif dalam pengobatan Diabetes Melitus tipe 2 (Gunathilaka et al., 2020).

    Indonesia memiliki total wilayah sekitar 7,81 juta kilometer persegi, dimana 70 persen berupa wilayah perairan dan 30 persen berupa daratan. Wilayah perairan yang lebih luas dibandingkan daratan membuat Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Sumber daya alam yang berlimpah tidak hanya ada di daratan, namun juga di lautan, rumput laut (seaweed) atau algae adalah salah satunya. Makroalga laut telah banyak diteliti dalam beberapa tahun terakhir karena adanya komponen bioaktif yang bermanfaat bagi manusia. Rumput laut adalah kelompok spesies makroskopis dan multiseluler yang hidup di lingkungan laut. Tergantung pada pigmen yang dikandungnya, makroalga diklasifikasikan sebagai ganggang merah (Rhodophyta), ganggang hijau (Chlorophyta), dan ganggang coklat (Phaeophyta) (Hamed et al., 2018). Jenis yang banyak tumbuh dan berkembang di Indonesia, antara lain Gracilaria, Gelidium, Euchema, Hypnea, Sargasum, dan Terbinaria. Rumput laut dijumpai tumbuh didaerah perairan yang dangkal (intertidal dan sublitoral), dengan kondisi dasar perairan berpasir sedikit lumpur atau campuran keduanya. Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut seperti halnya biota lainnya sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan (eksternal), seperti substrat, salinitas, temperatur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi. (https://kkp.go.id/Sumba_Timur/artikel/12788-keragaman-jenis-rumput-laut-di-indonesia : diakses pada 7 Desember 2022).

    Jenis alga yang banyak dijadikan objek penelitian adalah jenis alga coklat, karena memiliki metabolit sekunder yang lebih besar dibandingkan jenis alga yang lain. Alga coklat mengandung metabolit sekunder antara lain phlorotannins, fucosterols, fucoidans, asam alginat, fucoxanthin, dan phycocolloids yang memiliki aktivitas salah satunya sebagai antidiabetes (Ciko et al., 2018).

    Alga coklat dengan genus Ecklonia dan famili Lessoniaceae dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antidiabetes dengan mekanisme menghambat aksi dari enzim α-amilase dan α-glukosidase karena adanya phlorotannins seperti eckol, dieckol, 6,6’-bieckol, phlorofucofuroeckol-A, phloroglucinol, dan 7-phloroeckol. Selain itu penurunan terjadi secara signifikan dari kadar glukosa darah postprandial pada kelompok tikus normal dan tikus yang diiduksi diabetes. Alga coklat dengan genus Eisena juga memiliki aktivitas antidiabetik yang kuat dengan menghambat enzim α-amilase dan α-glukosidase (Gunathilaka et al., 2020). Begitu pula Ishige okamurae dari famili Ishigeaceae memiliki aktivitas antidiabetes dengan mekanisme yang sama, yaitu dengan menghambat enzim α-amilase dan α-glukosidase (Yang et al., 2019). Jenis alga coklat lain yang memiliki mekanisme yang sama antara lain Ascophyllum nodosum, Sargassum hystrix, Sargassum polycystum, Padina boerge senii dan Padina tetrastromatica, Fucus vesiculosus, Padina sulcata, Sargassum binderi, and Turbinaria conoides, Choonospora minima (Gotama et al., 2018; Gunathilaka et al., 2020).

Sumber: Gunathilaka et al., 2020

    Alga coklat dengan spesies Ecklonia stolonifera, Saccharina japonica, Eisenia bicyclis, Undaria pinnatifida, dan Eisenia bicyclis memiliki aktivitas antidiabetes melalui mekanisme penghambatan enzim aldose reductase (Gunathilaka et al., 2020). Mekanisme antidiabetes yang lain adalah dengan menghambat aktivitas angiotensin-converting enzymes (ACE). Jenis alga coklat yang memiliki aktivitas tersebut antara lain Ecklonia stolonifera, Fucus spiralis, Sargassum fusiforme, Ishige sinicola, Ecklonia cava, Sargassum horneri, Hizikia fusiforme, dan Sargassum wightii (Gunathilaka et al., 2020; Vijayan et al., 2018).

    Mekanisme antidiabetes pada alga coklat spesies Eisenia bicyclis, Ecklonia stolonifera, dan Dictyopteris undulata  adalah dengan penghambatan enzim Protein Tyrosine Phosphatase 1B (PTP 1B) (Ali et al., 2017; Feng et al., 2018; Lopes et al., 2017). Alga coklat seperti Ecklonia cava, Padina pavonica, Sargassum polycystum, Turbinaria ornata, dan Fucus vesiculosus memiliki aktivitas antidiabetes dengan mekanisme penghambatan aktivitas dari Advance Glycation End Products (AGEs) (Gunathilaka et al., 2020).

    Ecklonia cava adalah alga coklat dari famili Lessoniaceae secara in vitro dan in vivo menunjukkan aktivitas antidiabetes yang kuat. Penelitian pada manusia dilakukan dan ditemukan bahwa ekstrak dieckol dari Ecklonia cava memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah postprandial secara signifikan selain itu ditemukan bahwa florotanin dari Ecklonia cava menunjukkan potensi sebagai antioksidan kuat yang membantu mengurangi komplikasi diabetes yang disebabkan oleh stres oksidatif. Kombinasi Ascophyllum nodosum dan Fucus vesiculosus menghambat aktivitas α-amilase dan α-glukosidase setelah 3 jam dikonsumsi (Gómez-Guzmán et al., 2018; Gunathilaka et al., 2020). Selain itu, mengkonsumsi 500 mg dan 2000 mg rumput laut coklat Fucus vesiculosus tidak mempengaruhi glukosa darah postprandial dan kadar insulin postprandial pada sukarelawan sehat (Murray et al., 2018).

    Studi klinis lebih lanjut mengungkapkan efek fisiologis suplementasi alga spesies dari genus Laminaria menurunkan glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah dua jam postprandial pada pasien dengan diabetes tipe 2 tanpa mempengaruhi kadar haemoglobin terglikasi. Alga coklat dari famili Alariaceae dapat menyeimbangkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. Suplemen dari Undaria pinnatifida dapat menyeimbangkan kadar glukosa darah pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 (Gunathilaka et al., 2020; Shannon & Abu-Ghannam, 2019). Serangkaian penelitian masih diperlukan karena sebagian besar rumput laut coklat laut memberikan bukti kuat dari uji praklinis karena adanya florotanin dan senyawa bioaktif lainnya, sehingga akan didapatkan obat baru yang bermanfaat bagi pasien dengan diabetes melitus tipe 2 yang berasal dari alam laut Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Ali, Y., Kim, D. H., Seong, S. H., Kim, H. R., Jung, H. A., & Choi, J. S. (2017). α-Glucosidase and protein tyrosine phosphatase 1b inhibitory activity of plastoquinones from marine brown alga sargassum serratifolium. Marine Drugs, 15(12). https://doi.org/10.3390/md15120368
  2. Ciko, A. M., Jokić, S., Šubarić, D., & Jerković, I. (2018). Overview on the application of modern methods for the extraction of bioactive compounds from marine macroalgae. Marine Drugs, 16(10). https://doi.org/10.3390/md16100348
  3. Feng, M. T., Wang, T., Liu, A. H., Li, J., Yao, L. G., Wang, B., Guo, Y. W., & Mao, S. C. (2018). PTP1B inhibitory and cytotoxic C-24 epimers of Δ28-24-hydroxy stigmastane-type steroids from the brown alga Dictyopteris undulata Holmes. Phytochemistry, 146, 25–35. https://doi.org/10.1016/j.phytochem.2017.11.013
  4. Gómez-Guzmán, M., Rodríguez-Nogales, A., Algieri, F., & Gálvez, J. (2018). Potential role of seaweed polyphenols in cardiovascular-associated disorders. Marine Drugs, 16(8), 1–21. https://doi.org/10.3390/md16080250
  5. Gotama, T. L., Husni, A., & Ustadi. (2018). Antidiabetic activity of sargassum hystrix extracts in streptozotocin-induced diabetic rats. Preventive Nutrition and Food Science, 23(3), 189–195. https://doi.org/10.3746/pnf.2018.23.3.189
  6. Gunathilaka, T. L., Samarakoon, K., Ranasinghe, P., & Peiris, L. D. C. (2020). Antidiabetic Potential of Marine Brown Algae – A Mini Review. Journal of Diabetes Research, 2020. https://doi.org/10.1155/2020/1230218
  7. Hamed, S. M., Abd El-Rhman, A. A., Abdel-Raouf, N., & Ibraheem, I. B. M. (2018). Role of marine macroalgae in plant protection & improvement for sustainable agriculture technology. Beni-Suef University Journal of Basic and Applied Sciences, 7(1), 104–110. https://doi.org/10.1016/j.bjbas.2017.08.002
  8. https://kkp.go.id/Sumba_Timur/artikel/12788-keragaman-jenis-rumput-laut-di-indonesia : diakses pada 7 Desember 2022
  9. Lopes, G., Andrade, P. B., & Valentão, P. (2017). Phlorotannins: Towards new pharmacological interventions for diabetes mellitus type 2. Molecules, 22(1), 1–21. https://doi.org/10.3390/molecules22010056
  10. Murray, M., Dordevic, A. L., Ryan, L., & Bonham, M. P. (2018). The impact of a single dose of a polyphenol-rich seaweed extract on postprandial glycaemic control in healthy adults: A randomised cross-over trial. Nutrients, 10(3). https://doi.org/10.3390/nu10030270
  11. Shannon, E., & Abu-Ghannam, N. (2019). Seaweeds as nutraceuticals for health and nutrition. Phycologia, 58(5), 563–577. https://doi.org/10.1080/00318884.2019.1640533
  12. Soelistijo, S. A., Suastika, K., Lindarto, D., Decroli, E., Hikmat, P., Sucipto, K. W., Kusnadi, Y., Budiman, Ikhsan, M. R., Sasiarini, L., Sanusi, H., Bugroho, K. H., & Susanto, H. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021. In Global Initiative for Asthma. PB. PERKENI. www.ginasthma.org.
  13. Vijayan, R., Chitra, L., Penislusshiyan, S., & Palvannan, T. (2018). Exploring bioactive fraction of sargassum wightii: In vitro elucidation of angiotensin-i-converting enzyme inhibition and antioxidant potential. International Journal of Food Properties, 21(1), 674–684. https://doi.org/10.1080/10942912.2018.1454465
  14. Yang, H. W., Fernando, K. H. N., Oh, J. Y., Li, X., Jeon, Y. J., & Ryu, B. M. (2019). Anti-obesity and anti-diabetic effects of ishige okamurae. Marine Drugs, 17(4), 1–11. https://doi.org/10.3390/md17040202

Mangga, Selain Manis Buahnya ternyata Berkhasiat Daunnya

Obat Alami untuk Indonesia Friday, 24 March 2023

Oleh: Khoerul Anwar

Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM

Prodi Farmasi, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat

Indonesia sangat kaya akan ragam jenis buah-buahan lokal. Salah satu buah yang sangat dikenal dan disukai masyarakat adalah mangga. Buah dengan nama latin Mangifera indica L ini ternyata berasal dari India. Persebaran buah ini terjadi karena dibawa pedagang yang berkelana sampai ke seluruh penjuru dunia. Sekarang ini mangga dapat ditemukan pada hampir semua negara tropis di dunia dan dibudidayakan secara komersial di 85 negara, termasuk Indonesia. Beberapa negara menjadikan mangga sebagai buah nasional seperti India, Filipina, dan Banglades (1).

Buah mangga merupakan kontributor produksi buah nasional ketiga terbesar setelah pisang dan jeruk. Indonesia sendiri dengan total produksinya sebesar 2,18 juta ton merupakan negara penghasil mangga terbesar ke-5 di dunia (2). Penggunaan mangga sangat variative di Indonesia. Sejak masih muda, buah mangga yang rasanya masam digunakan orang untuk membuat sambal pencit atau untuk rujak dan lotis. Buah mangga yang sudah masak dengan rasa yang manis dan segar sangat disukai untuk dimakan segar secara langsung atau dibuat minuman jus, puding, dan olahan pangan berbasis buah mangga lainnya.

Pohon mangga mempunyai kulit batang mangga berwarna coklat kelabu sampai kehitaman dan  bisa tumbuh dengan tinggi mencapai lebih dari 20 m untuk mangga yang tumbuh liar. Mangga budidaya sendiri mempunyai tinggi yang lebih rendah. Tajuk pohon mangga mempunyai daun yang rimbun dengan lebar bisa mencapai 10 m. Pada setiap tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun dengan bentuk lanset dan tepi daun rata. Daging daun mangga mempunyai tekstur seperti kertas (papyraceus) (3). Buah mangga mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi tergantung pada jenis varietas mangga, misalnya bulat seperti mangga gedong, bulat telur seperti mangga gadung, atau lonjong memanjang seperti mangga golek. Warna kulit buah dan daging buah  mangga juga variatif  tergantung pada varietas mangganya. Kulit buah berwarna hijau dan akan berubah menjadi kekuningan aatau merah jingga ketika sudah masak. Daging buah ketika masih mentah teksturmya keras dan akan menjadi lunak ketika masak, dengan rasa dari masam sampai manis (4).

Gambar 1. Tanaman Mangga (Mangifera indica L.). A. Bunga; B. Buah; Pohon (5)

Selama ini kita hanya mengenal penggunaan buah mangga sebagai sumber vitamin, serat, maupun energi dengan berbagai kandungan senyawa fitokimianya. Di sisi lain ternyata bagian daun yang sering dibuang oleh para petani mangga ketika dilakukan pemangkasan untuk merawat pohon mangga ternyata mempunyai potensi besar dalam dunia pengobatan. Daun mangga merupakan sumber mineral (kalium, fosfor, zat besi, natrium, kalsium, dan magnesium), vitamin (A, B, E, dan C) dan juga mempunyai kandungan senyawa fitokimia (mangiferin, senyawa fenolik, benzofenon, flavonoid, kuersetin, dan karotenoid) yang mempunyai khasiat untuk pengobatan penyakit (4). Praktek pengobatan Ayurveda di India dan Traditional Cinese Medicine (TCM) sudah menggunakan daun mangga untuk penyembuhan penyakit (6).

Daun mangga diketahui digunakan untuk pengobatan diabetes mellitus (DM) pada beberapa etnis  tertentu seperti di India dan China. Kandungan mangiferin dan flavonoid (kuersetin dan glikosidanya) dipercaya bertanggung jawab terhadap aktivitas tersebut.  Mangiferin bisa menghambat aktivitas enzim α-amylase dan α-glucosidase sehingga bisa mengatur absorbsi glukosa darah postprandial (7). Selain itu senyawa lain seperti kuersetin, manindicins A and B, dan norathyriol dari Ekstrak daun mangga juga bisa menghambat α-glucosidase. Mangiferin dan kuersetin juga meningkatkan sensitivitas insulin dalam mentransport glukosa ke dalam sel sehingga kadar glukosa darah akan turun (8).

Aktivitas antioksidan juga dimiliki oleh daun mangga. Keberadaan kandungan senyawa fenolik dan flavonoid diketahui bertanggung jawab terhadap aktivitas ini (5). Senyawa yang berhasil diidentifikasi dan mempunyai aktivitas antioksidan dari daun mangga adalah neomangiferin, mangiferin, kaempferol-3-O-rutinoside, isokuersitrin, dan kuersetin (9).  Uji aktivitas antioksidan dilaksanakan dengan beberapa metode seperti menggunakan 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH), superoxide dismutase (SOD), 2,2′-azino-bis-3-ethylbenzthiazoline-6-sulphonic acid (ABTS), dan ferric reducing antioxidant power (FRAP). Adanya aktivitas antioksidan akan bisa melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas sehingga akan mencegah kerusakan sel tubuh sehingga bisa terhindar dari penyakit degeneratif (10).

Daun mangga juga mempunyai efek kemopreventif pada beberapa sel kanker. Hal tersebut dikarenakan adanya kandungan senyawa polifenol seperti gallotanin, asam fenolat, kuersetin, dan mangiferin yang mempunyai aktivitas antioksidan dan antiinflamasi (11). Mangiferin juga diketahui bisa menekan pertumbuhan sel tumor dengan menghambat invasi, migrasi, dan proliferasi sel kanker. Selain itu mangiferin juga bisa meregulasi ekspresi metalopreoteinase yang menentukan kemampuan proliferasi sel dan penghambatan transisi epithelial mesenkimal yang menyebabkan hilangnya kemampuan adesi sel kanker (12).

Daun mangga mempunyai kandungan senyawa flavonoid 11,25 mg/100 g; saponin 3,23 mg/100 g; fenolik 0,08 mg/100 g; dan annins 0,46 mg/100 g. Kandungan senyawa ini diperkirakan bertanggung jawab terhadap aktivitas antimikroba dari daun mangga (13). Senyawa-senyawa ini terlibat dalam mekanisme penurunan level ATP intraseluler, depolarisasi membrane plasma mikroba, merusak sitoplasma, merusak material genetic, dan menghambat sinntesis  protein yang berujung pada matinnya mikroba (14).

Penggunaan daun mangga dengan adanya aktivitas antioksidan dan antiinflamasi diketahui bisa menurunkan akumulasi lemak perut, ekpresi PPAR-γ, ekspresi lipoprotein lipase dan ekspresi fatty acid synthase. Dari sini bisa diketahui bahwa daun mangga berperan dalam meregulasi ekspresi enzim dan faktor transkripsi yang berperan dalam adipogenesis. Hal ini menunjukkan potensi daun mangga dalam menurunkan lemak tubuh (15). Hasil uji in vivo pada hewan uji tikus menunjukkan potensi hipolipidemik dengan kandunngan senyawa dalam daun mangga yang diperkirakan bertanggung jawa terhadap efek ini adalah 3β-taraxerol, mangiferin, dan iriflophenone-3-C-β-glucosida (16).

Aktivitas lain dari daun mangga yang dilaporkan adalah aktivitas anti diare. Aktivitas ini diujikan pada model hewan uji tikus yang diinduksi minyak jarak, Pemberian ekstrak daun mangga bisa mengurangi jumlah feses cair. Hal ini dikarenakan daun mangga dapat meningkatkan potensial Na+-K+ ATPase pada usus halus sehingga diare akan berkurang (17).

Daun mangga memang mempunyai potensi dalam pengobatan dengan segala khasiat yang dimilikinya. Banyaknya varietas mangga menjadi masalah dan peluang yang utama dalam proses standardisasi daun mangga. Demikian juga dengan mudahnya mangga tumbuh di semua tempat juga mennjadikan variasi kandungan metabolit dalam daun mangga menjadi sangat besar. Walaupun demikian, sangat menarik tentunya mengingat potensi aktivitas daun mangga dan terdapat banyak varietas mangga lokal di Indonesia ini untuk dikembangkan menjadi obat tradisional berbasis daun mangga.

PUSTAKA

  1. Solís-Fuentes JA, Durán-de-Bazúa MC. Mango (Mangifera indica) seed and its fats. In V. Preedy, R. R. Watson, & V. B. Patel (Eds.), Nuts and Seeds in health and disease prevention Chapter 88. San Diego: Academic Press, 2011, 741-748.
  2. Fitranto, R., Wahyono, N. D., & Wibisono, Y. Strategi Pengembangan Pemasaran Buah Mangga Arumanis 143 PT. Trigatra Rajasa Situbondo Jawa Timur. Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness), 2020, 8(1), 58-68.
  3. Ichsan, M. C., & Wijaya, I. Respons Keitt Mangga Buah Terhadap Penggunaan Sun-Blok Untuk Mencegah Cedera Sunburn. Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal of Agricultural Science), 2014, 12(2).
  4. Shah, K. A., Patel, M. B., Patel, R. J., & Parmar, P. K. Mangifera indica (mango). Pharmacognosy reviews, 2010, 4(7), 42.
  5. Parvez, G. M. Pharmacological activities of mango (Mangifera Indica): A review. Journal of Pharmacognosy and phytochemistry, 2016, 5(3), 1.
  6. Kulkarni, V.M.; Rathod, V.K. Extraction of mangiferin from Mangifera indica leaves using three phase partitioning coupled with ultrasound. Ind. Crop. Prod. 2014, 52, 292–297.
  7. Nair, S.S.; Kavrekar, V.; Mishra, A. In vitro studies on alpha amylase and alpha glucosidase inhibitory activities of selected plant extracts. Eur. J. Exp. Biol. 2013, 3, 128–132.
  8. Kulkarni, V.M.; Rathod, V.K. Exploring the potential of Mangifera indica leaves extract versus mangiferin for therapeutic application. Agric. Nat. Resour. 2018, 52, 155–161.
  9. Wu, L.; Wu, W.; Cai, Y.; Li, C.; Wang, L. HPLC fingerprinting-based multivariate analysis of phenolic compounds in mango leaves varieties: Correlation to their antioxidant activity and in silico α-glucoidase inhibitory ability. J. Pharm. Biomed. Anal. 2020, 191, 113616.
  10. Itoh, K.; Matsukawa, T.; Okamoto, M.; Minami, K.; Tomohiro, N.; Shimizu, K.; Kajiyama, S.; Endo, Y.; Matsuda, H.; Shigeoka, S. In vitro Antioxidant Activity of Mangifera indica Leaf Extracts. J. Plant Stud. 2020, 9, 39
  11. Jung, J.-S.; Jung, K.; Kim, N.-H.; Kim, H.-S. Selective inhibition of MMP-9 gene expression by mangiferin in PMA-stimulated human astroglioma cells: Involvement of PI3K/Akt and MAPK signaling pathways. Pharmacol. Res. 2012, 66, 95–103.
  12. Klein-Júnior, L.C.; Campos, A.; Niero, R.; Corrêa, R.; Heyden, Y.V.; Filho, V.C. Xanthones and Cancer: From Natural Sources to Mechanisms of Action. Chem. Biodivers. 2019, 17, e1900499.
  13. Okwu, D.E.; Ezenagu, V.I.T.U.S. Evaluation of the phytochemical composition of mango (Mangifera indica Linn) stem bark and leaves. Int. J. Chem. Sci. 2008, 6, 705–716.
  14. Ediriweera, M.K.; Tennekoon, K.H.; Samarakoon, S.R. A Review on Ethnopharmacological Applications, Pharmacological Activities, and Bioactive Compounds of Mangifera indica (Mango). Evid. Based Complement. Altern. Med. 2017, 2017, 1–24.
  15. Gururaja, G.M.; Mundkinajeddu, D.; Dethe, S.M.; Sangli, G.K.; Abhilash, K.; Agarwal, A. Cholesterol esterase inhibitory activity of bioactives from leaves of Mangifera indica Pharmacogn. Res. 2015, 7, 355–362.
  16. Ramírez, N.M.; Toledo, R.C.L.; Moreira, M.E.C.; Martino, H.S.D.; Benjamin, L.D.A.; De Queiroz, J.H.; Ribeiro, A.Q.; Ribeiro, S.M.R. Anti-obesity effects of tea from Mangifera indica leaves of the Ubá variety in high-fat diet-induced obese rats. Biomed. Pharmacother. 2017, 91, 938–945.
  17. Yakubu, M.; Salimon, S. Antidiarrhoeal activity of aqueous extract of Mangifera indica L. leaves in female albino rats. J. Ethnopharmacol. 2015, 163, 135–141.

Alga, Berbau Tetapi Kaya Manfaat

Obat Alami untuk Indonesia Friday, 17 March 2023

Oleh. Lilies Wahyu Ariani

Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Semarang

    Keberlimpahan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi alam di perairan, misalnya, sebagian besar pemanfaatannya pada sektor perikanan. Masih banyak potensi lain yang bisa diolah dan dimanfaatkan di luar perikanan [1]. Sebagai negara maritim, teritorial lautan Indonesia lebih luas daripada wilayah daratan. Berdasar data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia meliputi 17.499 pulau. Total wilayah Nusantara sekitar 7,81 juta km2, terdiri atas 3,25 juta km2 wilayah lautan dan 2,55 juta km2 berupa Zona Ekonomi Eksklusif, serta hanya sekitar 2,01 juta km2 berupa daratan. Wilayah laut yang luas tersebut terdapat kekayaan alam hayati berupa 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies terumbu karang [1]. Dikutip dari laporan ekpedisi Siboga, terdapat sekitar 782 spesies rumput laut di Indonesia dengan 196 spesies alga hijau, 134 spesies alga cokelat, dan 452 alga merah [2].

Gambar1. Kekayaan sumber daya laut Indonesia Sumber : goodnewsfromindonesia.id

    Hasil laut yang identik berbau amis tersebut memiliki peranan penting dan memberikan banyak sekali manfaat untuk kehidupan masyarakat dan negara. Sumber daya alam hayati Indonesia sangatlah membantu perekenomian negara secara keseluruhan dan laut menjadi tempat yang menghasilkan ikan berlimpah. Udara segar bercampur aroma garam sering tercium saat berada di pantai. Muncul pertanyaan, bagaimana bau khas tersebut ada tatkala berada di sekitar laut? Menurut pernyataan ilmuwan Institut, Israel, Dr. Uria Alcolombri yang merupakan pimpinan penelitian, bahwa bau laut tersebut dikeluarkan oleh alga yang banyak hidup di permukaan air laut. Alga merupakan makroalga autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata [3].

    Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ seperti yang dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, dan daun. Alga digolongkan pula sebagai tumbuhan yang bertalus [4]. Alga mengeluarkan senyawa bernama dimetilsulfida (DMS) yang dapat bercampur dengan udara. Senyawa DMS yang dipercaya dapat menimbulkan aroma khas lautan, spesies alga yang banyak mengeluarkan DMS yaitu jenis alga Emiliania huxleyi. Aroma khas dari laut dapat berperan penting sebagai pemandu berbagai macam binatang laut untuk datang ke perairan dengan jumlah makanan melimpah atau menemukan letak laut saat mereka tersesat di daratan. Selain itu, DMS dapat membantu pembentukan awan yang otomatis meningkatkan tingkat curah hujan,” jelas Andrew Johnson, ahli genetika dari University of East Angelia, Daily Mail[3].

    Sumber daya alam hayati laut Indonesia sangat beragam, salah satunya adalah alga. Makroalga (macroalgae) atau biasa disebut sebagai “seaweed”, alga bentuk yang berukuran makro yang di Indonesia biasa disebut rumput laut. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, total produksi rumput laut Indonesia mencapai 5,6 juta ton pada tahun 2013. Hasil ini menjadikan Indonesia sebagai negara produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah Cina [5]. Namun hingga saat ini alga kurang dimanfaatkan. Potensi laut yang banyak diolah adalah ikan. Alga seolah hanya dianggap sebagai sampah lautan yang banyak dijumpai di pinggir pantai, dan hanya dibiarkan mengapung, hanyut terbawa arus, ataupun terdampar di pinggir pantai. Memang tidak semua alga bisa dimanfaatkan, namun ada beberapa alga yang mempunyai banyak manfaat. Alga bisa kita peroleh di seluruh wilayah laut Indonesia sehingga bisa menjadi salah satu sumber penghasilan nelayan.

    Alga disebut menyerupai tumbuhan karena memperoleh makanan dengan cara membuatnya sendiri atau autotrof. Alga memperoleh makanan dengan cara berfotosistesis seperti tumbuhan. Alga memiliki klorofil, namun juga memiliki pigmen warna untuk membantu proses fotosintesis. Berdasarkan warna pigmennya, alga dibagi menjadi alga hijau, alga cokelat, dan alga merah [6]. Istilah ganggang pernah disamakan dengan alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti hydrillia. Dalam taksonomi yang didukung secara luas oleh para ahli biologi, alga tidak lagi ditempatkan dalam divisi atau kelas tersendiri, tetapi dipisahkan sesuai dengan fakta yang berkembang saat ini. Oleh karena itu, alga bukanlah kelompok taksa yang terpisah.

Ciri-ciri umum Alga :

  • Merupakan organisme eukariotik
  • Tubuhnya tersusun dari banyak sel
  • Ada yang uniseluler (bentuk benang/pita) dan ada yang multiseluler (bentuk lembaran).
  • Struktur tubuhnya berupa thallus yaitu suatu struktur yang belum dapat dibedakan dengan jelas antara akar, batang, dan daun
  • Memiliki klorofil, sehingga bersifat autotrof. Selain klorofil, alga juga memiliki pigmen lain, seperti fikosianin (warna biru), fikoeritrin (warna merah), fikosantin (warna coklat), xantofil (warna kuning) dan karotena (warna keemasan).
  • Tubuh alga/ganggang tidak dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun.
  • Tubuhnya berupa thalus, sehingga dimasukkan ke dalam golongan thalophyta.
  • Habitat di perairan (tawar – laut), tempat lembab [7].

 

Jenis Alga

    Alga merah atau Rhodophyta adalah kelompok organisme mikroorganisme yang tinggal di perairan laut dan sepanjang pantai yang umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu, seperti di karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya. Alga merah memiliki pigmen merah dan biru yang memungkinkan mereka berfotosintesis di lautan yang hanya memiliki sedikit sinar matahari. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya bersel banyak (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran (filamen) dengan dinding sel yang terdiri atas selulosa dan melekat pada sel pemegang (hold fast cell) [9]. Kebanyakan alga merah hidup di laut, banyak di antaranya di laut tropis. Ada yang hidup di air tawar dingin dengan arus deras dan banyak oksigen. Selain itu, ada juga alga merah yang hidup di air payau [10].

Gambar 2. Alga merah atau Rhodophyta [8] Sumber : https://www.flickr.com/photos/jsjgeology/23689864994/in/photostream/
Gambar 3. Alga cokelat atau Phaeophyta Sumber : https://www.purwakartaupdate.com/ragam/inilah-kandungan-penuh-manfaat-dari-alga-coklat-phaeophyta/

    Alga cokelat atau Phaeophyta merupakan kelompok alga yang memiliki pigmen kuning dan cokelat yang dapat digunakan untuk fotosintesis. Alga cokelat memiliki bentuk yang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi, seperti batang, akar dan daun. Alga cokelat dapat tumbuh setinggi 60 meter dan memiliki kantung udara yang berfungsi sebagai pelampung. Ciri-ciri alga yakni, Thalli bulat pada batang utama dan agak gepeng pada percabangan, permukaan halus atau 11 cm. Selain itu, ada percabangan dichotomous dengan daun bulat lonjong, pinggir bergerigi, tebal dan duplikasi (double edged), serta vesicle melekat pada batang daun, bulat telur atau elip. Habitat alga yaitu hidup di zona pasang surut bagian tengah hingga subtidal, menempel pada batu karang atau substrat keras lainnya. Tanaman ini juga sering membentuk koloni dan berasosiasi dengan kelompok Sargassum dan Turbinaria. Penyebaran tumbuhan ini di perairan tropis [11].

Gambar 4. Alga hijau atau Chlorophyta Sumber : https://www.psychologymania.com/2013/09/alga-hijau-chlorophyceae.html

    Alga hijau atau Chlorophyta adalah kelompok alga yang memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis. Kandungan klorofil yang banyak membuat alga berwarna hijau. Alga hijau berbentuk lembaran lembaran benang yang menyerupai lumut. Alga Hijau (Clorophyta) memiliki ciri morfologi yaitu warna hijau dengan thallus bertipe membranous yang berbentuk lembaran seperti daun tipis dan halus yang dapat mencapai lebar 3 cm. Bagian pinggir berupa lembaran bergelombang dan tinggi thallus mencapai 4 cm. Bentuk thallus menyerupai segi empat yang memanjang, dan ditemukan melimpah di pantai hingga berjarak 7 m dari bibir pantai saat air laut surut. Alga hijau menyimpan karbohidrat dalam bentuk butir-butir pati dalam kloroplas. Dinding sel dari beberapa spesies chlorophyta dibangun oleh selulosa, pektin, dan polisakarida lain, seperti dinding sel tumbuhan [12]. Organ yang menyerupai akar (holdfast) berbentuk cakram yang melekat pada batuan dan karang, memiliki antioksidan yang tinggi yang bisa menetralkan racun radikal bebas sehingga menjaga tubuh dari berbagai penyakit.

Manfaat Alga

    Alga berbau khas, namun mempunyai banyak manfaat. Pemanfaatan alga di Indonesia untuk bidang industri dan kesehatan juga masih belum optimal. Padahal alga secara ekonomis berpotensi sebagai bahan baku dalam industri dan kesehatan. Selain itu, alga dapat berperan untuk kestabilan ekosistem laut dan tempat hidup serta tempat berlindung bagi biota laut lain (Dang et al., 2017).

    Makroalga merupakan sumber metabolit sekunder yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai bahan obat-obatan, kosmetik, cosmeceuticals dan nutricosmetics. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam alga di antaranya adalah polisakarida, lipid, protein, alkaloid, dan senyawa fenol. Selain itu alga juga mengandung serat, karbohidrat, lemak yang rendah, mineral, vitamin, dan asam amino sehingga cocok dijadikan bahan pangan dan bermanfaat untuk kesehatan. Metabolit lainnya yaitu polysulfated polisaccharides seperti laminaran, rhamnan sulfate, galaktosil gliserol, dan fucoidan [13].  Berdasarkan artikel Atmadja, W.S, di Indonesia pemanfaatan rumput laut sebagai obat sudah sejak lama dimanfaatkan beberapa jenis rumput laut. Namun karena penelitian, pengolahan dan belum berkembang di Indonesia, maka pemanfaatannya sampai saat ini masih sangat terbatas [5]. Alga dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan alami, di antaranya sebagai berikut :

    Kandungan alga laut telah banyak diteliti dan memiliki potensi yang luar biasa menjanjikan untuk dikembangkan di bidang kosmeseutikal. Kosmeseutikal merupakan produk kosmetik yang memiliki efek medis atau memiliki keuntungan mengobati seperti obat (drug-like effects) yang dapat memengaruhi fungsi biologis kulit karena bahan fungsional yang dikandungnya. Perbedaan utama antara kosmetik dan kosmetik terletak pada bahan yang dikandungnya.

    Menurut US Food, Drug and Drug Administration (FDA), kosmetik adalah segala sesuatu yang dioleskan, dituang, disemprotkan atau disemprotkan pada tubuh manusia, atau dimaksudkan untuk membersihkan atau memperindah penampilan. Pada saat yang sama, produk kosmetik dapat memperbaiki penampilan dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkan kulit agar tetap sehat [15]. Berdasarkan referensi penelitian yang digunakan dalam artikel ini, hasilnya seperti terlihat pada gambar dan Tabel. Studi tersebut menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat pada berbagai jenis alga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik dan kosmeseutikal.

Gmabar 5. Potensi komponen kandungan alga untuk kosmeseutikal [13]

Kesimpulan

Alga yang berbau khas merupakan salah satu sumber daya alam hayati laut yang mempunyai banyak potensi. Kandungan senyawa alga bisa dimanfaatkan untuk dikembangkan menjadi berbagai bahan obat-obatan, kosmetik, cosmeceuticals dan nutricosmetics.

Pustaka

[1]      Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, “No Title,” Konservasi Perairan Sebagai Upaya menjaga Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia.

[2]      C. S. Pakidi and H. S. Suwoyo, “Potensi dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga Cokelat Sargassum Sp,” Octopus, vol. 5, no. 2, pp. 488–498, 2016.

[3]      Bramy Biantoro, “No Title,” merdeka.com. [Online]. Available: https://www.merdeka.com/teknologi/penasaran-dari-mana-bau-khas-laut-dan-pantai-berasal.html

[4]      L. G. Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, Biologi, Kelima. Jakarta, 2003.

[5]      W. . (Kementerian K. dan Perikanan), “Rumput Laut, Komoditas Penting Yang Belum Dioptimalkan.” [Online]. Available: https://kkp.go.id/djpdspkp/bbp2hp/artikel/14127-rumput-laut-komoditas-penting-yang-belum-dioptimalkan

[6]      Silmi Nurul Utami, “‘Jenis-jenis Alga.’” [Online]. Available: https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/10/203940569/jenis-jenis-alga?page=all.

[7]      R. C, “Samakah Ganggang Hijau Dengan Alga?” 2020. [Online]. Available: https://www.treat.id/samakah-ganggang-hijau-dengan-alga/

[8]      J. St. John, “graceful redweed in Florida,” flickr.com. 2016. [Online]. Available: https://www.flickr.com/photos/jsjgeology/23689864994/in/photostream/

[9]      F. Fictor, Praktis Belajar Biologi. Bandung, 2009.

[10]    J. B. Tropis, “Struktur Komunitas Makro Alga di Perairan Desa Mata Sulawesi Tenggara,” vol. 18, no. 1, 2018.

[11]    Wikipedia, “Alga coklat,” wikipedia ensiklopedia bebas. 2022. [Online]. Available: https://id.wikipedia.org/wiki/Alga_coklat

[12]    Wikipedia, “Alga hijau,” wikipedia ensiklopedia bebas. 2022. [Online]. Available: https://id.wikipedia.org/wiki/Alga_hijau

[13]    L. Lopez-Hortas et al., “Applying seaweed compounds in cosmetics, cosmeceuticals and nutricosmetics,” Marine Drugs. 2021. doi: 10.3390/md19100552.

[14]    W. S. Atmadja, “Seaweeds As Medicine,” Oseana, vol. XVII, no. 1, pp. 1–8, 1992.

[15]    I. L. Lestari and S. R. Mita, “Review: Potensi Alga Laut dan Kandungan Senyawa Biologisnya Sebagai Bahan Baku Kosmeseutikal,” Farmaka, vol. 14, no. 1, pp. 114–126, 2013.

Kulit Daun Lidah Buaya: Limbah yang sayang untuk dibuang

Obat Alami untuk Indonesia Friday, 30 December 2022

Oleh. Rafika Sari

Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM

Dosen Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

 

      Siapa yang tidak mengenal tanaman lidah buaya, tanaman yang berbagai produk olahannya menjadi salah satu menu saat bersantai bersama keluarga. Tanaman lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) famili xanthorrhoeacearae merupakan salah satu tanaman unggulan di Pontianak, Kalimantan Barat. Masyarakat menggunakan bagian isi daging lidah buaya sebagai campuran dalam minuman sebagai sumber serat, selain itu produk olahan lainnya dalam bentuk teh celup, permen jelly, serta olahan lainnya sebagai komoditi unggulan daerah Pontianak dimana Pontianak merupakan daerah terbesar sebagai penghasil Lidah buaya. Disamping itu tanaman lidah buaya (Aloe Vera) yang saat ini sudah menjadi komoditas ekspor dan dikenal lebih baik dari produk lidah buaya didaerah lain karena mengandung fiber (serat) lebih tinggi dengan ukuran pelepah daun yang berukuran besar. Pontianak berada pada titik koordinat garis Khatulistiwa mendapat intensitas matahari yang tinggi sepanjang hari dan hal ini sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman lidah buaya (Aloe Vera) dalam menghasilkan serat yang maksimum sehingga menyebabkan kualitas dan bentuk dari lidah buaya (Aloe Vera) tersebut maksimal. Keunggulan dan keunikan tanaman lidah buaya perlu ditingkatkan serta dijaga kelestariannya dengan melakukan upaya pengkajian dan pengembangan suatu produk (1).

 Gambar : tanaman lidah buaya (2)

      Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyani dkk tahun 2015, bahwa infusa daun kulit lidah buaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen yaitu bakteri yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia antara lain Pseudomonas aeroginosa, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia.(3) Lidah buaya memiliki manfaat sebagai anti radang, penyembuhan luka, antibakteri, antijamur, antivirus, antioksidan, anti kanker, antitumor, antikolesterol (4). Adapun bentuk sediaan Sabun cair ekstrak kulit daun lidah buaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap kelompok bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis, dan Bacillus cereus) dan bakteri Gram negatif (Salmonella typhimurium, Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari hari sebagai antiseptik(5). Kandungan yang terdapat pada lendir lidah buaya yaitu aloeemodin, aloin, aloesin dan emodin yang berkhasiat baik bagi pencernaan (kandungan acemannan), melindungi jantung (kandungan aloeemodin), antidiabetes (kandungan aloeemodin dan aloin), melindungi kulit (kandungan aloeemodin, aloesin, aloin, dan emodin), melindungi tulang (kandungan aloeemodin dan aloin), sebagai antikanker (kandungan aloeemodin, aloin, aloesin, dan emodin), antimikroba dan prebiotik (kandungan acemanan dan aloeemodin) (6). Penelitian menyebutkan bahwa ekstrak etanol kulit daun lidah buaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 2,5; 5; and 10 mg/mL (7). Kulit lidah buaya yang dikeringkan juga memiliki aktivitas antioksidan dengan perbandingan komposisi bersama saat dikombinasikan bersamaan teh rosela dengan perbandingan 1:3 (8). Pemanfaatan limbah dari tanaman lidah buaya yang berasal dari limbah kulit daun lidah buaya juga seperti gelnya dioleskan pada seluruh permukaan luka, agar penggunaan dan penyerapan obatnya lebih efektif maka digunakan dalam bentuk gel seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Yusuf dkk, 2020 bahwa gel ekstrak kulit lidah buaya membantu penyembuhan luka bakar melalui pembentukan kolagen sehingga terjadi diprofliferase sel dan meningkatkan pertumbuhan fibroblast dermal (9)

      Daun lidah buaya dimanfaatkan alam pangan menjadi minuman sari lidah buaya, selai, serta berbagai produk lainnya disamping itu lidah buaya juga berpotensi sebagai obat. Selain itu dalam dunia pertanian ekstrak kulit lidah buaya dan memperoleh konsentrasi ekstrak kulit lidah buaya yang baik untuk mengendalikan cemaran cendawan patogen pada benih tanaman padi (10). Penelitian lain juga menyebutkab bahwa kandungan ekstrak etanol dari kulit dari Aloe vera memiliki kandungan fenol dan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan dalam daging buah/gelnya demikian juga pada aktivitas antioksidannya. (11). Hal ini juga selaras dengan penelitian Sari R, 2021 bahwa pada skrining fitokimia kulit daun lidah buaya  mengandung senyawa fenol dan flavonoid kemudian diujikan dalam bentuk sediaan spray terhadap Jenis jamur Trichophyton mentagrophytes.(12). Bagian lender atau eksudat kuning diantara gel daging buah dan kulit mengandung senyawa antrakuinon yang mengandung aktivitas antimikroba dan sebagai imunomodulator (13). Aktivitas antioksidan tertinggi ditemukan pada bagian kulit berkaitan dengan komponen fenolik dibandingkan dengan bagian lainnya (14). Lidah buaya juga memiliki aktivitas sebagai  tabir surya yaitu sebagai pelindung kulit dari sinar matahari, diketahui memiliki nilai SPF 21,74 yang dapat memberikan perlindungan terhadap radiasi sinar UV 21,74 kali terhadap kulit yang diolesi dengan gel lidah buaya (15). Penelitian yang dilakukan pada tahun 2021 oleh Narsih et al bahwa pada kulit lidah buaya yang diekringkan pada suhu 60°C selama 6 jam dengan penambahan maltodekstrin 10% ditemukan ada komponen monoterpen yang berkhasiat sebagai antioksidan sebanyak 21 komponen sedangkan pada pengeringan suhu 70°C dan 80°C ditemukan 19 komponen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kulit lidah buaya juga terdapat komponen minyak atsiri yang tidak tahan pada pemanasan diatas suhu 60°C (16). Penelitian lain juga menjelaskan bahwa pada ekstrak kulit lidah buaya mengandung flavonoid, alkaloid, tannin, saponin dan fenolik dapat meningkatkan perbaikan kerusakan pada sel pankreas tikus yang mengalami diabetes melitus sehingga juga berpotensi sebagai pengobatan DM[17].

 

Kesimpulan

    Kulit daun lidah buaya dapat dimanfaatkan baik dalam makanan, minuman maupun dalam pengobatan. Potensi kandungan dari bagian kulit daun lidah buaya juga sangat berpotensi untuk dapat ditelusuri lebih lanjut sehingga kulit daun yang selama ini hanya sebagai limbah dapat juga bermanfaat dan berpotensi sebagai obat diabetes melitus, antimikroba, antioksidan serta aktivitas biologis dibidang kosmetika sehingga memerlukan penelusuran lebih lanjut.

 

Pustaka

[1]Ellyta & Hendriani S, 2016, Analisis peramalan produksi usaha tanu lidah buaya (Aloe vera) dikota Pontianak, Jurnal Agrosains, Vol 13, No.2.

[2].https://kalbar.antaranews.com/berita/326140/kalbar-potensial-jadi-pusat-produksi-lidah-buaya

[3].Sulistyani N, Kurniati E, Yakup dan Cempaka R.A, Aktivitas antibakteri infusa daun lidah buaya (Aloe barbadensis Miller), 2016, Jurnal penelitian Sainteks, Volume 21, No. 2

[4].Kurnia D and Ratnapuri P.H, 2019, Review: aktivitas farmakologi dan perkembangan produk dari lidah buaya (Aloe vera L), Jurnal pharmascience, Volume 06, No.01, 38-49.

[5]. Sari R dan Ferdinan A, 2017, Pengujian aktivitas antibakteri sabun cair dari ekstrak kulit daun lidah buaya, Volume 4, No,3

[6]. Sanchez Maria, Burgos E, Iglesias I and Serranillos PG, 2020, Pharmacological uodate properties of Aloe Vera and its mayor active constituents, Molecules,25.

[7].Kumar, S., Yadav, M., Yadav, A., & Yadav, J. P. (2015). Comparative Analysis of Antimicrobial Activity ofMethanolic Extracts of Aloe Vera and Quantification of Aloe-Emodin Collected From Different Climatic Zones of India. Archives of Clinical Microbiology, 1–10.

[8]. Lukman E, Mustofa A & Widanti Y.A, Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan , https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/jtpr/article/view/2694

[9].Yusuf AL, Nugraha D, Wahlanto P,2020, Uji aktivitas gel eksyrak kulit lidah buaya (Aloe vera) untuk penyembuhan luka bakar ringan pada kelinci (Oryctolagus cuniculus), Jurnal Wiyata, Volume 7 , No.2.

[10]. Waliha L, Pamekas T, dan Zahara N, 2022, Aplikasi ekstrak kulit lidah buaya (Aloe vera L) untuk mengendalikan cendawan terbawa benih padi, Agropross Proceedings.

[11]. Vidic, Taric A, Alagic, Maksimovuc M, 2014, Determiantion of total phenolic content and antioxidant activity of ethanol extract from Aloe spp, Bulletin of the chemist and technologiests of Bosnia and Herzegovina, 42, 5-10.

[12]. Sari R, 2021, Aktivitas infusa kulit daun lidah buaya 9Aloe vera L) sebagai pengobatan infeksi jamur, Jurnal Analisis Farmasi, volume 6, No.4, 114-121.

[13]. Kwon KH, et al, 2011, Antimicrobial and immunomodulatory effects of Aloe vera peel extract, Journal of Medicinal Plants Research, Vol 5, 22.

[14]. Quispe C et al, 2018, Chemical composition and antioxidant activity of Aloe vera from the Pica Oasis by UHPLC-Q.Orbitrap/MS/MS, Journal of Chemistry.

[15]. Pratama S, 2019, Optimasi karbopol dan hidroksipropil metilselulosa sebagai gelluing agent serta uji aktivitas gel ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) sebagai tabir surya secara invitro, Skripsi, Fakultas Farmasi UGM.

[16]. Narsih & Agato, 2021, Volatile compounds, phenolics and microstructure of Alo Vera peel powder cells with maltodextrin as their capsules and variations in drying temperatur, Current Research in nutririon and food science, Vol 9, No.1.320-328

[17]. Susanti, et al, 2019, The effect of Aloe vera peel extract on histopathology of rat pancreas induced by alloxan, Biosaintifika, Journal of biology & Biology education, 11(3).

 

DURIAN: Buah Lezat Yang Kaya Manfaat

Obat Alami untuk IndonesiaPusat Informasi Obat dan Farmakologi Friday, 30 December 2022

Oleh. Nurfijrin Ramadhani

22/SFA/495885/00276

Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM

Dosen Fakultas MIPA Program Studi S1 Universitas Bengkulu

      Masalah kesehatan akhir-akhir ini semakin bermunculan dan bervariasi. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan kecenderungan pengobatan dari bahan alam membuat eksplorasi terhadap bahan alam semakin diminati terutama nutrasetikal. Salah satu panganan yang memiliki kekayaan kandungan kimia dan manfaat farmakologis adalah buah Durian. Buah dengan nama latin Durio zibethinus Murr ini terkenal sebagai “king of fuit” merupakan buah yang dapat dengan mudah diperoleh di asia tenggara khuhusnya daerah tropis seperti negara Thailand, Malaysia, Indonesia, dengan aromanya yang khas banyak yang sangat menyukainya, namun tidak sedikit juga yang tidak suka dengan buah ini.  Buah durian memiliki tekstur yang lembut dan berserat serta memiliki rasa yang legit dan manis hal ini dikarenakan kandungan lemak, gula, dan zat volatile, mengandung senyawa belerang serta alcohol [1]. Pada umumnya buah durian hanya dimanfaatkan daging buahnya yang diolah menjadi berbagai variasi olahan makanan dan minuman. Namun tahukah Anda, buah durian memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan baik daging buah mapun kulit durian.

Gambar 1. Buah Durian [2]

      Buah durian secara turun temurun dipercaya dapat meningkatkan suhu tubuh  dan dapat memberikan efek yang buruk pada sistem kardiovaskular, hal ini menjadi kontroversi apakah benar demikian? Beberapa penelitian telah menyelidiki pengaruh memakan daging buah durian terhadap efek kenaikan tekanan darah hasilnya menyatakan bahwa makan buah durian dalam jumlah sedikit tidak berpengaruh pada tekanan darah, namun harus berhati-hati bagi yang memiliki penyakit hipertensi [1] [3]. Bukti ilmiah menunjukkan tidak perlu takut untuk memakan durian  karena mitos tersebut tidak benar. Sebaliknya durian memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.

      Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maah, (2010) menyatakan bahwa buah durian memiliki kandungan fenol, flavonoid, karotenoid, vitamin C [4]. Senyawa volatile (mudah menguap) dilaporkan telah diidentifikasi pada varietas durian Malaysia, Thailand, dan Indonesia diantaranya ester (etil propanoat, metil-2-metilbutanoat, propil propanoat), belerang (dietil disulfida, dietil trisulfida dan etanatiol), tioasetal (1-(metiltio )-propana), tioester (1-(metiltio)-etana), tiolana (isomer 3,5-dimetil-1,2,4-tritiolana), dan alkohol (etanol) [5] .  Berdasarkan kandungan kimia yang telah dilaporkan daging buah durian memilki aktivitas antioksidan dapat membantu tubuh kita dalam menangkal radikal bebas yang banyak terdapat disekitar kita seperti polusi, sinar UV, bahan kimia makanan dll.  Aktivitas antioksidan juga berhubungan erat dengan gangguan kesehatan lainnya penelitian lain menyatakan bahwa daging buah durian memiliki potensi sebagai antidiabetes [6] antiinflamasi, antibakteri dan antikanker [7]. Ekstrak etanol buah durian telah terbukti memiliki kandungan fenol dan flavonoid yang tinggi hal ini yang berkaitan langsung dengan aktivitas antioksidannya [8].

      Buah durian secara umum setelah dimakan daging buahnya kemudian cangkangnya dibuang. Masih banyak yang belum mengetahui manfaat cangkang durian bagi kesehatan. Beberapa penelitian terkait cangkang durian sudah banyak dilakukan. Hasil penelitian terhadap buah durian montong dan chane, kulit durian bagian dalam dan biji durian menunjukkan antivitas antioksidan dan antiinflamasi. Daging buah memiliki kadar fenolik yang paling tinggi diikuti oleh kulit durian dan biji, dan ketiga bagian tersebut mampu menangkap radikal bebas. Aktivitas antiinflamasi daging dan kulit durian juga telah diuji melalui uji nitric oxide pada sel RAW 264,7 yang distimulasi oleh lipopolisakarida kulit durian montong memiliki nilai IC50 yang paling kecil dalam menghambat produksi nitric oxide  sehingga menunjukkan bawa kulit durian memiliki potensi dikembangkan sebagai agen antiinflamasi [9].   Hasil penelitian ini didukung oleh data penelitian Feng et al., (2018) sebelumnya yang berhasil mengisolasi  dua  senyawa triterpenoid baru, dua fenolik baru, dan tujuh ester glikosida baru, serta enam belas senyawa yang telah diketahui. Menunjukkan aktivitas antiinflamasi secara nyata dengan menghambat produksi nitric oxide pada sel RAW 264,7 yang diinduksi lipopolisakarida [10].

      Cangkang durian dilaporkan mengandung berbagai kandungan kimia, diantaranya mengandung asam fenolik dan glikosida fenolik, flavonoid, kumarin, triterpen, glikosida sederhana, selulosa, pigmen [10]. Kandungan asam fenolik dan glikosida fenolik di dalam cangkang durian diantaranya 3-methoxy-4-O-b-D-[6-(S)-2- methylbutanoylglucopyranosl] benzoic acid, 4-O-b-D-[6-(S)-2-methylbutanoyl]glucopyranosyl cinnamic acid, 3,4-dihydroxybenzoic acid, ethyl protocatechuate, 3,4-dihydroxybenzaldehyde, caffeic acid, protocatechuic acid-O-hexoside, 1-O-(4-hydroxybenzoyl)-b-Dglucopyranose, 3,4,5-trimethoxyphenyl-1-O-b-Dglucopyranoside, sinapic acid hexoside, vanillic acide–O-hexosid, leonuriside A [11].  Hasil studi dari Masturi et al. (2020) menyatakan kandungan flavonoid cangkang durian dari tiga varietas durian local indonesia dengan hasil  flavonoid total yang dinyatakan dengan (mg QE= Quercetin equivalen) adalah (0.405 ± 0,002) mg QE/g, (0,321 ± 0,003) mg QE/g dan (0,324 ± 0,002) mmg QE/g [12].

        Manfaat cangkang durian seperti yang telah di jelaskan sebelumnya berpotensi sebagai antioksidan dan antinflamasi namun selain itu banyak manfaat lainnya. Menurut studi yang telah dilakukan polisakarida dari cangkang durian terbukti dapat menurunkan kadar gula darah, ekstrak dari cangkang durian dapat menurunkan kadar lipid. Aktivitas lainnya juga dilaporkan cangkang durian beraktivitas sebagai antikoagulan, obat batuk kering, pereda nyeri, perlindungan pada liver. Selain itu kandungan polisakarisa juga telah dilaporkan memiliki efek peningkat imun, pelancar buang air besar, pelembab dan hasil uji toksisitas tidak memiliki efek toksik pada dosis tinggi [11].

Kesimpulan

       Berbagai hasil studi terhadap daging buah dan cangkang durian menunjukkan bahwa buah durian dapat dimanfaatkan sebagai agen nutrasetikal untuk kesehatan baik sebagai makanan fungsional atau agen untuk penggunaan sebagai obat. Pengolahan cangkang durian lebih lanjut dapat dikembangkan untuk memperoleh bagian yang diinginkan misalkanya cangkang durian dipisahkan dari bagian kulit dalamnya untuk dijadikan tepung sehingga mudah untuk digunakan [9].

Pustaka:

[1]    Sinulingga, B. O., Huga, A. R., & Alimin, L. (2020). Effect of Durian Fruit on Blood Pressure. Indonesian Journal of Global Health Research, 2(1), 29–40. https://doi.org/10.37287/ijghr.v2i1.62

[2] (https://indonesiaexpat.id/lifestyle/top-ten-facts-durian/) diakses pada tanggal 3 Desember 2022

[3] Kumolosasi, E., Siew Gyn, T., Mansor, A. H., Makmor Bakry, M., Azmi, N., & Jasamai, M. (2016). Effects of durian intake on blood pressure and heart rate in healthy individuals. International Journal of Food Properties, 19(7), 1483-1488.

[4]  Maah, M. J. (n.d.). Estimation of Antioxidant Phytochemicals in Four Different Varities of Durian ( Durio zibethinus Related papers.

[5]  Aziz, N. A. A., & Jalil, A. M. M. (2019). Bioactive compounds, nutritional value, and potential health benefits of indigenous durian (Durio zibethinus Murr.): A review. Foods, 8(3). https://doi.org/10.3390/foods8030096

[6]  Alkandahri, M. Y., Patala, R., Pratiwi, M. I., & Agustina, L. S. (2021). Pharmacological studies of Durio zibethinus: A medicinal plant review. Annals of the Romanian Society for Cell Biology, 640-646.

[7]  Chigurupati, S. (2021). Antidiabetic and antioxidant potential of Durio zibethinus Murr. leaves ethanolic extract.

[8]  Saminathan, V., & Doraiswamy, R. (2020). Phytochemical analysis, antioxidant and anticancer activities of durian (Durio zibethinus murr.) fruit extract. Journal of Research in Pharmacy, 24(6), 882–892. https://doi.org/10.35333/jrp.2020.247

[9]  Charoenphun, N., & Klangbud, W. K. (2022). Antioxidant and anti-inflammatory activities of durian (Durio zibethinus Murr.) pulp, seed and peel flour. PeerJ, 10, 1–15. https://doi.org/10.7717/peerj.12933

[10]  Feng, J., Yi, X., Huang, W., Wang, Y., & He, X. (2018). Novel triterpenoids and glycosides from durian exert pronounced anti-inflammatory activities. Food Chemistry, 241(June 2017), 215–221. https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2017.08.097

[11]  Zhan, Y. fei, Hou, X. tao, Fan, L. li, Du, Z. cai, Ch’ng, S. E., Ng, S. M., Thepkaysone, K., Hao, E. wei, & Deng, J. gang. (2021). Chemical constituents and pharmacological effects of durian shells in ASEAN countries: A review. Chinese Herbal Medicines, 13(4), 461–471. https://doi.org/10.1016/j.chmed.2021.10.001

[12] Masturi, M., Alighiri, D., Edie, S. S., Drastisianti, A., Khasanah, U., Tanti, K. A., Susilawati, Maghfiroh, R. Z., Kirana, K. G. C., & Choirunnisa, F. (2020). Identification of flavonoid compounds and total flavonoid content from biowaste of local durian shell (Durio zibethinus). Journal of Physics: Conference Series, 1567(4). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1567/4/042084

Mengenal Anggur Laut, Olahannya sebagai Kombucha: Apakah Bermanfaat atau Berbahaya

Obat Alami untuk Indonesia Thursday, 29 December 2022

Oleh. Ni Luh Putu Vidya Paramita

22/499202/SFA/00279

Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM

Dosen Prodi Farmasi FMIPA Universitas Udayana

 

           Saat ini minuman Kesehatan menjadi sangat digemari oleh masyarakat di Indonesia. Salah satu minuman Kesehatan yang saat ini sangat disukai bahkan banyak dibuat sendiri oleh masyarakat adalah kombucha. Kombucha adalah minuman fermentasi yang sangat populer belakangan ini di sosial media. Sehingga masyarakat perlu mengetahui apakah kombucha ini bermanfaat dan cara pembuatan kombucha.

           Kombucha pada umumnya dibuat dari teh yang ditambahkan SCOBY (symbiotic culture dari bakteri dan jamur) dan sejumlah gula [1]. Rasa kombucha biasanya asam dan sedikit manis. Banyak penelitian yang melaporkan manfaat dari minuman kombucha, seperti untuk mencegah infeksi, menurunkan kadar gula darah, sebagai antioksidan, dan melindungi organ hati [2]. Selain itu khasiat untuk menurunkan kolesterol juga banyak dilaporkan dalam beberapa penelitian. Minuman kombucha tidak hanya dapat dibuat dari teh hijau, oolong dan teh hitam, namun juga dari beberapa rendaman lemon, mint dan jasmine [3]. Bahkan sesuai dengan asal muasal nama dari kombucha di daerah jepang yang artinya “seaweed tea”, kombucha juga bisa dibuat dari rumput laut [4]. Salah satu rumput laut yang terkenal dan memiliki potensi untuk menjadi makanan bermanfaat dan diolah menjadi minuman kombucha adalah anggur laut atau “sea grapes”.

           Apa saja kandungan yang ada didalam anggur laut? Beberapa penelitian menyebutkan bahwa anggur laut memiliki kandungan protein, serat, vitamin, mineral, polisakarida, flavonoid, dan asam lemak tak jenuh (PUFA) [5]. Indonesia kita ketahui memiliki sumber daya hayati laut yang sangat tinggi, salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai makanan langsung maupun produk makanan olahar seperti agar-agar, jelly, permen, dan lainnya. Selain itu rumput laut juga dipercaya dapat dimanfaatkan menjadi sediaan kosmetik, seperti masker, serum, lotion dan lainnya. Selain semua yang disebutkan tadi, penelitian tentang manfaat rumput laut sebagai minuman kombucha telah dibuktikan dalam penelitian. Anggur laut atau sea grapes jenis Caulerpa racemose banyak tersebar di lautan Indonesia diantaranya perairan sulawesi utara [2] dan Pesisir laut Natuna Kepulauan Riau [6].

 

Ciri – Ciri Anggur Laut

           Sebelum kita mengenal manfaat potensi kekayaan Indonesia ini, maka ada baiknya kita mengenal ciri – ciri dari jenis anggur laut ini. Berdasarkan laporan penelitian, gambar anggur laut dapat dilihat dibawah ini. Adanya bulir yang sangat besar pada gambar dibawah ini menjadi ciri khas jenis anggur laut Caulerpa racemose. Jenis anggur laut ini Ketika segar akan berwarna hijau, namun setelah mengalami proses pengeringan akan mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan memiliki aroma khas rumput laut [7]. Panjang rata – rata rumput laut ini adalah sekitar panjang rata-rata 35 – 50 cm [6].

Gambar 1. Anggur Laut Caulerpa racemose (dikutip dari [6]

 

Bagaimana Cara Membuat Kombucha Anggur Laut dari jenis Caulerpa racemose

           Pembuatan minuman kombucha secara umum adalah gabungan dari cairan sumber nutrisi, gula, dan SCOBY. Pembuatan kombucha rumput laut telah dicoba pada salah satu penelitian yaitu dengan mencampur 25 g anggur laut, 50 mL air, 10 g SCOBY (diameter 16 cm) dan 100 g Larutan Starter SCOBY yang mengandung 20% madu Trigona. Lingkungan pembuatan terkait suhu dan waktu pembuatan akan menentukan seberapa banyak nutrisi yang bisa di proses oleh SCOBY yang dikatak sebagai biang untuk pembuatan minuman kombucha ini. Campuran tadi dapat di simpan dalam botol 1000 mL pada suhu ruangan selama 12 hari. Tidak lupa bahwa selama proses pembuatan, botol harus ditutup rapat untuk mencegah adanya oksigen masuk selama proses pembuatan kombucha [2].

 Hasil Percobaan Kombucha Anggur Laut Pada Obesitas

            Obesitas adalah keadaan dimana berat badan melebihi batas Body Mass Index (BMI) normal. Orlistat merupakan salah satu obat yang diberikan oleh dokter untuk kondisi obesitas. Baru saja ada Penelitian yang membuktikan khasiat kombucha anggur laut untuk kondisi obesitas dibandingkan dengan obat yang ada seperti Orlistat. Berdasarkan pengujian hambatan terhadap Enzim lipase dimana khasiat kombucha akan sebanding dengan orlistat apabila dikonsumsi sebanyak 250 mg/mL dengan persentase hambatan adalah 88,93 %. Walaupun dosis pada pengujian dengan enzim tidak dapat di konversikan untuk diberikan ke manusia, namun hasil pengujian ini bisa menjadi gambaran awal mengenai kemampuan kombucha dalam menghambat lipase. Percobaan ini memberikan makna bahwa kombucha mampu menghambat kerja lipase pada lambung dan pankreas yang terdapat di saluran gastrointestinal sehingga mampu menurunkan penyerapan lemak [2].

            Percobaan kombucha anggur laut juga telah dicobakan kepada hewan mencit yang telah dibuat memiliki kolesterol tinggi karena diberikan makanan yang mengandung colic acid, serbuk kolesterol, minyak jagung dan minyak babi [2]. Kolesterol tinggi adalah kecenderungan yang dimiliki ketika seseorang mengalami obesitas. Tolak ukur kolesterol tinggi biasanya dilihat dari pengukuran nilai total kolesterol, trigliserida, High Density Lipoprotein (HDL), dan Low Density Lipoprotein (LDL). Hasil percobaan pemberian kombucha dengan dosis 150mg/Kg BB ternyata mampu menurunkan kadar total kolesterol, trigliserida dan LDL dibandingkan mencit obesitas dan mencit normal (tidak obesitas dan tidak diberikan kombucha). Pada dosis tersebut juga mampu menaikkan nilai HDL. Dimana HDL adalah lemak kategori baik yang mampu mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah akibat lemak. Berdasarkan. Namun hasil tersebut diatas berbeda ketika dosis pemberian kombucha ditingkatkan menjadi 300mg/Kg BB [2].

 

Kesimpulan

           Percobaan diatas membuktikan bahwa minuman kombucha dapat memberi manfaat dan khasiat yang signifikan berbeda apabila mencit normal tidak diberikan minuman tersebut. Begitu pula pada mencit yang mengalami obesitas. Bagaimana cara kita menghitung sebenarnya berapa dosis yang kita butuhkan untuk diminum setiap harinya? Yaitu dengan cara menghitung dosis yang efektif diatas. Apabila berat rata – rata manusia dewasa adalah 70kg BB maka dosis yang dibutuhkan oleh manusia tersebut adalah sekitar 150 mg dikalikan 70 kg BB yaitu sebesar 10.500 mg. Apabila berat kombucha dianggap mendekati 1. Maka berat volume dapat dihitung sebesar kurang lebih 10.500 mL atau sekitar 10 Liter. Namun Bobot jenis Kombucha biasanya kurang dari 1. Sehingga jumlah yang dapat dikonsumsi adalah kurang dari 10 liter. Dengan jumlah konsumsi kombucha sebanyak itu, maka sebaiknya penggunaan kombucha perlu diperhatikan terutama untuk beberapa orang seperti Ibu hamil dan menyusui. Kombucha juga diketahui memiliki kandungan alcohol yang cukup tinggi, sehingga apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak dalam waktu 1 hari dan jangka Panjang maka akan dapat terjadi reaksi alergi, asidosis, dan komplikasi pada organ hati. Itulah mengapa penggunaan produk bahan alam tidak bisa digunakan sebagai obat dengan efek cepat. Sebaiknya pemanfaatan kombucha harus digunakan sebagai minuman Kesehatan dalam jumlah terbatas namun digunakan sering untuk pemeliharaan karena apapun yang berlebihan pasti tidak baik.

 

Pustaka

[1] Bishop, Peyton, Eric R. Pitts, Drew Budner, and Katherine A. Thompson-Witrick. “Kombucha: Biochemical and Microbiological Impacts on the Chemical and Flavor Profile.” Food Chemistry Advances 1 (October 1, 2022): 100025. https://doi.org/10.1016/j.focha.2022.100025.

[2] Permatasari, Happy Kurnia, Novi Khila Firani, Bambang Prijadi, Dicky Faizal Irnandi, Wibi Riawan, Muhammad Yusuf, Nasim Amar, et al. “Kombucha Drink Enriched with Sea Grapes (Caulerpa Racemosa) as Potential Functional Beverage to Contrast Obesity: An in Vivo and in Vitro Approach.” Clinical Nutrition ESPEN 49 (June 1, 2022): 232–40. https://doi.org/10.1016/j.clnesp.2022.04.015.

[3] Watawana MI, Jayawardena N, Gunawardhana CB, Waisundara VY. Health, wellness, and safety aspects of the consumption of kombucha. J Chem 2015. https://doi.org/10.1155/2015/591869.

[4] Crum, H., & LaGory, A. (2016). The big book of Kombucha: Brewing, flavoring, and enjoying the health benefits of fermented tea. North Adams, MA: Storey Publishing.
[5] Klein J, Verlaque M. The Caulerpa racemosa invasion: a critical review. Mar Pollut Bull 2008;56(2):205e25. https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2007.09.043.

[6] Jumsurizal, Jumsurizal, Aidil Fadli Ilhamdy, Anggi Anggi, and Astika Astika. “Karakteristik Kimia Rumput Laut Hijau (Caulerpa racemosa & Caulerpa taxifolia) dari Laut Natuna, Kepulauan Riau, Indonesia.” Akuatika Indonesia 6, no. 1 (May 15, 2021): 19. https://doi.org/10.24198/jaki.v6i1.30008.

[7] Ramakrishnan AR, Mala K & Prakasam A. (2015). Phytochemical analysis of marine macroalga Caulerpa racemosa (J. Agardh) (ChlorophytaCaulerpales) from Tirunelveli District, Tamilnandu, India. Journal of Global Biosciences. 4, (8), 3055-3067.

Salam : si bumbu dapur dengan segudang manfaat

Obat Alami untuk Indonesia Thursday, 29 December 2022

Oleh Nurlely

Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM

Prodi Pendidikan Profesi Apoteker, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat 

         Siapa yang tidak kenal dengan salam, atau dengan nama latin Syzygium polyanthum atau Eugenia polyantha, memang banyak sekali digunakan untuk menambah aroma masakan terutama daunnya. Tanaman ini sangat mudah ditemukan di pasar baik yang sudah kering ataupun yang masih segar. Tidak hanya untuk menambah aroma dalam masakan, tanaman ini juga bisa digunakan untuk memelihara kesehatan, mengobati penyakit bahkan dapat mengawetkan ikan bandeng (1). Sebenarnya tanaman ini tidak hanya memiliki manfaat pada daun, tetapi kulit batang, akar dan juga buahnya telah diteliti secara ilmiah memiliki efek untuk mengobat berbagai penyakit. Pada artikel ini akan kita bahas manfaat apa saja yang ada pada salam serta kandungannya yang mendukung tanaman memiliki segudang manfaat. Tidak ketinggalan juga bagaimana mengolah daun salam ini sesuai khasiatnya agar kandungan aktif dalam tanaman ini tidak hilang.

            Syzygium polyanthum atau salam merupakan jenis tumbuhan yang banyak tersebar terutama di daerah Asia Selatan: Nepal, Sri Lanka, Pakistan dan India. Selain itu di Asia Tenggara tanaman ini mudah ditemukan di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapura serta beberapa tempat lainnya (2, 3). Tanaman ini termasuk ke dalam famili Myrtaceae dimana daun dari famili memiliki sifat berserabut kayu dan memiliki kanlenjar minyak atau bisa kita sebut mengandung minyak atsiri (2).

            Salam merupakan pohon besar yang memiliki kulit batang tebal warna batang coklat keabuan dan tumbuh pada ketinggian sekitar 5 sampai 10 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini memiliki jenis bunga banci dengan 4-5 daun kelopak dengan jumlah daun mahkota yang sama dan benang sari yang cukup banyak. Bentuk daun salam biasanya lonjong sampai elips dimana ujungnya tumpul dengan panjang 50-150 mm, lebar 35-65 mm dengan 6-10 urat daun lateral. Tangkai daun salam juga memiliki panjang 5-12 mm (2, 4). Buah salam yang mengandung biji berbentuk lonjong dengan panjang 0,5-3,5 cm dengan warna hitam sampai ungu tua. Buah ini memiliki bau sedikit asam dengan rasa asam menjadikan ciri khas dari tanaman ini (5)

Gambar 1. Salam (Syzygium polyanthum) A. Seluruh tanaman B. Daun C. Bunga D. Buah yang belum matang E. Buah matang (6)

           Daun salam memiliki kandungan kimia yaitu minyak esensial sitral dan eugenol, tannin, flavonoid, fenol, asam fenolat, seskuiterfenoid’ aldehid dan lakton. Senyawa fenol yang terdapat dalam daun ini adalah asam kafeat, asam galat, 4-allyl-1,2-dihidroksibenzen (hidroksikavikol). Pada buah yang masih belum matang terdapat kandungan karbohidrat, tannin, alkaloid, steroid, triterpenoid dan juga flavonoid. Selain itu pada buah matang mengandung saponin, karbohidrat, tannin, alkaloid, triterpenoid dan flavonoid.  Pada kulit batang salam juga dapat dijadikan sebagai antibakteri dengan kandungan tannin yang dikandungnya (6-8).

 

Antioksidan

            Daun salam memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang cukup tinggi dengan menggunakan beberapa uji antioksidan seperti DPPH radical scavenging test, ferric ion test, reducing power test, linoleic acid bleaching assay, FRAP dan ABTS assays. Selain daun, bagian tanaman lain dari salam seperti buah yang matang ataupun yang tidak matang serta kulit batang diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Pengujian ini digunakan dengan berbagai pelarut seperti etanol, air, etilasetat, diklorometan dan juga air. (6, 9).

 

Antidiabetes

            Penelitian membuktikan daun salam dapat menurunkan kadar gula darah dengan menghambat alfa glucosidase yaitu enzim yang berperan dalam mengurangi penyerapan karbohidrat pada makanan oleh usus sehingga kadar gula dalam darah akan menurun. Hal ini diduga dengan adanya kandungan myricetin-3-O-rhamnoside (myricitrin) and epigallocatechin-3-gallate (EGCG) yang berperan dalam aktivitas ini. Dengan uji in silico juga didapatkan bahwa kandungan yang terdapat dalam daun salam ini memiliki energi ikatan yang sebanding dengan acarbose yang merupakan obat diabetes yang beredar di pasaran (10)

 

Antibakteri dan antijamur

            Ekstrak daun salam memiliki kemampuan sebagai antibakteri khususnya bakteri bawaan makanan seperti Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Vibrio cholerae. Pada buah anggur juga diujikan bagaimana pertumbuhan bakteri-bakteri ini ketika diberikan ekstrak daun salam dimana terjadi penuruna dari jumlah bakteri yang terdapat apda buah anggur. Hal ini menunjukkan tidak hanya pada Kesehatan, daun salam juga dapat dijadikan sanitizer alami pada buah anggur (11). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa tidak hanya daun, buah yang masak dan tidak masak dari salam juga memiliki sifat anti jamur pada Candida albicans yang dapat menyerang saluran pencernaan, mulut dan juga vagina (6).

 

Antihipertensi

            Dekok daun salam atau yang lebih dikenal dengan ekstrak air daun salam telah terbukti secara ilmiah juga dapat menurunkan tekanan darah. Kandungan utama asam galat yang merupakan senyawa fenolik utama memiliki kontribusi utama dalam menurunkan tekanan darah sistolik setelah 3 minggu pemberian esktrak air dari daun salam (12).

 

Antiinflamasi dan Rheumatoid Artritis

          Kulit batang salam juga memiliki efek sebagai antiinflamasi dimana bagian ini memiliki kandungan stigmasterol, 8-hydroxy-6-methoxy-3-pentylisocoumarin, 3,3’-di-O-methylellagic acid, metilgalat, asiatic acid, arjunolic acid dan daucosterol. (13). Selain pada kulit batang, ekstrak etanol 70% juga memiliki khasiat antiinflamasi dan terbukti dapat mengobati rheumatoid artritis dengan menurunkan skor kaki hewan uji yang mengalami artritis. Aktivitas ini diduga dengan adanya kandungan flavonoid, saponin, tannin dan essential oils di dalam daun salam (14)

 

Antidiare

            Ekstrak etanol daun salam juga dibuktikan memiliki aktivitas sebagai antidiare pada hewan uji yang diinduksi dengan minyak jarak. Potensi ekstrak sebanding degan obat yang telah beredar di pasaran yaitu loperamide. Aktivitas ini diduga dengan kandungan tannin, flavonoid, 10-epigazanioplid, gazaniolid, spirafolida, costunolid, reinosin dan santamarin yang dapat mengobati diare (15)

 

Antihiperurisemia

            Rebusan air daun salam dibuktikan dapat menurunkan kadar asam urat. Dimana pada pengujian toksisitas juga dihasilkan aman baik uji toksisitas akut dan sub akut. Hal ini juga diperkuat dengan beberapa kandungan yang terdapat di dalam daun ini seperti saponin, selenium, lakton, sitral, triterpenoid, fenol, lakton, karbohidrat dan beberapa vitamin (16).

 

Pengawet ikan alami

            Satu manfaat penggunaan salam selain untuk kesehatan, tanaman ini ternyata juga dapat digunakan dalam mengawetkan ikan bandeng. Pencelupan ikan bandeng dengan ekstrak etanol 20% daun salam mampu mempertahankan pH rata-rata ikan bandeng 6,25-6,52 sehingga dapat mengahmbat pembusukan. Selain itu totgal koloni bakteri pemeriksaan mengalami penurunan yang sangat signifikan terutama pada ekstrak etanol 20%. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun salam tidak hanya mengobati berbagai penyakit tetapi juga dapat digunakan untuk mengawetkan ikan bandeng (1)

 

            Berdasarkan khasiat dan kandungan yang ada pada salam, ternyata salam tidak hanya digunakan sebagai bumbu dapur untuk menambah aroma masakan tetapi juga memiliki segudang manfaat untuk menjaga kesehatan dan juga dapat dijadikan pengawet alami pada ikan bandeng. Untuk tetap menjaga kandungan aktif yang terdapat di salam, maka juga perlu diperhatikan cara pengolahan terutama daun salam. Karena daun salam mengandung banyak minyak esensial maka perlu diperhatikan waktu pengambilan yakni terutama di pagi hari dan juga dapat dipetik pada daun yang masih muda. Hal ini dikarenakan minyak esensial memiliki kandungan yang cukup tinggi di waktu pagi hari. Dengan banyaknya khasiat salam, maka mari kita budayakan hidup sehat dengan memanfaatkan tumbuhan khas Indonesia. Salam Sehat !

PUSTAKA

  1. Yanestria SM, Rahayu A, Chrystin Rambu Uru B, Yoppy Ro Chandra A. Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha, Weight.) sebagai Pengawet Alami pada Ikan Bandeng (Chanos chanos). Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan. 2020;11(2):127-34.
  2. Mahmoud Dogara A. Review of Ethnopharmacology, Morpho-Anatomy, Biological Evaluation and Chemical Composition of Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Plant Science Today. 2022;9(1):167–77.
  3. Pratama BP, Pranoto Y, Swasono RT. Effect of Drying Time and Temperature to the Chemical Properties and Enzymatic Activities Related to the β-ocimene Production in Syzygium polyanthum Leaves. Trends in Sciences. 2022;19(23).
  4. Tasya Putri Atma Utami DWS. Uji Efektivitas Daun Salam (Syzygium Polyantha) Sebagai Antihipertensi Pada Tikus Galur Wistar. Medical Journal of Lampung University. 2017;6(1).
  5. Raman V, Bussmann RW, Khan IA. Which Bay Leaf is in Your Spice Rack? – A Quality Control Study. Planta medica. 2017;83(12-13):1058-67.
  6. Azlini I, Wan Amir Nizam Wan A. Syzygium polyanthum (Wight) Walp: A Potential Phytomedicine. Pharmacognosy Journal. 2019;11(2).
  7. Mawan AR, Indriwati SE, Suhadi S. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Salam (Syzygium Polyanthum) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. BIOEDUKASI. 2017(1):8-13%V 5.
  8. Rochmat A, Aditya G, Kusmayanti N, Kustiningsih I, Hariri A, Rezaldi F. Invitro Activity and Docking Approach In Silico Leaf Extract Syzygium polyanthum (Wight) Walp. as a Salmonella typhi Inhibitor. Trends in Sciences. 2022;19(16).
  9. Mutia Devi Hidayati TE, Kuniyoshi Shimizu, Sri Fatmawati. Antioxidant Activity of Syzygium polyanthum Extracts. indonesia journal of chemistry. 2017;17(1).
  10. Syabana MA, Yuliana ND, Batubara I, Fardiaz D. α-glucosidase inhibitors from Syzygium polyanthum (Wight) Walp leaves as revealed by metabolomics and in silico approaches. Journal of ethnopharmacology. 2022;282:114618.
  11. Ramli S, Radu S, Shaari K, Rukayadi Y. Antibacterial Activity of Ethanolic Extract of Syzygium polyanthum L. (Salam) Leaves against Foodborne Pathogens and Application as Food Sanitizer. BioMed research international. 2017;9024246(10):19.
  12. Azlini I, Nurul Syahida R, Mahaneem M, Wan Amir Nizam Wan A. Acute and Sub-Acute Antihypertensive Effects of Syzygium polyanthum Leaf Extracts with Determination of Gallic Acid using HPLC Analysis. Pharmacognosy Journal. 2018;10(4).
  13. Sabandar C, Jalil J, Ahmat N, Aladdin N-A, Khairunissa N, Sahidin S. Anti-Inflammatory and Antioxidant Activity of Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Sains Malaysiana. 2022;51:1475-85.
  14. Amirah S, Wati A, Putra B, Alani F. Aktivitas Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai Antirheumatoid Artritis pada Tikus yang Diinduksi Complete Freund’s Adjuvants (CFA): Antirheumatoid Arthritis Activity of Salam (Syzygium polyanthum) Leaf Extract to Mice Induced by Complete Freund’s Adjuvants (CFA). Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal). 2020;6:77-83.
  15. Malik A, Ahmad A. Antidiarrheal activity of etanolic extract of bay leaves. (Syzygium polyanthum [wight.] Walp.). IRJP. 2013;2013:106-8.
  16. Darussalam M, Rukmi D. The Role Of Boiled Water Of Syzygium Polyanthum Leaves In Decreasing Hyperuricemia Levels2019.

Biji Pala, Si Bumbu Penyedap Makanan dan Obat Herbal Berkhasiat

Obat Alami untuk Indonesia Wednesday, 28 December 2022

Oleh Novi Ayuwardani

Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bahkti Husada Mulia

      Biji pala (nutmeg) berasal buah pohon pala (Myristica fragrans Houtt) yang termasuk dalam tanaman rempah. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala merupakan tanaman asli Indonesia dan tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika. Daerah penghasil utama pala di Indonesia adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa Barat dan Papua. Indonesia merupakan negara pengekspor biji pala dan fuli terbesar di pasaran dunia (sekitar 60%). Permintaan ekspor bagian pala yang terbesar adalah biji pala kering (nutmeg in shell dan nutmeg shelled), fuli (mace) dan minyak pala (essential oil of nutmegs). Setiap bagian dari tanaman pala dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi, masyarakat mengolah pala dalam bentuk produk olahan makanan, minuman maupun hingga pengobatan herbal. Pala juga mudah didapatkan di pasar tradisional maupun modern, dalam bentuk biji maupun dalam bentuk serbuk [1].

       Biji pala berbentuk tunggal, berkeping dua, dilidungi oleh tempurung, meski tidak tebal tapi tempurung biji pala cukup keras. Biji pala berbentuk bulat telur hingga lonjong, mempunyai tempurung berwarna coklat tua dan permukaan yang licin bila sudah cukup tua dan kering [1]. Biji pala dikenal sebagai bumbu dapur sebagai penyedap makanan yang telah digunakan berabad-abad diseluruh dunia. Pemakaian biji pala dalam masakan dilakukan dengan diparut atau dihaluskan dalam jumlah yang sedikit. Biji pala digunakan sebagai pemberi aroma harum dan penguat rasa, serta cenderung memberikan rasa pedas atau menghangatkan seperti pada gulai, kari, semur daging, roti, puding, wedang dan minuman penyegar [2]. Sehingga biji pala telah luas dikenal sebagai rempah – rempah asli Indonesia yang utamanya memiliki manfaat penguat cita rasa masakan, bumbu dan penyedap dalam beberapa produk olahan makanan dan minuman.

Gambar 1. Identifikasi Morfologi Myristica fragrans Houtt. (a) Pohon muda; (b) daun tanaman; (c) buah; (d) benih; (e) kulit buah; (f) kernel (pala); (g) gada (aril); (h) bubuk fuli yang dihaluskan; dan (i) minyak atsiri dari fuli [3]
Gambar 1. Identifikasi Morfologi Myristica fragrans Houtt. (a) Pohon muda; (b) daun tanaman; (c) buah; (d) benih; (e) kulit buah; (f) kernel (pala); (g) gada (aril); (h) bubuk fuli yang dihaluskan; dan (i) minyak atsiri dari fuli [3]

        Sebanyak 25% – 30% minyak lemak yang terkandung dalam biji pala yakni asam miristat, asam stearat, asam palmitat, asam oleat, asam linoleat, asam laurat dan terdapat 10% minyak esensial. Minyak esensial yang terkandung diantaranya sabinene, b-pinene, apinene, terpinen-4-ol, myristicin, limonene, eterpinene, (Z)-p-menth-2-en-1-ol, isoeugenol, elemicin, (E)-p-menth-2-en-1-ol, myrcene, a-phellandrene, p-cymene, terpinolene and linalool [4]. Dalam ekstrak n-hexane terdapat 23 senyawa fitokimia yang diidentiifkasi dengan GC-MS, menunjukkan kandungan senyawa tertinggi adalah benzene, 1, 2, 3-trimethoxy-5-(2-propenyl) atau elemicin (24.44%), kemudian tetradecanoic acid atau asam miristat (22.25%) [5]. Senyawa fitokimia yang terkandung dalam essensial oil dari negara penghasil biji pala memiliki perbedaan senyawa penyusun. Essensial oil biji pala yang berasal dari Indonesia (Jawa Barat) memiliki senyawa fitokimia penyusun Sabinene (21.4%), α-pinene (10.2%), myristicin (10.6%), 4-terpineol (13.9%), safrole (4.3%), γ-terpinene (4.0%) [6]. Dalam studi lain menyampaikan, senyawa penyusun yakni minyak atsiri yang diekstraksi dari biji pala umumnya digunakan sebagai bahan penyedap dalam industri makanan, bahan pengharum dalam kosmetik dan memiliki efektivitas sebagai alternatif pengobatan yang dibuktikan dalam penelitian.

    Biji pala dapat dimanfaatkan dalam bentuk produk kosmetik. Dalam industri kosmetik, biji pala dimanfaatkan dalam pembuatan sabun mandi dengan bahan dasar minyak trimiristin. Sabun dengan kandungan trimiristin dapat digunakan sebagai antioksidan, analgesik, antifungi, anti inflammasi dan antibakteri, serta sebagai pemutih (whitening agent) [7]. Sifat fisik trimiristin adalah berupa serbuk berwarna putih, tidak larut dalam air, larut dalam minyak dan dapat mencair pada suhu 45°C. Kandungan trimiristin ini cocok dengan tubuh manusia karena termasuk dalam lemak jenuh yang memiliki sifat yang stabil dan tidak dirusak oleh reaksi oksidasi. Kandungan trimiristin dalam lemak biji pala jauh lebih tinggi dibandingkan dengan minyak kelapa, minyak inti sawit, dan minyak babassu [8]. Mikroemulsi minyak biji pala juga menunjukkan aktivitas tabir surya dengan nilai SPF 9,3. Minyak biji pala diketahui melindungi kulit dari peradangan sinar UV dengan menghambat interleukin-6 dan COX-2 [9].

        Selain dimanfaatkan dalam industri kosmetik, biji pala juga telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional di masyarakat untuk mengatasi gangguan perut, seperti perut kembung dan diare hingga gangguan ginjal. Biji pala mengandung minyak lemak, minyak atsiri, triterpen, dan berbagai jenis senyawa fenolik yang memiliki aktivitas biologis dalam pengobatan tradisional [10]. Jumlah minyak atsiri yang diekstraksi dengan distilasi uap berkisar antara 4% dan 16% dan terdiri dari 80–90% monoterpene hidrokarbon. Minyak atsiri yakni myristicin, eugenol, elemicin, dan safrol sebagai senyawa bioaktif memiliki aktivitas hepatoprotektif, antikanker, antibakteri (K. pneumonia and S. aureus) [5], antijamur (Aspergillus niger, Trichophyton rubrum, Penicillium chrysogenum, Candida tropicalis, Aspergillus flavus) [5] dan antitumor yang tinggi [5]. Eugenol adalah senyawa fenolik dan digunakan sebagai over-the-counter (OTC) anestesi untuk sakit gigi, aktivitas antijamur dan antiinflamasi [11].

    Dalam studi lain, biji pala juga memiliki aktivitas antidiabetik, antiinflamasi, antidepresan dan kardioprotektif. Aktivitas antidiabetik dari ekstrak petroleum pala 200 mg/kgBB menunjukkan adanya penurunan gula darah yang signifikan dengan model tikus diabetes mellitus yang diberikan aloksan. Efek hipoglikemik pala dikaitkan dengan kemampuannya untuk meningkatkan insulin sensitivitas dan peningkatan gangguan metabolisme lipid dengan mengaktifkan peroksisom [12]. Ekstrak n-hexane dari biji pala dosis 10 mg/kgBB menunjukkan efek antidepresan yang ditunjukkan dengan perbaikan perilaku dari hewan uji dengan model depresi [13]. Biji pala mampu menurunkan trigliserida dan kolesterol serum. Aktivitas penurunan enzim hati (ALT, ASP, dan ALP) menunjukkan bahwa biji pala menunjukkan aktivitas hepatoprotektif, yang memodulasi enzim hati dan melindungi jaringan hati terhadap stres fisiologis [14].

Kesimpulan

Biji pala merupakan tanaman rempah asli Indonesia yang telah banyak diekspor dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Biji pala yang dimanfaatkan adalah dalam bentuk biji pala kering, serbuk biji pala atau minyak biji pala. Biji pala secara luas digunakan sebagai rempah dan penyedap makanan karena memberikan aroma harum dan penguat rasa pada masakan, serta cenderung memberikan rasa pedas atau menghangatkan. Selain itu, biji pala memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektif, antikanker, antibakteri, antijamur, antitumor, antioksidan, antidiabetik, antiinflamasi, antidepresan dan kardioprotektif.

Pustaka

[1]      N. Nurdjanah, Teknologi pengolahan pala / oleh, Nanan Nurdjanah | OPAC Perpustakaan Nasional RI. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007. Accessed: Oct. 25, 2022. [Online]. Available: https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=582449

[2]    A. P. Lestari, “Fungsi Pala dalam Masakan, Penguat Aroma hingga Penyedap Makanan – Food Fimela.com.” https://www.fimela.com/food/read/3874741/fungsi-pala-dalam-masakan-penguat-aroma-hingga-penyedap-makanan (accessed Dec. 15, 2022).

[3]      K. Ashokkumar, J. Simal-Gandara, M. Murugan, M. K. Dhanya, and A. Pandian, “Nutmeg (Myristica fragrans Houtt.) essential oil: A review on its composition, biological, and pharmacological activities,” Phytother. Res., vol. 36, no. 7, pp. 2839–2851, Jul. 2022, doi: 10.1002/PTR.7491.

[4]    E. Gupta, “Elucidating the Phytochemical and Pharmacological Potential of Myristica fragrans (Nutmeg),” Ethnopharmacol. Investig. Indian Spices, pp. 52–61, Jan. 2020, doi: 10.4018/978-1-7998-2524-1.CH004.

[5]      W. H. Al-Qahtani et al., “Phyto-chemical and biological activity of Myristica fragrans, an ayurvedic medicinal plant in Southern India and its ingredient analysis,” vol. 29, no. 5, pp. 3815–3821, May 2022, doi: 10.1016/J.SJBS.2022.02.043.

[6]     Muchtaridi, A. Subarnas, A. Apriyantono, and R. Mustarichie, “Identification of Compounds in the Essential Oil of Nutmeg Seeds (Myristica fragrans Houtt.) That Inhibit Locomotor Activity in Mice,” Int. J. Mol. Sci., vol. 11, no. 11, p. 4771, Nov. 2010, doi: 10.3390/IJMS11114771.

[7]    S. Idrus et al., “Isolasi Trimiristin Minyak Pala Banda Serta Pemanfaatannya Sebagai Bahan Aktif Sabun,” J. Ind. Res. (Jurnal Ris. Ind., vol. 8, no. 1, Apr. 2015, Accessed: Dec. 15, 2022.

[8]      M. A. M. A’MUN, “Karakteristik Minyak Dan Isolasi Trimiristin Biji Pala Papua (Myristica Argentea),” J. Penelit. Tanam. Ind., vol. 19, no. 2, pp. 72–77, Jun. 2020, doi: 10.21082/jlittri.v19n2.2013.72-77.

[9]     I. N. Khafifa, A. Shabrina, F. Rochman, and U. M. Magelang, “Stability And Sunscreen Activity Of Nutmeg Seed Oil Emulgel With Carbopol 940 Variation As Gel Base,” J. Farm. Sains dan Prakt., vol. 8, no. 2, pp. 145–154, Jun. 2022, doi: 10.31603/PHARMACY.V8I2.6085.

[10]    E. A. Abourashed and A. T. El-Alfy, “Chemical diversity and pharmacological significance of the secondary metabolites of nutmeg (Myristica fragrans Houtt.),” Phytochem. Rev., vol. 15, no. 6, p. 1035, Dec. 2016, doi: 10.1007/S11101-016-9469-X.

[11]    M. A. Uddin, M. Shahinuzzaman, M. S. Rana, and Z. Yaakob, “Study Of Chemical Composition And Medicinal Properties Of Volatile Oil From Clove Buds (Eugenia Caryophyllus) | International Journal Of Pharmaceutical Sciences And Research,” International Journal Of Pharmaceutical Sciences And Research, 2017. https://ijpsr.com/bft-article/study-of-chemical-composition-and-medicinal-properties-of-volatile-oil-from-clove-buds-eugenia-caryophyllus/ (accessed Dec. 15, 2022).

[12]    A. Pashapoor, S. Mashhadyrafie, and P. Mortazavi, “Ameliorative effect of Myristica fragrans (nutmeg) extract on oxidative status and histology of pancreas in alloxan induced diabetic rats,” Folia Morphol. (Warsz)., vol. 79, no. 1, pp. 113–119, Mar. 2020, doi: 10.5603/FM.A2019.0052.

[13]    N. Iwata et al., “Mechanisms and Safety of Antidepressant-Like Effect of Nutmeg in Mice,” Biol. Pharm. Bull., vol. 45, no. 6, pp. 738–742, Jun. 2022, doi: 10.1248/BPB.B21-01059.

[14]  G. Rashidian et al., “The Dietary Effects of Nutmeg (Myristica fragrans) Extract on Growth, Hematological Parameters, Immunity, Antioxidant Status, and Disease Resistance of Common Carp (Cyprinus carpio) against Aeromonas hydrophila,” J. Mar. Sci. Eng. 2022, Vol. 10, Page 325, vol. 10, no. 3, p. 325, Feb. 2022, doi: 10.3390/JMSE10030325.

Sirih Merah, Tanaman Hias Berkhasiat Obat

Obat Alami untuk Indonesia Monday, 26 December 2022

Oleh Yuvianti Dwi Franyoto

Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi UGM

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

Gambar 1. Tanaman Sirih Merah (Sumber: https://www.dictio.id)

      Sirih merah (Piper crocatum) ditanam sebagai tanaman hias karena memiliki memiliki bentuk dan warna yang sangat menarik. Bentuk daunnya mirip dengan hati dengan corak pada bagian atas putih keabu-abuan dan mengkilap, serta pada bagian bawah daun berwarna merah terang. Daunnya bertangkai membentuk jantung hati dan bagian ujung daun meruncing. Permukaan daun mengkilap dan tidak merata. Tanaman sirih merah tumbuh merambat di pagar atau pohon, memiliki batang bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Selain bentuk daunnya yang cantik, ternyata daun sirih merah memiliki bermacam-macam khasiat yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan.

    Sirih merah merupakan salah satu obat tradisional Indonesia. Sejak zaman dahulu, tanaman sirih merah telah dikenal memiliki berbagai khasiat obat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Masyarakat biasanya menggunakan daun sirih merah sebagai bahan obat untuk mengobati berbagai penyakit seperti batuk, asma, radang hidung, dan radang tenggorokan.

 Adapun manfaat daun sirih merah diantaranya:

  1. Menurunkan glukosa darah

       Naiknya kadar gula dalam darah selalu dikaitkan dengan penyakit diabetes. Dalam keadaan normal, kadar gula darah puasa orang dewasa adalah kurang dari 100 mg/dl. Pada prediabetes, kadar gula darah puasa mengalami kenaikan dan bisa mencapai 100–125 mg/dl. Jika kadar gula darah puasa sudah lebih dari 125 mg/dl, maka seseorang sudah dikatakan mengidap penyakit diabetes. Penelitian dari membuktikan bahwa ekstrak daun sirih merah dapat menurunkan kadar glukosa darah[1] pada mencit jantan yang diinduksi sukrosa dengan dosis 2,8 mg/kg BB mencit[2]. Penelitian lain juga menyebutkan ada pengaruh pemberian rebusan daun sirih merah (Piper Crocatum) terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Babungo Kabupaten Solok Tahun 2020[3].

        2. Antioksidan

      Antioksidan adalah senyawa yang dapat menetralisir radikal bebas dan menghambat oksidasi sehingga tubuh terlindungi dari berbagai macam penyakit degeneratif dan kanker. Antioksidan diperlukan karena tubuh manusia tidak memiliki sistem pertahanan antioksidan yang cukup. Apabila terjadi paparan radikal bebas yang berlebihan, tubuh membutuhkan suplai antioksidan yang berasal dari luar (eksogen). Daun sirih merah merupakan salah satu antioksidan[4,5]. Potensi antioksidan pada ekstrak terpurifikasi daun sirih merah termasuk kuat dengan konsentrasi efektif (IC50) sebesar 53.91 ppm[6].

        3. Antibakteri

       Pada dasarnya, bakteri terbagi dalam dua jenis, yaitu bakteri baik dan bakteri jahat. Keberadaan bakteri baik dalam tubuh diketahui bermanfaat untuk kesehatan. Sebaliknya, keberadaan bakteri jahat dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.

       Salah satu bakteri jahat penyebab penyakit demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Adapun gejala yang mungkin timbul pada demam tifoid adalah demam yang meningkat setiap hari hingga mencapai 39-40℃, sakit kepala, lemah dan lelah, gangguan pencernaan, seperti diare atau sembelit, sakit perut, hilang nafsu makan, mual dan muntah. Ekstrak terpurifikasi daun sirih merah terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi, dimana dengan konsentrasi terkecil yakni 62,2 μg/ml menghasilkan zona hambat sebesar 4,83 mm[7].

        Escherichia coli adalah sejenis bakteri yang umum ditemukan di dalam usus manusia yang sehat, namun Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit diare atau infeksi saluran pencernaan. Kondisi ini disebabkan oleh makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri tersebut. daun sirih merah memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli yang ditunjukkan oleh fraksi n-heksan 1000 ppm dengan zona hambat 2,40 mm ± 0,14[8].

       4. Penyembuh luka

       Luka pada kulit disebabkan oleh berbagai kondisi seperti luka tusukan, luka gores, ataupun luka tertutup yang disebabkan oleh benturan benda tumpul. Perawatan luka bertujuan agar tidak terjadi infeksi. Pemanfaatan herbal tertentu dapat membantu proses penyembuhan luka, salah satunya menggunakan daun sirih merah. Salep ekstrak daun sirih merah telah terbukti membantu penyembuhan luka insisi pada tikus putih[9]. Selain itu terdapat pengaruh pemberian rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) yang signifikan terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum di Desa Tanjung Ja Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat[10].

       5. Mengatasi keputihan

      Keputihan terjadi saat keluarnya cairan atau lendir dari vagina dan leher rahim. Keputihan merupakan cara alami tubuh dalam mencegah infeksi serta menjaga kebersihan vagina. Namun, bahaya keputihan bisa menghantui jika lendir yang keluar dari vagina tidak normal dan disertai gejala lain. Sementara keputihan abnormal atau disebut keputihan patologis umumnya terjadi akibat infeksi oleh bakteri, virus, jamur atau parasit. Jika keputihan sudah dalam kondisi yang tidak wajar, akan ditandai oleh beberapa hal seperti: menimbulkan rasa gatal di dalam vagina dan sekitar bibir vagina bagian luar, cairan berwarna kuning atau hijau, mengeluarkan bau tidak sedap, konsistensinya lebih kental. Pemberian daun sirih merah ternyata mampu mengatasi keputihan patologis/abnormal pada remaja putri[11].

       6. Antiinflamasi

      Inflamasi atau peradangan dapat terjadi pada manusia karena cedera atau infeksi. Inflamasi merupakan mekanisme tubuh ketika sel darah putih dalam tubuh melindungi diri dari berbagai infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Radang atau inflamasi juga merupakan respons pertama dari sistem imun terhadap iritasi atau infeksi kuman yang ditandai oleh beberapa gejala yaitu bengkak (tumor), nyeri (dolor), panas (calor), dan daya gerak berkurang (functio laesa). Obat–obat antiinflamasi baik obat sintetis maupun obat herbal diperlukan untuk menekan atau mengurangi peradangan. Salah satu obat herbal yang memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi adalah daun sirih merah[12].

    Cara menanam sirih merah di rumah tergolong cukup mudah. Sirih merah dapat ditanam dengan beberapa yakni teknik stek, merunduk, dan stek air. Dalam pertumbuhannya, sirih merah membutuhkan tanaman atau alat penyangga agar dapat merambat ke atas. Tanaman muda membutuhkan air dalam jumlah cukup. Oleh karena itu penanaman menjelang musim hujan sangat tepat. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, dan pemupukan. Panen daun sirih merah dapat dilakukan ketika tanaman berumur satu tahun.

      Penggunaan daun sirih merah di masyarakat biasanya dengan cara meminum air rebusan, menumbuk dan menempelkan pada bagian yang sakit atau pun mengunyah daun sirih merah secara langsung. Walaupun memiliki berbagai khasiat, penggunaan daun sirih merah pada wanita hamil, ibu menyusui dan anak-anak masih perlu pemantauan secara khusus.

Kesimpulan

Tanaman sirih merah dapat berkhasiat sebagai alternatif pengobatan secara tradisional.

Pustaka

[1] Safithri M., Fahma F., Potency of Piper crocatum decoction as antihyperglycemic in rat strain sprague dawley. Journal of Biosciences, Pp: 15 (1): 45-8, 2008.

[2] Saputra M.R, Yuniarti E dan Sumarmin R., “Pengaruh Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Glukosa Darah Mencit (Mus Musculus L.) Jantan Yang Diinduksi Sukrosa”, EKSAKTA Vol. 19 No. 1, 2018.

[3] Arman.   E,   Harmawati,   Gusli. E., Pengaruh Rebusan   Daun   Sirih   Merah   (Piper Crocatum) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus   Tipe   II. Jurnal Stikes Syedza Saintika. 2019

[4] Lister, I. N. E.,  Ginting, C. N.,  Girsang, E.,  Armansyah, A., Marpaung, H. H., Sinaga, A. P. F.,  Handayani, Rr. A. S. ;  Rizal, R. “Antioxidant properties of red betel (Piper crocatum) leaf extract and its compounds.”  Journal of Natural Remedies Vol.19 No.4 pp.198-205, 2019.

[5] Safithri, Mega, Nur Faridah, Didah, Ramadani, Fitri and Pratama, Rahadian. “Antioxidant activity of ethanol extract and fractions of Piper crocatum with Rancimat and cuprac methods” Turkish Journal of Biochemistry, 2022.

[6] Januarti I.B., Wijayanti R., Sri Wahyuningsih dan Nisa Z., “Potensi Ekstrak Terpurifikasi Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &Pav) Sebagai Antioksidan Dan Antibakteri”, Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2019.

[7] Mangesa R., Irsan, “Efektifitas Fraksi Aktif Metanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Yang Berpotensi Sebagai Antibakteri salmonellas Typhi”, Uniqbu Journal of Exact Sciences, Vol.1 No.2, Pp 40-45, 2020.

[8] Chairunisa F, Safithri M, Bintang M. Antibacterial Activity of Ethanol Extract of Red Betel Leaves (Piper crocatum) and Its Fractions against Escherichia coli pBR322. Current Biochemistry. Vol 10; N 9(1):Pp 1-5, 2022.

[9] Widyawati R, Kasy F, Yunani R, Pratama J. Efektivitas salep ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap luka insisi pada tikus putih (Rattus norvegicus). Jurnal VITEK : Bidang Kedokteran Hewan . Vol.11 No.2, 2021.

[10] Siagian NA, Wahyuni ES, Ariani P, Manalu AB. “The Effect of Giving Red Betel Leaves (Piper Crocatum) on Healing of Perineum Woes in Postpartum Women in Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.” J Keskom. 2021

[11] Wulan S., “Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Sirih Merah Terhadap Keputihan Patologis Pada Remaja Putri“, Jurnal Penelitian Kebidanan & Kespro, Vol.1 No.2, 2019.

[12] Laksmitawati, D. R., A. Widyastuti, N. Karami, E. Afifah, D. D. Rihibiha, H. Nufus, and W. Widowati. “Anti-Inflammatory Effects of Anredera Cordifolia and Piper Crocatum Extracts on Lipopolysaccharide-Stimulated Macrophage Cell Line”. Bangladesh Journal of Pharmacology, vol. 12, no. 1, pp. 35-40, 2017.

12345…7

Terkini

  • Kaki Terasa Sakit Saat Berjalan: Bisa Jadi Tanda Penyakit Arteri Perifer
  • Kenali Kandungan Kosmetik yang aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui
  • Revitalisasi Herbal Indonesia: Menjaga Warisan, Membangun Industri Berkelanjutan
  • Kayu Kuning: Satu nama dengan tiga spesies yang berbeda
  • Herbal Nanomedicines Untuk Penyakit Neurodegeneratif: Potensi dan Tantangan Pengembangan
Universitas Gadjah Mada

Kanal Pengetahuan

Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada

Sekip Utara, Yogyakarta 55281

email: kpf.farmasi@ugm.ac.id

© Kanal Pengetahuan Farmasi - Universitas Gajah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY